Chapter 08

7.9K 824 126
                                    

"Jadi sekarang Keisha juga tinggal di rumah Deva bersama Kalendra?"

Begitu Tyas mendudukkan dirinya, pertanyaan kontan tercetus dari bibir. Sudah berapa hari Kalendra tidak pulang ke Puri? Tyas sendiri lupa. Namun, belakangan baru ia ketahui adalah mantan calon menantunya itu telah kembali setelah sekian lama tidak pernah datang.

Denting dari piring yang diletakkan di atas meja makan mengisi suara ruangan tersebut. Silih berganti dengan kursi yang ditarik tiap-tiap anggota keluarga lain bergabung untuk makan malam bersama.

"Ya..." di ujung meja, Gung Niang menyahuti parau. "Kalendra pasti mulai pendekatan dengan ibunya sendiri." ucap perempuan lanjut usia itu sembari mengangkat teko berisikan teh panas untuk ia tuang ke dalam cangkir.

Terjadi jeda selama beberapa saat. Pada waktu yang sama Caraka mengambil tempat tepat di sebelah Tyas. Kompak menatap pada Gung Niang yang tengah menyesap tehnya khidmat.

"Bagaimana dengan pengasuhnya? Sus Anna? Kalendra paling dekat dengan Sus Anna selama ini, apa tidak rewel dia di sana?" seloroh Tyas, kembali teringat akan pengasuh Kalendra, yang sudah beberapa hari terakhir hanya diam bebas tugas. Imbas dari Kalendra yang sudah tidak pulang ke Puri selama beberapa hari terakhir.

Gung Niang memejam. Kebulan asap dari teh herbal yang memadati udara, ia hidu sedemikian rupa. "Menurut Sujana, Kalendra justru dekat sekali dengan Keisha. Dan menurut Sujana juga, Keisha sudah mencarikan pengasuh baru untuk Kalendra di sana." obsidian Gung Niang perlahan terbuka kembali di akhir kalimatnya.

Tangannya dengan terampil mulai mengambil beberapa hidangan ke atas piring sendiri, membuat suara denting sendok garpu kembali terdengar. Menjeda sejenak pertanyaan yang masih timbul di benak saat ini.

Caraka melakukan hal yang sama. Sejak tadi masih diam sempurna, kini turut menyiapkan diri untuk makan malamnya. "Kenapa sampai repot-repot mencari pengasuh baru? Dan apakah Tjahja tau kalau Keisha dan Deva sekarang tinggal bersama? Sudah bisa menerima semua ini dia?" ada selipan nada menelisik yang Caraka samarkan dalam pertanyaan tersebut.

Gung Niang mengerti dengan maksud pertanyaan tersebut. Memilih untuk membuang napas panjang. Terdiam dalam beberapa detik. "Gung Niang tidak bertanya sampai ke sana dikarenakan tidak ingin tau." dalam nada tenang itu, Gung Niang menjawab.

"Kalau Keisha sudah bisa pulang dan menerima Kalendra, itu artinya dia sudah punya pertimbangan. Dan kalau Deva sudah tau Keisha yang membawa Kalendra pergi, bahkan membiarkan Keisha tinggal di sana, itu artinya Deva juga sudah memiliki perhitungannya sendiri."

Hening saat hanya suara sendok milik Gung Niang yang tengah memotong asparagus di piringnya kini.

"Kalendra setelah sekian lama akhirnya bertemu dengan Keisha, biarkan saja begitu. Anak sekecil itu sudah mendapat tekanan yang tidak logis, kalau disadar-sadari. Sesekali biarkan Kalendra melakukan apa yang anak usia dua tahun inginkan."

Gerakan tangan Gung Niang berhenti, "Kalendra Cemara Okanpraja, dia hanya ingin punya keluarga cemara, sama seperti namanya." setelahnya menyuap potongan asparagus masuk ke dalam mulut.

Tetap bersikap tenang di saat benaknya mulai memutar kaset lama, kala itu.

"Kamu belum punya nama, hm?" suara bergetar yang terdengar menahan tangis itu, berasal dari Gung Niang. Sementara Tyas sudah tak kuasa menahannya sejak tadi.

"Bagaimana kalau Gung Niang kasi nama Kalendra? Sedikit memaksakan, tapi Kalendra itu gabungan dari nama orang tuamu... Lakeisha Kuntadi dan Deva Okanpraja." gendongan Tyas pada tubuh teramat kecil dengan jemari pucat itu semakin bergetar.

Di Tengah Kelindan SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang