"Ah, kamu akhirnya sampai juga. Menikmati perjalananmu?"
"Jangan repot-repot memikirkan cara keluar dari tempat ini, karena kamu tidak akan bisa keluar."
"Elysium milik kami sekarang, dan tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk memutarbalikkan faktanya."
"Kamu tidak akan berada di atas angin lagi. Karena kami memiliki kontrol penuh atas dunia maya ini."
"Selamat datang, pemain baru. Ryoichi Shirogane."
***
Aku beranjak bangkit dari tempatku berbaring, trotoar jalan yang sepi dan tidak memiliki cahaya sedikitpun, penuh dengan debu yang langsung menempel di pakaianku yang berantakan. Aku nyaris tak melihat apapun. Hanya kegelapan.
Apa yang baru saja terjadi? Dimana aku?
Aku meringis memegangi kepalaku, berusaha mengingat apa yang sudah kulalui. Pertama-tama aku berada di ruangan supervisi bersama yang lain, dan tiba-tiba muncul semacam lubang hitam yang berhasil menyedotku karena aku kurang fokus. Dan berakhir di tempat ini.
"Dimana ini?" Aku bertanya dengan nada suara pelan. "Apa yang terjadi?"
Aku melepaskan tangan dari kepalaku, lanjut menepuk-nepuk debu dari jasku, masih tidak sadar akan sekitarku.
Setidaknya, sampai ada suara yang memanggilku.
"Hei! Siapa kau?!"
Aku menoleh. Sejauh mataku memandang tidak ada orang lain kecuali diriku, membuatku lebih penasaran daripada takut.
"Siapa disana?"
Sosok itu berjalan di balik bayangan, persis di depanku, terlihat memegang erat sesuatu seperti busur elektrik. Aku menelan ludah, meraih pistol di balik jasku, jaga-jaga kalau aku diserang.
"Jangan mendekat," seruku mengancam.
Suara tawa terdengar nyaring dan menggema, seolah menganggap peringatanku hanya angin lalu. Tanganku sudah menggenggam erat gagang pistol laserku di balik jas.
Tiba-tiba...
Whoosh!
Aku dengan cepat menghindari apa yang baru saja mengarah kearahku. Yang kutahu, benda itu memiliki ujung yang tajam bagaikan sebuah anak panah, dan langsung terpecah belah seperti batu bata yang dirobohkan saat menghantam sesuatu, bedanya yang ini akan lenyap layaknya file yang dihapus.
Dan jumlahnya tidak kurang dari satu.
Whoosh!
Satu lagi anak panah melesat kearahku, yang sekali lagi kuhindari dengan mudah. Walau aku tidak bisa melihat dengan jelas di dalam kegelapan, suara masih bisa menuntunku.
Whoosh! Whoosh!
Muncul lagi anak panah, puluhan dari mereka, semua menuju ke arahku. Aku langsung berlari ke samping, membiarkan diriku jatuh tengkurap di sisi lain trotoar. Lencana detektif siberku - ya, aku selalu membawanya kemanapun aku pergi - dan pistol laserku terjatuh di dekat tubuhku.
Sebelum aku dapat bangkit, sesuatu seperti kaki seseorang menimpa punggungku, memicu rasa sakit ke sekujur tubuhku. Meringis, aku mencoba untuk mendongak, melihat siapa yang menyerangku, tapi usahaku gagal saat sebuah pukulan keras dilayangkan ke kepala bagian belakangku. Tidak membuatku pingsan, hanya membuat rasa sakitnya berlipat ganda. Darah segar mulai mengalir dari mulutku.
"Berani kau mencoba menatap wajahku?!" Terdengar suara serak laki-laki. Aku tidak mengenalinya ataupun memedulikannya, karena aku sudah sekarat lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cybernetica: Embrace The Future [IN REVISION]
Ficção Científica"Selamat datang. Yakin kau memiliki keberanian dan keyakinan untuk membaca karya ini? Kalau ya, persiapkan dirimu." 2056, Neo Tokarta. Jakarta semakin canggih saja. Sekarang bahkan berani memadukan canggihnya peradaban Tokyo, melahirkan Neo Tokarta...