Part 15

716 64 7
                                    

No Edit, penuh dengan typo jadi harap maklum!! ∆ Jangan lupa vote dan komennya juseyoo (

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No Edit, penuh dengan typo jadi harap maklum!!
∆ Jangan lupa vote dan komennya juseyoo (.◜◡◝)و!!

꧁❁🅝🅨🅞🅝🅨🅐 🅙🅤🅝🅖❁꧂

*


*

*

Acara pernikahan yang mewah itu akhirnya mencapai puncaknya. Seluruh tamu telah bersulang, menari, dan berfoto dengan pengantin. Namun, bagi Haechan, semua kegemerlapan itu sudah berubah menjadi beban yang melelahkan. Bayangkan saja dirinya berdiri berjam-jam dengan sepatu formal yang kurang nyaman, ditambah harus tersenyum tanpa henti, membuatnya merasa benar-benar lelah. Berkali-kali Haechan hampir terisak karena kelelahan. Apalagi semua terasa semakin berat karena keadaannya yang sedang mengandung.

“Haechan, kau baik-baik saja?” bisik Jeno, melirik wajah lelah istrinya.

Haechan hanya mengangguk lemah. “Aku... aku baik-baik saja,” jawabnya, meski nadanya penuh kepasrahan.
Demi Tuhan Haechan mau istirahat sekarang juga.

Jaemin yang berdiri di sisi lainnya dengan cepat mengambil alih, menggenggam tangan Haechan dengan lembut. “Kamu seperti nya perlu istirahat, sayang. Wajah manis mu bahkan terlihat lebih lelah daripada tamu yang datang.”

“Ya, dan tamunya ada ratusan. Lagian mami begitu banyak mengundang orang, menyebalkan sekali padahal aku maunya intimate wedding saja” gumam Haechan sambil menghela napas panjang.

Jeno mengangguk setuju. “Ini sudah keterlaluan. Tunggu sebentar ya, aku akan minta izin pada orang tua kita dulu. Setelah itu, kita bisa langsung beristirahat di apartemen.”

Haechan mengangguk, matanya berkaca-kaca karena haru. Rasanya ingin sekali ia segera menjauh dari hingar-bingar ini, meski hanya beberapa jam saja. Jeno pun segera mendekati orang tua mereka, dan dengan nada penuh permohonan, ia meminta izin agar mereka bertiga bisa meninggalkan pesta lebih awal. Karena yang terlihat hanya ada mami Doyoung, Jadi Jeno meminta izin pada si mami. Mami Doyoung langsung setuju tanpa berpikir panjang, merasa kasihan juga melihat putra manisnya yang sudah sangat kelelahan.

“Ya sudah, pergi saja sana. Mami paham kok begitu pula dengan ibu kamu, kasihan juga Haechan yang lagi hamil. Jangan sampai dia dan calon bayi kalian kenapa-napa ya, Jeno,” kata Mami Doyoung sambil tersenyum penuh kasih.

Begitu mendapat izin, Jeno segera kembali ke sisi Haechan dan Jaemin. “Ayo, sayang, kita pergi sekarang. Kau bisa tidur tenang di apartemen nanti.”

Setelah berpamitan kepada para orang tua dan beberapa tamu, mereka bertiga pun beranjak pergi. Haechan tampak lega, meski wajahnya masih menahan rasa mual. Begitu masuk ke dalam mobil, ia langsung bersandar di pundak Jeno di kursi belakang. Sementara itu, Jaemin yang disuruh Jeno untuk memegang alih kemudi, Jaemin mulai menggerutu dengan nada cemburu.

Nyonya Jung (Nominhyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang