Season 2 (9)

434 69 16
                                    

Wang Yibo tidak menjawab ataupun merespon. Jika ditanya apakah menyesal atau tidak melakukan hal itu, maka jawabannya tidak. Keterdiamannya karena dia tidak bisa melihat Xiao Zhan menangis lagi. Hatinya jengkel melihag Xiao Zhan menangisi ayahnya yang jahat itu.

"Ge."

Setelah panggilan Xiao Zhan melemah, barulah dia melihat ke arah istrinya yang kacau. "Kenapa?" Raut wajah Yibo berubah khawatir.

"Perutku."

"Kenapa perutmu?"

"Akuh.. akh." Xiao Zhan tidak bisa menahan sakitnya.

"Sebentar." Wang Yibo menekan tombol di atas Zhan.

Disamping menunggu dokter datang Wang Yibo mengusap keringat yang mulai mengucur di dahinya. Sedangkan Xiao Zhan meremas dada Yibo untuk menyalurkan rasa sakit di perutnya.

"Ge... Sepertinya aku mencret."

Mendengar tuturan Xiao Zhan, kedua alis Yibo mengerut. "Mencret?" Monolog Yibo. Memangnya sesakit itu ketika mencret?

Barulah dokter masuk dengan tergesa. Pria dewasa dengan jenggot tebalnya. Dan di sampingnya ada perawat laki-laki dan perempuan yang usianya terlihat lebih muda.

"Biarkan saya periksa."

Yibo menjauhkan dirinya agar Zhan bisa diperiksa. Tidak butuh waktu lama sang dokter memberitahu jika Zhan harus segera dioperasi untuk melahirkan.

Deg

Hatinya berdesir mendengar Zhan akan melahirkan. Jika diingat memang waktunya dia melahirkan meski maju sedikit. Jadi Yibo mengangguk saja pokonya cepat dilahirkan.

Ye Die

Ruangan yang hancur itu kini sudah rapi kembali karena sudah dibersihkan. Para perawat mencoba mendekati pria yang kini menutupi dirinya dengan selimut sambil bergetar hebat.

"Tuan. Makan dulu ya setelah itu minum obat." Ujar prihatin seorang perawat perempuan.

"Menyingkir!!! Aku kotor! Pergi!" Usir pria itu.

"Tapi anda waktunya minum obat. Ayo, supaya tidak takut lagi."

"Aku tidak mau! Itu ada racunnya!"

"Tidak ada racun tuan"

"Huaa!! Pergi!!" Pekik si pasien. "Kumohon pergi." Rintihnya pilu. Sungguh dalam dirinya hanya berisi ketakutan. Bayangan disakiti, ditampar bahkan disetubuhi melekat dalam ingatannya. Semakin dia melupakan semakin datang berjamaah ingatan itu. Membuat dia ketakutan dan jijik setiap kali terlintas ketika dia memejamkan mata.

"Bagaimana ini?"

"Entahlah."

Diskusi dua perawat itu terdengar di telinga Dylan. Dia pun jengkel dibalik wajah datarnya. Alhasil dia maju lalu meminta ijin untuk mendekati pasien.

Dylan mendekat ke arah Xiao Shan. Pria itu belum tahu Dylan disana. Dia hanya bergerak dibalik selimut dengan ketakutan.

"Makan."

"Huaaa ampun. Iya.. baik!! Aku tidak akan mengolok dia lagi! Kumohon! Jangan-jangan perkosa aku!!! Hiks." Tidak sebanding dengan tubuh besarnya, kini dia seperti anak kecil yang mainannya dirusak orang.

"Tidak ada yang akan memperkosamu. Keluar dan makanlah." Dylan menarik selimutnya. Namun susah karena Xiao Shan mengeratkan persembunyiannya.

"Tuan Xiao. Jika kau makan aku akan membantumu mendapatkan pengampunan dari Presdir Wang dan istrinya."

Hening, dua perawat itu melihat selimut yang tadi bergerak gelisah sekarang tenang. Merekapun saling memandang. Di sisi lain Dylan menaikkan alis kanannya, menunggu pria gila ini keluar dari selimut.

Yè dié. ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang