Hari ini kelas 12 IPA-A sedang berlangsung pembelajaran, semuanya tampak serius mendengarkan penjelasan guru didepan mereka. Hingga bell istirahat terdengar.
"Baiklah, untuk tugas kelompok kali ini, setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Dan kalian bebas memilih pasangan kelompok kalian." Setelah mendengar penjelasan guru, terlihat semua siswa-siswi mulai memilih kelompok.
"Asayang kamu sama aku ya?" Chiki tentu saja memilih sang pacar untuk menjadi partner kelompoknya.
"Kalau gitu, Yeon lo sama Rami." Asa memberi kan saran.
"Kali ini gue ngga bisa, walaupun gue ngga bodoh-bodoh amat, tapi kalau dipasangkan sama juara umum sekolah, gue keliatan kek paling bodoh. Dan gue juga mau nyari suasana baru, sorry ahyeon cantik." Tolak Rami yang membuat Chiki dan Asa melongo, sedangkan ahyeon syok hingga matanya melotot.
"Hai cantik, satu kelompok sama gue aja ya Ning?" Ujar Rami yang saat ini sudah menghampiri meja salah satu teman sekelas mereka yang bernama Ningning.
"Oke Ram." Senyum cerah trelihat jelas di wajah gadis berambut blonde, sedangkan ahyeon mendengus kesal.
"Lo sama Dain aja, Yeon. Dia doang sama lo yang belum ada pasangan." Ucapan chiki membuat pandangan Ahyeon beralih ke belakang.
Tidak heran anak itu belum memiliki pasangan kelompok, disaat yang lain sibuk bertanya sana sini ke yang lain untuk mengajak satu kelompok, Dain memilih diam di tempat duduk sambil membaca buku.
"Sama kalian aja bisa ngga sih? Gue bosen sama tuh anak, berasa lagi deket patung gue. Lagian gue muak kalau ketemu dan bareng dia mulu, cukup di sekolah dan pas pemotretan aja gue liat dan bareng dia." Ahyeon mengeluarkan isi hatinya.
"Kalau bisa gue sama chiki juga mau satu kelompok sama lo, tapi tadikan sajangnim bilangnya satu kelompok cukup dua orang." Asa mencoba memberikan pengertian.
Dan ahyeon hanya bisa memanyunkan bibirnya, karena tidak bisa satu kelompok dengan sahabatnya. Tetapi tidak berlangsung lama, ekspresinya berubah saat melihat salah satu musuh bebuyutannya di kelas, menghampiri Dain.
"Dain, kamu belum ada pasangan kelompok ya? Sama aku mau ngga?" Ujar Giselle yang saat ini berdiri di samping Dain.
"Dain sama gue, minggir lo." Ahyeon mendorong tubuh Giselle dan menempati posisi Giselle sebelumnya.
"Apa-apaan lo? Lo sendiri yang ngga mau satu kelompok sama Dain, pas sahabat lo saranin tadi, kenapa sekarang lo yang ngejawab saat gue nanya Dain?" Protes Giselle
"Suka-suka gue, lagian Dain harus selalu berada di dekat gue, itu udah jadi tugas dan tanggung jawab dia sebagai asisten gue."
Satu sekolah memang sudah mengetahui fakta bahwa anak baru yang langsung menjadi gadis populer di sekolah, yang memiliki kepribadian cuek, dingin, dan irit ngomong, menjadi asisten pribadi princess sekolah, yang kepribadiannya yang sangat buruk.
"Tugas sekolah, atau proses pembelajaran ngga ada sangkut pautnya dengan siapa lo, atau siapa Dain buat lo. Yang gue tau, Dain sekelas sama gue, dan gue mau ngajak dia satu kelompok bareng gue." Perdebatan terus berlanjut tepat di samping Dain, membuatnya hanya bisa memejamkan matanya dan menghela nafas.
"Sekali gue bilang Dain satu kelompok sama gue, berarti ngga ada yang bisa ubah itu." Kali ini Ahyeon kembali mendorong tubuh Giselle, membuat emosi Giselle semakin terpancing.
"Lo fikir gue peduli? Sekalipun lo cucu pemilik sekolahpun gue ngga takut."
"OH BERANI LO? OKE, SI,,"
"Cukup, jangan buat waktu istirahat kalian terbuang gitu aja. Gue satu kelompok sama Ahyeon." Ujar Dain memotong kalimat ahyeon yang penuh emosi.
"Lo dengarkan? Dain milih gue, jadi lo me,,"