Haechan itu seorang dominan garis keras, cuman akibat do'a mami Doyoung yang menjadi kenyataan. Dengan sangat terpaksa Haechan harus merelakan gelar dominannya lalu menerima gelar barunya sebagai nyonya Jung karena sedang hamil anak si kembar Jung J...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
∆ No Edit, penuh dengan typo jadi harap maklum ∆ Jangan lupa vote dan komennya juseyoo (.◜◡◝)و!!
꧁❁🅝🅨🅞🅝🅨🅐 🅙🅤🅝🅖❁꧂
*
*
*
Haechan duduk di sofa, menatap layar televisi dengan tatapan bosan. Acara drama yang diputar sama sekali tidak menarik baginya, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Rumah yang biasanya ramai oleh suara Jeno dan Jaemin yang sering ribut kini terasa sepi. Dua suaminya itu sudah berangkat ke kantor sejak tadi pagi, meninggalkan Haechan sendirian bersama bayi kecil yang sedang tumbuh di dalam perutnya.
Haechan memutar posisi duduknya, mencoba mencari posisi yang nyaman. “Kenapa sih mereka harus kerja pagi-pagi? Kan aku di sini kesepian,” gumam Haechan sambil tangannya mengusap pelan perutnya.
“Kamu juga kangen sama Daddy dan Papa, ya?” ucap Haechan mencoba berbicara dengan bayi dalam kandungan nya, dan direspon dengan tendangan kecil dalam perutnya.
Senyuman kecil muncul di wajah Haechan, namun segera berubah menjadi ekspresi dongkol ketika mengingat alasan kenapa dia terjebak sendirian di rumah ini. Semua ini gara-gara Jaemin yang dengan seenak jidatnya mengirim surat pengunduran diri atas nama Haechan ke Seungmin, bos kafe tempat Haechan bekerja. Dan yang lebih parah lagi, Seungmin menerima resign nya Haechan begitu saja tanpa menanyakan alasannya. Seolah-olah mereka semua sudah sepakat untuk mengurung Haechan di rumah.
“Kak Seungmin pasti kerjasama sama mereka,” Haechan mendengus kesal. Tangannya meraih ponsel, ingin menelepon Seungmin dan membuat memprotes.
Namun, Haechan teringat bagaimana kebiasannya Seungmin yang hanya akan merespons dengan nada datar, mungkin hanya berkata, “Kan kamu sekarang sudah jadi ‘Nyonya Jung.’ Wajar saja disuruh fokus di rumah.”
“Kenapa juga si Jaemin harus main kirim-kirim surat resign segala? Dasar seenaknya saja… padahal kan aku masih bisa kerja dalam keadaan hamil? Lagipula, aku ini hamil bukan sakit. Kalau terlalu gabut begini, nanti aku malah tambah stres.” gumam Haechan dengan raut wajahnya yang kesal.
Perasaan rindu terhadap suasana kafe yang penuh tawa dan canda mulai memenuhi pikirannya. Ia ingat saat-saat menyenangkan bertengkar dengan Hyunjin di sela-sela melayani pelanggan. Hyunjin, yang selalu punya ide untuk mengerjainya, bahkan sampai pernah memasukkan garam di gelas kopinya tanpa bilang-bilang. Mungkin karena itulah, hari-hari di kafe selalu terasa hidup dan penuh warna.
Akhirnya, Haechan mengambil keputusan. “Aku tidak bisa terus-terusan begini,” katanya tegas pada dirinya sendiri.
“Besok aku harus coba datangi Kak Seungmin lagi dan lihat apakah dia mau menerima aku kembali.” Dengan pikiran itu, perasaan Haechan menjadi sedikit lebih baik.