part 15

358 103 45
                                    

Happy reading....

Baru saja Mees turun dari mobil, dia langsung disuguhkan Gaizka yang sedang mengelus anak kucing di depan kantor.

Gaizka terkikik pelan melihat anak kucing yang sedang makan, sepertinya pria manis itu yang membelikan makanannya.

"Hihihi abisin ya, Ndak boleh sisa, nanti Ndak dikasih permen sama kakak Mees," seru Gaizka pada anak kucing tersebut.

Mees tersenyum tipis, Gaizka memiliki hati yang tulus dan sangat polos. Tak heran kenapa Ezio merasa khawatir pada adiknya itu.

Mees mendekati Gaizka, menepuk pelan kepala Gaizka hingga Gaizka mendongak dan melemparkan senyum bayinya saat melihat Mees.

"Kakak liat, tadi aku beliin makanan buat anak kucing, kasian tau dia jilatin kaki sendiri," oceh Gaizka menceritakan apa yang terjadi.

"Itu bukan lapar, tapi lagi mandi," jelas Mees.

"Huh? Kenapa mandinya seperti itu?" Tanyanya kembali mengalihkan pandangannya pada kucing yang masih asyik makan.

"Iya, udah ayo masuk," ajak Mees yang diangguki oleh Gaizka.

"Aku masuk ya, kamu abisin makannya biar cepet gede, bubayyyy." Gaizka melambaikan tangannya sembari bangkit, kemudian mengikuti Mees yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Kenapa kakak Mees sudah pulang?" Celetuk Gaizka membuat Mees menoleh dan sedikit tersenyum.

"Kangen kamu," gombalnya.

Gaizka menghentikan langkahnya, lalu menutup hidung dan mulutnya. Setelahnya, "hueekk! Jelek banget gombalannya," ujarnya kemudian berjalan mendahului Mees.

Mees tertawa, melihat wajah Gaizka yang memerah dan cara pria manis itu menghindarinya.

Mereka akhirnya masuk ke dalam lift bersama karyawan lain. Tiba-tiba Gaizka menarik pelan jas salah satu karyawan di sebelahnya membuat karyawan itu menoleh.

Hal itu tak luput dari pandangan Mees, dia sendiripun menunggu apa yang akan Gaizka lakukan.

"Di saku jas kakak cantik ada permen, mau satu boleh Ndak?" Cicitnya sambil mengerjapkan matanya agar karyawan tersebut luluh kepadanya.

Karyawan itu terkekeh gemas. dia mengambil satu permen dan memberikannya pada Gaizka. "Nih," ujarnya.

Gaizka tersenyum senang, mengucapkan terima kasih lalu mengambil permen tersebut untuk dimakan.

Mees menarik tangan Gaizka dan menyudutkannya. Dirinya berdiri di hadapan pria manis itu yang sibuk membuka bungkus permen.

Mees terus memperhatikan Gaizka, dia melindungi Gaizka agar tidak ada orang yang menyenggol punggung Gaizka. Melihat banyaknya orang yang berada di lift itu membuat Mees sedikit khawatir.

"Huh?" Gaizka mendongak ketika sadar dirinya berada di Kungkungan Mees. Matanya melirik ke para karyawan yang berpura-pura tidak melihat mereka.

"Ngapain?" Bisik Gaizka dengan pipi mengembung berisi permen, pria manis itu sedikit berjinjit agar Mees mendengar suaranya.

"Jagain kamu, takut ada yang nyenggol memar kamu," balas Mees yang diangguki oleh Gaizka.

"Tapi Ndak usah gini, kan kakak Mees bisa berdiri di samping aku," ucapnya sembari menarik lengan Mees agar berdiri di sampingnya, tetapi Mees tidak beranjak seinci pun.

Gaizka merengut, akhirnya dia membiarkan Mees seperti itu. Dia mengalihkan perhatiannya dengan memainkan sepatunya sendiri.

Ting!

Mees And The Candy LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang