Chapter 20

2.2K 621 321
                                    

Kapan terakhir kali sesi tidur bisa terasa begitu nyenyak seperti semalam?

Sebut saja wangi surai yang menyeruak di hadapannya saat ini menerpa terlalu intens, tetapi menyadari kehadirannya yang masih sama seketika meredam perasaan terusik itu begitu saja.

Adalah Keisha yang tengah memunggungi Deva sebab mendekap Kalendra di sebelah mereka.

Decihan sudut di bibir Deva, tidak habis pikir. Pagi hari macam apa ini? Perasaan geli dan salah tingkah seketika merayapi diri Deva saat tersadar akan situasi pagi ini.

Buaian harum bunga yang terus menerus menerpa indra penciumannya, Deva menumpukan dagu di atas pundak sempit Keisha. Merasakan ada gerakan menyisip yang dilakukan Keisha, tepat ketika tangannya begitu saja melingkari pinggang ramping itu. Ternyata mereka telah sama-sama bangun dari tidur nyenyak kemarin malam.

Bertahan dengan posisi ini selama beberapa saat, tidak ada lagi pergerakan yang dicipta saat semu datang tanpa peringatan.

"Kalendra udah bangun?" gumaman serak Deva bertanya, kedua matanya baru saja ia pejamkan kembali dengan sengaja.

Dibalas oleh Keisha dengan gelengan kepala pelan tanpa suara. Kalendra di sebelah mereka masih tertidur dengan pulas. Memeluk boneka miliknya dengan satu tangan, sedangkan satu lagi tengah terulur ke wajah Keisha seolah sedang menyentuh. Ada saat di mana kemarin malam Kalendra bergumam dalam tidurnya, yang kemudian membuat Keisha mendekap Kalendra daripada terbuai dengan pelukan Deva yang begitu nyaman.

Sebut saja hangat, sebab Keisha juga tidak menduga akan ada malam di mana ia dan Kalendra mendapat pelukan yang sama dari seorang Deva.

Pria yang pernah memiliki permintaan agar Keisha menghilangkan saja Kalendra di dalam kandungan kala itu. Sebelum pada akhirnya perpisahan mereka tidak lagi dapat dicegah sama sekali.

Benak Keisha seketika teralih begitu merasakan belitan di pinggang saat ini tengah membuatnya membalik arah tubuh.

Disuguhkan dengan paras Deva yang nampak jauh lebih santai di pagi hari. Kelopak mata yang tertutup itu, perlahan terbuka menampilkan obsidian menyirat tenang. Hembusan napasnya seringan angin pagi nan senyap.

"This behavior of you," Deva menjeda kalimatnya untuk kemudian tiba-tiba saja mengeram. Namun, riak di wajahnya berbeda bila disandingkan dengan bagaimana ia biasanya mengekspresikan hal yang mengusiknya. Kali ini terasa lebih tertata. "It's rude to have your back turned on me and acted like you weren't in my arms last night."

Keisha tercenung. Menggigit bibir bawahnya ragu. "Kalendra kemarin malam ngigau, aku jadi reflek buat meluk Kalendra semalaman." raut ragu di wajahnya sebisa mungkin ia samarkan, takut-takut bila jawabannya justru mengusik Deva.

"That's not an excuse, it seem like being rude has become one of your personality now." ucap Deva sengit. Bertindak seolah yang Keisha lakukan adalah suatu kejahatan. Adalah suatu hal aneh mengapa Deva bahkan terusik dengan Kalendra yang memenangkan Keisha semalaman.

Padahal Kalendra anak mereka.

Deva sedang bersikap egois sekarang.

Keisha memilih untuk tidak menanggapi hardikan Deva. Masih pagi saat ini, dan Kalendra sedang bersama mereka. Bukan suatu hal yang baik untuk memulai hari dengan sebuah pertikaian. Memilih untuk mengalihkan pembicaraan mereka dengan diam, Keisha lantas tersadar akan suatu hal ketika melirik pada jam dinding di kamar mereka.

"Udah jam tujuh." perlahan Keisha memundurkan tubuh sebagai upaya melepaskan rengkuhan mapat yang dilakukan Deva.

"And then?" balas Deva menaikkan sebelah alis. Cukup pandai mensiasati Keisha dari usahanya membebaskan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Tengah Kelindan SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang