10

1.8K 189 28
                                    

Tuan Wang berjalan cepat sambil menghentakkan kaki secara kasar. Dia jengkel dengan anak satu-satunya.

"Anak kurang ajar! Tidak kusangka dia bermain di belakangku selama ini." Kesalnya. Bahkan marahnya masih saja ada sampai dia duduk di sofa.

Sang istri pun menggelengkan kepalanya, lalu ikut duduk di sampingnya.

"Lihat, anak yang ku kira baik justru sangat mengecewakan. Bermain dengan banyak pelacur, berfoya-foya dan bahkan membunuh orang! Bodohnya lagi menjadi gay."

"Wang Qiren." Tekan sang istri cantik membuat pria itu menelan kembali untaian kata yang dia rangkai di kepalanya karena melihat aura menakutkan sang istri.

"Dia sudah besar, pasti tahu mana yang buruk atau baik. Salah atau tidak."

"Apanya yang tahu. Cih." Desis Qiren. Selalu saja anaknya yang dibela istrinya ini. Dia kapan?

"Aku tidak masalah jika dia berbelok yang penting Yibo bahagia." Ujarnya bangga, bahkan senyuman pun terbit dengan indah.

"Kau pikir aku tidak? Tapi tidak harus menjajankan diri di luar. Tidak mau menikah malah bermain dengan jalang." Sarkas pria tua itu.

Kekesalan Wang Qiren sangat beralasan. Setiap orang tua menginginkan anaknya bahagia dan mendapatkan yang terbaik. Maka dari itu Qiren mendidik anaknya agar menjadi orang yang terhormat tapi justru membuatnya kecewa. Tapi Qiren bukan orang yang akan mementingkan egonya. Karen sudah terlanjur dia hanya bisa pasrah membiarkan Yibo dengan jalannya. Meski kesal sih.

Keheningan menyapa kedua orang tua itu. Kemudian terpecah dengan celetukan si wanita.

"Tapi, sayang. Pria yang tadi cantik juga."

Wang Qiren sedikit melirik sang istri, kemudian berdehem. "Hgrem. Ya." Qiren membenarkan cara duduknya menutupi rasa setujunya dengan sang istri.

"Tapi tetap saja jalang." Lanjutnya.

Plak

"Akh!" Qiren tersentak lantaran pahanya dipukul dengan tas mahal penuh dengan berlian.

"Kau pasti sudah tahukan jika Yibo menyukainya. Aku tidak mau dia kesulitan mendapatkan pria itu karenamu." Shara mencaci dengan kalimat panjang serta bentakan karena kekesalannya dengan sang suami. Dia benar-benar tidak berharap anaknya menjadi seperti di drama yang dia tonton.

"Dasar bucin."  Ejek sang pria untuk anaknya. "Terserah dia mau melakukan apapun. Asalkan jangan memanjat pagar saja jika aku tidak merestui."

"Oho? Kau sedang membicarakan dirimu pak tua?"

"Apa? Kapan?"

"Kau lupa dulu kau demi mencariku kau rela menaiki pagar setinggi delapan meter karena ayahku?"

"Cerita lama." Ujar Qiren dengan wajah tanpa dosanya.

Istrinya mendengus lalu menampar pahanya lagi. Setelah itu dia lenggang begitu saja. Wang Qiren menggerutu di tempat.

🦋

Wang Yibo dengan setelan jas hitam, sepatu hitam, rambut hitam legamnya di tubuh putih tingginya, berjalan di sebuah gedung sepi. Gedung itu adalah pabrik miliknya yang digunakan untuk menangkap orang yang akan dia bunuh.

Bukan Wang Yibo yang akan membunuh tapi ada tangan kanannya yang akan melakukannya. Dia hanya akan melihatnya saja dengan wajah datar.

"Presdir." Sapa orang bertubuh tinggi 182 cm. Pria berjas juga dengan sepatu pantofel mengkilat. Tubuh tegapnya menjulang tinggi di samping sang presdir.

Yè dié. ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang