"Alen hari ini mau diantar Papa sama Mama, ya, kan?!"
Cukup lama, mereka terdiam. Memperhatikan satu sama lain dalam sisa suara Kalendra yang belum habis mengudara.
Sejak dulu, tidak pernah ada perkataan bahwa mereka akan bersikap selayaknya pasangan suami istri di depan Kalendra. Pun kenyataannya mereka memang bukan sepasang suami dan istri. Sayangnya, selama ini Kalendra terbiasa melihat pasangan orang dewasa yang harmonis di sekitarnya. Pasti pemikiran bahwa Deva dan Keisha juga memiliki hubungan yang akur, ada di otak Kalendra saat ini.
Lain daripada itu, tentu saja, Deva dan Keisha sejujurnya enggan.
"Pa? Alen udah terlambat!" hardik Kalendra saat kedua orang tuanya hanya berdiri kaku. Tidak melakukan apa pun.
Keisha mengerjap mata dalam diam. Terpaku tatapan kepada Kalendra yang sedang meneliti wajah Deva dalam gendongan tersebut. "Alen berangkat sekolah sama Mama saja." baru kemudian membuka suara setelah beberapa saat.
"Sus..." Keisha menolehkan kepala ke belakang, berikut dengan suaranya yang tengah memanggil pengasuh Kalendra di dalam sana. "Sus, ambil Kalendra. Kita berangkat sekarang." melayangkan titah begitu Suster Bina turut berada di teras yang sama dengan ketiganya.
Keisha tidak ingin bersentuhan dengan Deva.
Langkah kaki Keisha sudah akan menjauh dari hadapan Deva, membiarkan Suster Bina mengambil alih Kalendra di sana. "Alen maunya sama Papa Mama! Bukan sama Sus!!" hanya untuk terhenti kembali sebab Kalendra yang memekik tinggi.
Kalendra tidak ingin disentuh oleh orang baru.
Sedang Deva sejak tadi masih memasang rahang ketat dan raut terusiknya. "Alen berangkat dan pulang sama Papa saja. Berdua. Tidak usah ajak yang lain." Deva sebaik-baiknya berusaha sabar. Tujuannya datang sepagi ini adalah untuk membawa Kalendra pergi. Itu saja. Bukan untuk mengantar Kalendra bersama dengan Keisha, seperti keluarga cemara di luaran sana.
Tidak ada agenda itu dalam rentetan kegiatannya hari ini.
Kalendra menggeleng cepat. Pun kakinya melonjak di dalam gendongan tersebut. Sangat mencerminkan sekali anak usia dua tahun yang bisa mendadak geram karena keinginannya tidak dituruti.
"Alen mau sama Mama juga!!!!" tepat di depan wajah Deva, Kalendra berteriak. "Mama nungguin Alen sekolah! Mama juga tidur berdua sama Alen!" sekarang Kalendra mulai menangis.
Tangis histeris yang sontak menderai heboh. Air mata bercucuran dengan teriakan pilu nelangsa. Pasti akan mengenai jas Deva yang teramat licin itu. Deva menarik napas dalam, berikut menghembuskannya kontan.
Sorot mata tajamnya melirik pada Keisha untuk sesaat.
Di saat yang sama Keisha melakukan hal serupa, juga tengah melirik.
"Sus," panggilan kecil Keisha sekali lagi membuat Suster Bina melangkah mendekat. Kali kedua berniat mengambil alih Kalendra dari gendongan Deva. "Saya yang antar Kalendra." tapi berhasil dikejutkan dengan ungkapan Deva.
Luar biasa. Sujana Kade yang berdiri tidak jauh bahkan menaikkan alis kaget.Deva tidak pernah mau menginjakkan kaki di sekolah Kalendra sejak dulu. Bahkan segala urusan mengenai sekolah Kalendra, Deva serahkan begitu saja pada orang-orang yang memang ia perintahkan.
Bukan hal biasa mendengar Deva menyetujui mau putranya kali ini.
"Papa bener?!" Kalendra mengangkat wajahnya dari pundak lebar sang ayah. Menggumam ungkapan senang dengan air mata yang kontan ia hapus menggunakan punggung tangan sendiri.
"Ya, berdua saja." senyum di wajah Kalendra seketika surut. Digantikan dengan tanda tanya besar yang tak sanggup anak itu sembunyikan.
"Mama?" tanya Kalendra saat mendapati Keisha membuang muka. Meloncat dari gendongan, berlari begitu saja untuk memeluk kedua betis Keisha guna menarik perhatian sang ibu. "Ma? Anterin Alen sama Papa, ya? Please..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Tengah Kelindan Semu
RomanceTidak seharusnya mereka bertemu lagi. Semua angan dan harapan sudah seharusnya diratakan bersama dengan perpisahan. Tidak seharusnya kaset lama itu diputar kembali. Devanesan Manuk, mengejar karir politik untuk membesarkan namanya. Sementara Lakeish...