Dua pasang kelopak mata baru saja memejam kompak saat lenguhan panjang menerjang puas di sekujur tubuh.
Masih di atas ranjang panas yang sama berdua.
Belitan kokoh Deva yang sejak tadi mempertahankan Keisha di atas pangkuan, senantiasa meloloskan dekapan untuk membiarkan tubuh Keisha jatuh di atas dadanya dengan leluasa. Tanpa beban, dalam gerak cepat memisahkan diri mereka. Baru kemudian Deva turut melemaskan tubuh, pun senantiasa menumpukan dagu di atas pundak bergemuruh Keisha saat ini.
Harum tubuh yang kini sempurna beradu kuat.
Gemetar halus masih melingkupi tubuh Keisha. Juga suara napas memburunya yang lirih bercampur lenguhan mesra nan merdu. Deva merunduk menatap pada kulit yang tak lagi sepenuhnya pucat itu. Berbanding terbalik dengan bagaimana mereka memulai, sebab saat ini terlihat berantakan dengan titik merah yang terlalu kontras.
Menyisipkan seluruh helaian surai Keisha ke sisi samping, Deva memejam saat ia menghidu wangi mereka yang beradu di pundak sempit itu. Ada belitan pinggang yang kembali tangannya lakukan. Memberi dekapan disertai usapan di punggung sebagai siasat untuk menenangkan.
Hening yang saat ini tengah tercipta, anehnya tidak menganggu. Atas suara pendingin ruangan yang mulai mendominasi, ketika deru napas perlahan tertata rapi kembali.
"You're taking me so well." bisik Deva apatis, bisa jadi sebuah sindiran.
Melirik pada dua bungkus pengaman dalam keadaan penuh yang baru saja tersampir di atas ranjang mereka. Bukti peleburan diri yang terlalu memalukan jika disadari. Sebab dalam situasi runyam ini, melakukannya satu kali seharusnya sudah lebih dari cukup.
Senyum puas terulas kurang ajar di wajah Deva. Kontrol dirinya terkadang bisa sangat buruk. Dan saat ini ia merasakan gelenjar kemenangan yang luar biasa. Lain dengan Keisha yang justru memejam sebelum mengulum bibirnya rapat-rapat. Merasa malu dengan euforia di antara mereka. Juga semua yang terjadi beberapa waktu lalu.
Keisha baru saja menarik tangannya yang sejak awal melingkari leher Deva. Mengangkat kepala dari sandara di permukaan keras nan kokoh itu. Kerjapan di kedua manik sayunya bergerak cepat ketika bertemu dengan obsidian Deva di hadapannya. Pria yang saat ini tengah memasang sorot paling angkuh, tetapi hangat dan menenangkan di waktu yang sama.
Sesudah berpisah, jarang sekali mereka melempar senyum pada satu sama lain.
Namun, pada saat ini mereka baru saja melewati situasi di mana, tatapan antara satu sama lain bertemu dan tanpa sadar mengulas senyum.
Menangkup kedua sisi wajah Keisha dan membawanya mendekat dalam gerakan pelan, Deva menyeka peluh yang menetes di pelipis Keisha saat ini. Tatapan menilik ke seluruh sisi wajah dan tubuh Keisha di atas pangkuan, menyisir pada titik tertentu di mana hasil kekacauan terindah mereka, terukir paling jelas.
Bibir penuh Keisha yang semula merekah, kini nampak pualam. Helaian surai berkeringat, dengan dahi yang dihiasi butiran peluh. Kulit serupa jalinan sutra halus, yang memperlihatkan bukti hasrat keungunan di atasnya. Tatapan sayu, yang pada saat ini memejam ketika jarak wajah didekatkan.
Deva seolah tak mengenal jenuh, ketika pertemuan di bibir kembali ia tuntun untuk mereka berdua. Mencipta ciuman runut yang saling berbalaskan, kali ini dilakukan dengan perlahan juga lambat. Dalam pagutan semu, merasakan jemari Keisha berpindah dan bertumpu tepat di atas dada.
Bertaut untuk beberapa waktu yang cukup panjang.
Keisha sesungguhnya ingin segera bangkit dari rengkuhan Deva yang memangkunya tanpa beban. Tetapi Deva belum sama sekali mengurai posisi mereka sampai saat ini. Seolah dengan sengaja melakukannya agar membiarkan sisa panas penyatuan meresapi tubuh satu sama lain dengan leluasa.
![](https://img.wattpad.com/cover/376151430-288-k734521.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Tengah Kelindan Semu
RomanceTidak seharusnya mereka bertemu lagi. Semua angan dan harapan sudah seharusnya diratakan bersama dengan perpisahan. Tidak seharusnya kaset lama itu diputar kembali. Devanesan Manuk, mengejar karir politik untuk membesarkan namanya. Sementara Lakeish...