Season 2 (8)

627 74 4
                                    

Pria manis itu berjalan perlahan mendekati tempat istirahat pasien dengan pelan. Keadaan matanya sembab karena habis menangis. Ingin dia menahannya namun air matanya kembali turun.

Sungguh menyedihkan melihat ayahnya dengan kantung mata. Ayahnya sedang tidur pulas seperti tidak mau bangun. Ada alat diteksi jantung yang bekerja di samping tempat tidurnya.

Ketika Xiao Zhan sampai di samping bankar, dia duduk disana, memandangi ayahnya yang mulai kurus, pipinya tidak lagi seperti mochi. Dia amat merindukan ayahnya. Sekali lagi hatinya berdesir seperti ada pisau yang mengirisnya.

Pria manis itu duduk di kursi yang bersebelahan dengan kasur. Dia masih saja sesegukan sembari menatap ayahnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Kenapa kau bunuh diri?" Ujarnya terbatah.

Sedangkan tidak jauh darinya, Wang Yibo menatapnya sedih. Kesedihannya bukanlah karena sang mertua yang sekarat namun karena air mata sang istri. Dia juga tidak bisa melakukan apapun saat ini karena Zhan tentunya kecewa padanya jika tahu alasan dibalik keadaan sang ayah.

"Ayah. Hiks.." tangisnya tidak bisa dibendung lagi. Melihat perban melilit leher sang ayah.

Percobaan bunuh diri yang dilakukan pria setengah abad itu digagalkan oleh anak buah Yibo. Untung saja pembuluh nadinya tidak putus jadi masih bisa diselamatkan.

"Yah... Aku mohon bangunlah. Aku sudah memaafkanmu. Kau harus hidup."

Alis kiri Wang Yibo naik, apa dia tidak salah dengar? Segampang itu? Bahkan jika itu Yibo dia tidak akan membiarkan pria tua itu mati dengan mudah.

"Zhan. Waktu jenguknya sudah habis." Kata Yibo dengan suara lembutnya.

"Sebentar Ge. Aku masih ingin melihatnya."

"Biarkan Tuan Xiao istirahat. Kau bisa menemuinya lagi besok."

Mendengar ucapan Yibo membuatnya mengalihkan perhatian. "Sungguh?" Katanya dengan gembira namun dengan wajah sembab penuh air mata. Bibirnya melengkung ke bawah karena sedih.

Aish, kenapa Xiao Zhan sangat menggemaskan di waktu yang tidak tepat. Wang Yibo menatap ke segala arah agar tidak terlihat merona.

"Hm... Ya." Ucapnya dengan terbatah.

Xiao Zhan tersenyum senang. Dia bisa bertemu ayahnya lagi besok. Entahlah, rasanya sangat nyaman ketika tahu ayahnya baik-baik saja. Sedih juga karena tahu ayahnya depresi. Dia masih tidak tahu kenapa ayahnya bisa sedepresi hingga bunuh diri. Kata Yibo karena bangkrut dan diolok-olok orang.

Mana mungkin Yibo bilang itu ulahnya, dia yang menyuruh Xie Yun menyetubuhi Xiao Shan sampai trauma dan menggilirnya dengan rekan se-tim. Memang gila jika dipikir pakai akal sehat. Dan jika itu dikatakan langsung pada Xiao Zhan, sudah pasti pria manis itu akan mengamuk pada Yibo, yang lebih parahnya meminta cerai.

Tidak bisa! Wang Yibo tidak akan melepaskan Xiao Zhan karena jalang manis itu (dulunya) miliknya.

"Ayo pulang. Luna sendiri di rumah."

"Baiklah."

Ye Die

Zhan memegang kepalanya yang terasa sakit. Pagi ini dia merasa tidak enak badan. Dia juga pilek tiba-tiba. Mungkin masuk angin akibat semalaman dia melamun di luar.

Wang Yibo yang melihatnya langsung memarahinya. Meskipun tidak dengan suara tinggi tapi cukup membuat Zhan kapok berlama-lama di luar. Dia cemberut mendengar nasihat Yibo.

"Minum dulu teh nya." Pria berkemeja hitam itu menyodorkan teh hangat.

Xiao Zhan yang duduk di ranjang menerimanya. Sedikit menghirup lalu meneguknya.

Yè dié. ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang