"Ada kabar dari drone-drone supervisi?"
Hiroshi menggeleng pelan, mengusap rambutnya yang dibiarkan tergerai sebahu.
"Seharusnya Gun-san memiliki alat pelacak di pakaiannya. Tapi aku tidak bisa mendeteksinya."
Daisuke mendengus keras. "Cari tahu tentang lubang hitam yang menyedot mereka masuk."
"Aku belum menemukan lokasi pastinya, Dai."
"Tunggu." Rendra memeriksa layar monitor di depannya untuk kesekian kalinya.
"Kenapa Dra?" Ayu mendongak, hendak melihat apa yang Rendra lihat.
"Ada yang terdeteksi oleh sistem keamanan."
Arif dan Sayuri saling menatap.
"Ini...ini seperti sebuah anomali."
Hiroshi mendekat ke layar monitor yang ditatap Rendra. Matanya menatap tajam.
"Kenapa itu terlihat seperti sebuah gumpalan hitam?"
Rendra mengangkat bahu.
Daisuke menarik Hiroshi menjauh tanpa peringatan apapun.
"Dimana lokasinya?"
Rendra menekan sebuah tombol di dekat keyboard transparan, menampilkan peta keseluruhan kota Neo Tokarta. Ada semacam titik hitam terlihat di sebelah kanan bawah. Menggeser kursor, deskripsi lokasi langsung terlihat.
"Kafe Mutiara."
Daisuke memukul meja supervisi sekencang-kencangnya, menciptakan retakan kecil.
"Aku akan kesana."
Sontak orang-orang yang berada di ruangan itu terkejut bukan main.
"Daisuke, tunggu!" Hiroshi berseru. "Kenapa tiba-tiba sekali?!"
"Karena aku yakin, gumpalan itu adalah portal sama yang menelan Ryo dan Mas Gun bulat-bulat. Aku akan memeriksanya sendiri untuk mengonfirmasinya."
"Daisuke-san! Matte!" Sayuri menghentikan pria itu dengan memegang lengannya. "Jangan gegabah dulu. Kita bisa menyusun sebuah rencana."
Pria usia tiga puluh dua tahun itu tersentak, tapi cepat pulih. Dia menarik kasar lengannya yang diraih oleh Sayuri, berdecak kesal berusaha melepaskannya. "Kalian yang melakukannya, Yuri. Aku tidak sudi menunggu kalian yang penakut hingga memiliki ide yang bisa saja kacau karena kecerobohan diri sendiri."
"Maksudmu penakut?" Rendra yang membalas, wajahnya mengeras.
"Haruskah aku menjelaskannya padamu?" Daisuke mengepalkan tangannya. Dia mulai marah. Dan saat marah, dia harus mengendalikan dirinya sendiri dan tidak ada lagi yang bisa menenangkannya kecuali Ryo.
"Untuk melacak satu anomali ini saja, kalian butuh berapa jam, hm? Lebih dari satu jam. Kalian lamban seperti siput. Sedangkan Ryo dan Mas Gun, mereka entah dimana menunggu untuk diselamatkan. Kita bahkan gak tau kalo mereka masih hidup atau enggak!"
"Itu bener, karena kita gak tau pasti lokasi mereka secepat itu!" Rendra yang duluan menaikkan suaranya. "Otak lu itu dipake, Dai! Lu kira kita ini robot yang bisa sat set langsung nemuin tempat tertentu? Enggak!"
"Karena itulah aku akan mencari mereka sendiri." Daisuke mendorong pelan Rendra hingga menjauh beberapa senti darinya. "Dan kalian tidak ada yang bisa menghentikanku."
"Tapi-"
Daisuke mengentakkan lengannya, melepaskan cengkraman tangan Sayuri. "Gak ada tapi."
Diskusi selesai cepat sekali. Daisuke sudah pergi meninggalkan ruang supervisi menuju Kafe Mutiara, membuat semua yang ada didalam bahkan Hiroshi termangu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cybernetica: Embrace The Future [IN REVISION]
Ciencia Ficción"Selamat datang. Yakin kau memiliki keberanian dan keyakinan untuk membaca karya ini? Kalau ya, persiapkan dirimu." 2056, Neo Tokarta. Jakarta semakin canggih saja. Sekarang bahkan berani memadukan canggihnya peradaban Tokyo, melahirkan Neo Tokarta...