Season 2 (7)

927 96 6
                                    

Kandungan Xiao Zhan semakin lama semakin besar membuat perutnya terlihat semakin bundar. Setiap hari dia selalu mengelusnya dengan sayang. Kadang Luna juga ikutan mengelus. Hpl sudah diprediksi dua minggu lagi dan semua orang tidak sabar untuk menunggu si kecil datang.

"Papa, papa aku akan jadi jiejie, kan?" Ujarnya ketika mereka sedang berdua saja di ruangan bermain.

Xiao Zhan yang melukispun menghentikan gerakan tangannya lalu tersenyum menatap sang anak. "Tentu, Luna akan menjadi Jiejie yang cantik."

"Kira-kira adikku laki-laki atau perempuan?"

"Luna maunya apa?"

"Una ingin adik laki-laki, karena una nda au Dadda punya dua anak pelempuan. Dadda punya Una."

Seketika Zhan mengumpat dalam hati, bisa-bisanya anak ini memikirkan sampai kesana. Sudah dipastikan jika Luna tipe pencemburu berat.

"Loh, Dadda punya Papa juga, Una."

"Nda buleh." Ujarnya acuh dengan nada biasa. Dia sibuk menyusun legonya menjadi gedung besar.

Zhan menghembuskan nafas kesal, Luna benar-benar memonopoli Yibo. Bisa menjadi saingan berat jika seperti ini. Untuk anak dikandungnya memang Xiao Zhan sudah tahu jika laki-laki. Check Up yang terakhir dia menginginkan jenis kelamin anaknya. Dan tara, dia mendapatkan anak laki-laki lagi. Senang sekali karena Alex memiliki teman. Atau bahkan saingan mendapatkan kasih sayang Papanya nanti. Doakan saja mereka tidak cakar-cakaran.

Ye Die

Wang Yibo mendapat kabar dari Dairus jika Dylan menemukan Xiao Shan dalam keadaan kritis. Pria itu ternyata depresi berat dan memutuskan untuk bunuh diri dengan menyayat lehernya dengan kaca. Beruntung Dylan menemukannya. Karena Yibo tidak akan pernah mengijinkan pria itu mati dengan gampang.

Sekarang dia bingung, bagaimana menceritakan berita ini ke Xiao Zhan yang terus menanyakan ayahnya bagaimana, apa ayahnya ketemu, apa Yibo tahu dimana ayahnya, sejak seminggu lalu dia merindukan ayahnya.

"Ge, kenapa?"

Wang Yibo membuyarkan lamunannya ketika Xiao Zhan mendatanginya di ruangan kerja miliknya. Yibo menutup jendela lembar Microsoftnya, yang menampilkan foto Xiao Shan tengah disenggama dengan cara digilir.

Zhan mengamatinya wajah suaminya yang terkesan resah. Dia pun mencoba mendekatinya. Mungkin dengan mengusap bahu sang suami bisa meredakan kegelisahan yang dirasakannya.

"Kenapa tidak tidur?"

"Aku tidak bisa tidur. Gege juga. Besok harus bekerja."

"Ayo."

Yibo tidak tega melihat istrinya nanti sedih ketika tahu keadaan ayahnya. Jadi sementara dia akan diam dulu sampai keadaan mertuanya membaik. Kini dia menggandeng tangan Xiao Zhan dan menuntunnya kembali ke kamar tidur.

Ye Die

Darius membayarkan administrasi rumah sakit Xiao Shan. Ini juga bukan kemauannya melainkan ini tugas dari Wang Yibo. Seperti biasa dia bersama soulmatenya. Pikirnya sendiri karena Dylan enggan menanggapi.

Dylan menunggunya di tempat duduk. Lalu saat Dairus kembali kepadanya, datang juga orang lain yang berpakaian serba hitam, jaket kulit dan kaos hitam. Ada kalung silet yang menggantung di dadanya. Itupun membuat Dylan mengernyitkan dahinya.

"Kenapa kau disini?"

"Memangnya tidak boleh?" Jawab pria itu. "Memangnya tangan kanan Presdir hanya kau saja?"

Dylan tidak suka dengan pria ini, jadi dia hanya memutar bola matanya ke sembarangan arah.

Darius menaruh kertas kuitansi ke saku jaket bombernya. Lalu mendekati keduanya. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Dairus juga. Dia sendiri juga bingung kenapa ada Xie Yun disini.

Yè dié. ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang