7.Perasaan Terlarang

190 30 3
                                    

Tidak seperti bocah pada umumnya yang segala sesuatu harus disiapkan, Axel tidaklah demikian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak seperti bocah pada umumnya yang segala sesuatu harus disiapkan, Axel tidaklah demikian. Bocah lelaki itu pergi ke kamar mandi, membersihkan diri sebelum memulai aktivitasnya. Setelah itu mengambil pakaian seragam yang sudah tersimpan rapi di dalam lemari bergambar Superman, tokoh Super Hero favoritnya.

Kaki mungilnya melangkah keluar kamar, setelah berseragam rapi. Axel masuk kamar sang papa. Bibirnya cemberut karena Jeno masih terlelap. Axel naik ke tempat tidur, mengguncang-guncang badan Jeno. "Pa! Bangun, Pa!"

Jeno masih menelungkup dengan kedua lengan di benamkan di bawah bantal, posisi tidur yang juga diturunkan kepada Axel.

"Pa, bangun, dong!" rengek Axel tidak menyerah membangunkan Jeno.

Jeno menggeliat, mendorong lengannya ke atas. "Kamu berangkat sama Mang Ajat dulu, Papa masih ngantuk." Jeno kembali menarik selimutnya, melimpahkan tugas itu pada sopir pribadinya.

"Ga mau. Hari Selasa kan jadwalnya bawa bekal makan siang, Pa. Ayo, Pa, bikinin, Pa!" Axel terus merengek.

Jeno pun akhirnya bangun dari tidurnya, duduk di ujung kasur dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Mata Jeno masih sulit di buka. Namun, ada sesuatu yang melintas di pikirannya, wajahnya mendadak cerah ceria.

Axel heran dengan perubahan sikap ayahnya, yang tadinya bangun malas-malasan, sekarang energinya terisi penuh dengan kobaran semangat di matanya. "Papa punya kejutan untukmu. Pasti kamu akan senang." Jeno menatap mata anaknya dengan senyum lebar.

"Kejutan apa?" Bocah itu memiringkan kepalanya, dan dahi mengernyit heran.

Jeno mengambil kaos sembarang dari lemari, menutupi tubuh atletisnya. "Kamu tunggu di sini. Nanti, saat Papa buka pintu, pasti kamu akan senang dengan kejutan Papa."

"Oke." Axel mengangguk meskipun masih kebingungan, namun sangat antusias menanti surprise itu.

Jeno sudah berada di depan pintu kamar Karina. Mengetuk beberapa kali, namun tidak ada sahutan dari dalam, apalagi membuka pintu. Ketika memutar knop,  pintu terbuka - Apa Karina pulang ke rumahnya? Tertegun beberapa saat, tergerak untuk membuka pintu lebih luas, menyingkirkan keraguannya.

Mata Jeno membeliak, melihat apa yang tidak seharusnya dilihat. Karina masih tertidur, mengenakan piyama kimono pendek hingga tampak kaki mulusnya yang hampir terekspos semua.

Karina pelan-pelan membuka mata. Menyadari Jeno di kamarnya, Karina buru-buru merenggut selimut, menutupi tubuhnya.

Keduanya salah tingkah. Jeno ingin menjelaskan, tapi bicara pun susah, lidahnya mendadak kaku.
"A-aku, ttu-nggu kamu di luar."

Jeno bersandar di daun pintu, tubuhnya mendadak panas dingin sampai keringat meluncur dari pelipisnya.

"Pa, mana kejutannya?" Axel membuka pintu, kepalanya melongok keluar.

Angel Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang