PART 22

18.8K 1.3K 776
                                    

PART 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 22

°°°

"Bibi Nina! Kau dimana?"

Suara teriakkan seseorang, sukses membuat badan Vino berdiri kaku.

~~

"Siapa? Siapa pemilik suara itu?" Vino menoleh kesana- kemari, tapi ia tidak menemukan dimana suara itu berasal.

Vino mengeram tertahan. Niatnya yang ingin menenangkan diri, malah dibuat uring- uringan.

"Apakah aku begitu merindukan mereka, hingga berhalusinasi seperti ini?" batin Vino memijit pelipisnya.

...

"Duduk, disini." suruh Mazaya, mengintruksikan agar Emilio mendudukkan dirinya di bawah pohon rindang.

"Luruskan kakimu." lanjut Mazaya, kemudian membantu Emilio untuk melipat celananya hingga sebatas lutut.

Setelahnya, ia pun membalut luka Emilio, dengan sangat hati- hati.

Berbeda dengan Mazaya, pria itu sedari tadi malah menatap wajah sang istri.

"Tuan Ayah, kenapa kau terus memandangi wajah ibuku?" tanya Arsyila, membuat tatapan Emilio teralihkan.

"Dia sangat cantik." jawab Emilio, membuat Mazaya dengan spontan mempererat ikatan di kaki suaminya itu.

"Ishh," Emilio terdengar meringis. Namun Mazaya nampak tak peduli.

"Ibuku memang sangat cantik," celetuk Arsyila, tersenyum.

"Sama sepertimu. Kau beruntung, karena mewarisi kecantikannya." ucap Emilio, lagi- lagi berkata manis.

"Hentikan omong kosongmu!" ketus Mazaya bangkit, lalu melangkah pergi mencari tanaman obat.

Tatapan Emilio lagi- lagi tertuju pada Mazaya.

"Kata Ibu, aku mewarisi hidung macung Ayahku." ujar Arsyila, mendekati Emilio.

"Benar, kau mewarisi hidungku." sahut Emilio, membenarkan.

"Bukan hidung milikmu, Tuan. Tapi milik Ayahku." ucap Arsyila, meralat ucapan Ayahnya.

"Aku Ayahmu," ucap Emilio, membelai lembut pipi Arsyila.

"Kau pasti berbohong, karena kata Ibu, Ayahku sudah-"

"Ssttt, Ayah sekarang disini." tukas Emilio, lembut.

"Benarkah?" tanya Arsyila, memandangi wajah sang Ayahm entah apa yang dipikirkan gadis kecil itu.

"Iya."

"Tapi tadi Ibu bilang, kau bukan Ayahku." seru Arsyila, masih tak percaya.

"Ibumu sedang marah pada Ayah, jadi dia tidak mau mengakuinya." kata Emilio, terlihat begitu meyakinkan.

Hikayat Cinta Sang IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang