Chapter 6

83 26 13
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih...

***

Joel memarkirkan mobilnya sembarang di depan pagar rumah minimalis itu. Dia langsung melesat dengan langkah kaki lebarnya masuk dan mengetuk pintu. Cukup lama dia mengetuk dan menunggu sampai akhirnya seseorang membukakan pintu tersebut. Suster nya Alika menatap Joel dengan pandangan yang tidak kalah panik juga.

"Ibu mana?" Tanya Joel.

"Di kamar nya Non Alika Pak." Tanpa menjawab sama sekali Joel langsung melangkah ke dalam. Dari caranya berjalan saja semua juga sudah bisa tahu kalau Joel sudah hafal dengan tata letak rumah ini.

Kamar Alika berada di lantai dua. Ketika dia membuka pintu Yuri langsung berdiri dan menatapnya dengan mata yang sudah berurai air mata. Entah sudah berapa lama wanita itu menangis.

"Alika kenapa?" Joel bertanya dengan setenang mungkin. Kalau dia panik Yuri pasti akan menangis lagi.

"Dia demam dari tadi pagi, panas banget dan tadi sempat kejang. Aku panik dan nggak tahu harus apa." Meskipun dengan keadaan yang panik tapi Yuri masih bisa menyusun kata-katanya supaya mudah dimengerti oleh Joel.

Dia beralih pada Alika yang terbaring dengan kain kompres di kepalanya. Anak itu sudah tidak kejang lagi, namun ketika Joel menyentuh pipi Alika, suhu tubuhnya masih terasa panas. Buru-buru Joel menoleh menatap Yuri.

"Siap-siap, kita bawa Alika ke rumah sakit." Satu kalimat singkat, Yuri langsung beranjak dari tempatnya dan mempersiapkan yang perlu dia bawa. Sementara Joel sudah menyingkirkan handuk kompres dari kepala Alika dan menggendong anak itu. Membawanya ke dalam mobilnya dan menidurkannya di kursi belakang bersama dengan susternya. Tidak lama setelahnya Yuri muncul dan mereka langsung bergegas ke rumah sakit terdekat.

Untungnya jalanan sudah tidak macet. Jadi mereka tidak butuh waktu lama untuk sampai dan Joel juga bisa sedikit memacu kendaraannya. Alika langsung ditangani oleh Dokter ketika mereka sampai. Yuri dan Joel ditanya beberapa pertanyaan sederhana. Kemudian Dokter meminta tes darah untuk Alika karena ada indikasi demam berdarah dan gejala tifus.

Joel menyuruh Yuri untuk menunggu Alika sementara dia mengurus semua keperluan administrasi di rumah sakit. Setelahnya Alika sudah dipindahkan ke ruang rawat. Anak itu baru berusia empat tahun lebih, tapi setiap melihat Alika Joel selalu sedih. Dia kehilangan kasih sayang ayahnya di usia yang masih muda. Sama seperti Joel. Bedanya kalau Joel benar-benar kehilangan ayahnya karena memang dipanggil Yang Maha Kuasa, sementara Alika memiliki ayah yang tidak pantas disebut sebagai ayah.

tangan mungil anak itu dipakaikan infus. Membuat Joel semakin tidak tega melihatnya. Wajar saja kalau Yuri menangis. Ibu mana yang bisa melihat anaknya seperti ini selain ibunya Joel tentunya yang bahkan tidak pernah menganggap Joel ada di dunia ini. Perlahan Joel masuk, berdiri di samping Yuri yang sedang duduk sambil mengelus tubuh Alika.

"Alika akan baik-baik saja Ri, kamu dengar sendiri apa kata Dokter tadi kan?" Joel mencoba untuk menenangkan hati Yuri barang sedikit saja. Yuri mengangguk dan menghapus air matanya.

"Aku rasanya nggak becus jadi ibu. Masa begini saja aku nggak bisa apa-apa." Lirih Yuri.

Joel tidak berkata apa-apa lagi. Dia memilih duduk di sofa dan mengistirahatkan dirinya sendiri. Seharian ini dia sudah bekerja dari pagi hingga sore. Kemudian dia harus menerjang macetnya Jakarta, belum lagi adu mulut dengan Renjana. Dan sekarang dia berakhir di rumah sakit. Mau pulang dan meninggalkan Yuri sendiri di sini pun tidak bisa. Yuri sedang tidak baik-baik saja untuk ditinggal sendirian. Akhirnya Joel hanya bisa mendesah dan menghela nafas. Agak malam nanti dia baru akan pulang.

Mantan GentayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang