➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠T
he last part, enjoy teman-teman..
╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
Jehan tidak bisa menahan kesedihan yang mengoyak hatinya. Di tengah isakan tangisnya, dia mencoba menunjukkan senyuman terbaiknya di hadapan Hera. Namun, suara seraknya dan mata yang sembap membuat senyuman itu tampak begitu pilu. Hera memandangi wajah Jehan dengan tatapan yang sendu, seolah berusaha merekam setiap detailnya dalam ingatan.
"Jehan, nanti kalau aku udah gak ada, Lo harus terus hidup ya. Jangan cuman hidup tapi bahagia, harus beneran bahagia," bisik Hera dengan suara pelan.
Jehan menggeleng kuat, menolak kenyataan yang sedang menamparnya. "Enggak, gue gak bisa hidup tanpa Lo, Hera. Lo janji sama gue, kan, kita akan terus bersama. Gue gak siap kalo lo pergi," ujarnya terisak.
Hera mengusap pipi Jehan, menyapu air mata yang tak kunjung berhenti. Jehan memejamkan mata, menikmati sentuhan lembut itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. "Gue janji gue akan jadi kenangan terbaik buat lo, Jehan," jawab Hera, dengan air mata yang akhirnya jatuh.
**
Waktu berjalan cepat. Operasi ginjal Hera telah dijadwalkan, dan harapan kembali menghangatkan hati setiap orang di sekitarnya. Namun, kekhawatiran tetap terasa mengendap, mengaburkan keyakinan mereka. Alora duduk di ruang tunggu, menggenggam tangan Yolan dengan erat, berusaha mencari ketenangan dari genggaman itu. Di sudut lain, Jehan menatap kosong ke arah pintu operasi, sesekali meremas jemarinya, mencoba menenangkan kegelisahannya.
Waktu terasa begitu lambat. Beberapa jam berlalu seperti tahun. Akhirnya, dokter keluar dengan wajah yang sulit ditebak, membuat semua orang tegang. Alora dan Yolan segera menghampiri dokter, sementara Jehan mendekat dengan langkah yang berat. "Bagaimana, Dok? Operasinya berhasil, kan?" tanya Alora penuh harap.
Dokter Samuel menatap mereka dengan tatapan simpati. "Operasi berjalan lancar, tapi kondisi Hera masih sangat lemah. Kami akan terus memantau kondisinya selama beberapa hari ke depan."
Kata-kata itu sedikit memberi harapan. Alora meneteskan air mata lega, sementara Yolan memeluknya erat. Namun, Jehan merasa ketakutan yang berbeda. Hera masih berjuang, dan mereka hanya bisa berharap yang terbaik.
**
Hari-hari setelah operasi terasa seperti perjalanan yang panjang. Hera berbaring di ruang rawat, tubuhnya lemah namun senyumnya masih ada. Alora hampir selalu berada di sampingnya, memberikan dukungan yang tak kenal lelah. Di satu sisi, Yolan duduk dengan mata yang tak pernah lepas dari putrinya, menyesali semua waktu yang hilang di masa lalu.
Pada suatu pagi, Hera membuka matanya dan melihat Alora tersenyum di sampingnya. "Mama, apa Hera udah sembuh?" tanyanya pelan.
Alora mengangguk dengan senyum lebar yang mencoba menutupi rasa khawatirnya. "Hera sembuh, sayang. Mama sayang banget sama kamu," jawab Alora, untuk pertama kalinya mengungkapkan perasaannya dengan tulus.
Hera tersenyum puas. "Mama, kalau aku udah sembuh beneran, kita liburan ya. Aku pengen lihat laut, pegang pasir, main air..."
Alora tertawa kecil. "Mama janji, kita akan liburan. Kemana pun Hera mau, kita pergi."
Tak lama kemudian, Yolan masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana perasaan anak ayah hari ini?" tanyanya lembut.
Hera menoleh dan tersenyum. "Ayah, akhirnya kita bisa kayak gini lagi. Aku pengen kita banyak habisin waktu bareng, boleh kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1. PASSING BY✓
Ficción General❝ Kamu dan segala kenangan yang tersisa ❞ ⚠️TIDAK UNTUK DIPLAGIAT⚠️ Ini Cerita keduaku, cerita yang sangat ingin ku tulis sejak lama namun baru sekarang aku berani untuk mem publikasi-kannya. Ini tentang cerita yang diangkat berdasarkan nyata dan ju...