"Sayu...kamu ada dimana...Sayu..."
Itu yang pertama keluar dari mulut Arif saat dia tersadar dari pingsannya. Cataglyphis yang bertugas mengawasinya - dan Sayuri di sampingnya.
"Arif-kun...dimana..."
Mereka berdua memang diciptakan untuk bersama. Setidaknya itu yang sang petinggi kesepuluh pikirkan.
"Bangun dan bersinarlah, kalian berdua."
Mata Arif mengerjap-ngerjap. Butuh beberapa saat bagi sekitarnya menjadi jelas. Anehnya, baik dia maupun Sayuri sama sekali tidak dirantai, diikat biasa saja tidak.
"Menikmati tidur kalian? Ayolah, kalian harus bergerak. Minimal menggeliat."
Sayuri memegang kepalanya yang pusing, sesekali batuk.
"Dimana kita...?"
Cataglyphis tersenyum. Suaranya lembut dan terdengar seperti seorang ibu yang bicara pada anaknya. "Selamat datang di markas Voidwalkers. Kalian berdua adalah sanderaku."
Arif yang mendengarnya langsung terbelalak. "Sandera? Kami?! Apa- kau ini siapa?"
"Kalian bisa memanggilku Cataglyphis. Aku adalah petinggi kesepuluh dari organisasi elit ini." Wanita bertopeng setengah wajah itu berdiri, menyalakan penerangan di ruangan yang sedang mereka tempati. "Kalian mungkin harus bersyukur karena aku yang ditugaskan mengawasi kalian dan bukan Abispa yang sama sekali tidak mengenal rasa kasih sayang."
Arif menelan ludah. "Kalau kami berdua sandera kalian, kenapa kami dilepas? Minimal diikat?"
"Aku tadinya mau, tapi setelah melihat pacarmu yang sakit-sakitan itu, aku jadi tidak tega. Kubiarkan kalian seperti itu dulu."
Hawa panas merambat di wajah Arif. "Kami gak pacaran."
"Benarkah? Tapi kalian selalu berpegangan tangan kemanapun kalian pergi."
"Itu cuma supaya dia gak hilang di tengah-tengah kerumunan kok. Sumpah. Kami gak-"
Cataglyphis tertawa, memotong kalimat Arif. "Matamu jelas mengatakan sebaliknya."
"Su-sumpah, kami gak-"
Bruk!
Terdengar suara sesuatu menghantam lantai. Sayuri ambruk, tidak dapat menahan sakit menusuk di kepalanya. Kesadarannya hampir hilang.
"Sayu!" Arif bergegas mendekatinya. "Kamu kenapa?"
"Arif-kun..." Sayuri memegang lembut lengan Arif. "Aku pusing. Sakitku sepertinya kambuh lagi."
Demi melihat itu, Cataglyphis ikut mendekat, menyentuh lembut pundak pria di depannya. "Biar aku saja."
Cahaya neon di bagian lengan kanan neon-armor miliknya mulai berubah warna, dari yang awalnya merah muda menjadi hijau. Dia kemudian beranjak meletakkan tangannya di kepala bagian samping Sayuri.
Sejenak, Sayuri perlahan membuka matanya. Rasa sakit yang dia rasakan berangsur-angsur hilang.
"T-terima kasih."
Cataglyphis mengangguk. "Sama sekali bukan masalah."
Sayuri beranjak duduk di kursi terdekat, dibantu oleh Arif.
"Err...nyonya-"
"Panggil aku Cataglyphis saja."
Arif mengangguk. "Kenapa kau baik terhadap kami?"
Cataglyphis tersenyum getir. "Masih ada segelintir orang yang setidaknya memiliki akal sehat di organisasi ini. Aku salah satunya. Sejujurnya, saat itu bahkan aku berpikir berpuluh-puluh kali sebelum akhirnya memukul kepala kalian. Tapi apa boleh buat, perintah tetaplah perintah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cybernetica: Embrace The Future [IN REVISION]
Fantascienza"Selamat datang. Yakin kau memiliki keberanian dan keyakinan untuk membaca karya ini? Kalau ya, persiapkan dirimu." 2056, Neo Tokarta. Jakarta semakin canggih saja. Sekarang bahkan berani memadukan canggihnya peradaban Tokyo, melahirkan Neo Tokarta...