Karina diantar pelayan untuk bertemu seseorang di tempat yang sudah dijanjikan. Tak jarang, pria-pria yang berpapasan dengannya tak bisa menahan untuk menggodanya. Bahkan yang lebih parah, di antara mereka ada yang sampai melakukan catcalling, pelecehan verbal secara terang-terangan, membuat Karina merasa risih.
"Hey, cantik, ayo ikut Om!" kata pria botak berperut besar, mengedipkan sebelah matanya pada Karina.
Tak sampai beberapa langkah, ada lagi pria tinggi besar brewokan yang tak kalah menyebalkan, "Cantik, main yuk, semalam berapa?"
Pria-pria hidung belang bertebaran di mana-mana mencari mangsa. Wajar karena tempat yang ia kunjungi ini identik dengan hiburan malamnya. Lagian, siapa orang yang akan ditemuinya, kok ngajak ketemuan di tempat semacam itu.
"Udah, Mbak, jalan aja. Jangan dianggap," kata seorang pelayan perempuan yang mengantar Karina.
Setelah menaiki tangga, sampailah di sebuah ruangan yang lebih privat.
"Mas Sam, ada yang cari kamu, nih!" Pelayan itu cukup memanggil Samuel dari luar pintu, karena Samuel paling tidak suka kalau konsentrasinya terganggu.
Samuel sudah cukup terkenal di tempat itu. Rupanya, selain pesepakbola, ia juga adalah pemain billiard profesional, dan sering mengikuti kejuaraan.
Pria tinggi menjulang itu menaruh stik billiard-nya di atas meja, senyumnya mengembang ketika melihat kedatangan Karina. "Rin, silahkan masuk!"
Karina melihat-lihat keadaan sekeliling. Di ruangan itu hanya ada Samuel dan sebuah meja billiard beserta peralatannya.
"Kamu mau minum apa, mumpung masih ada pelayanan di sini?"
"Tidak perlu, aku cuma sebentar kok, gak lama. Soalnya ditunggu sopir di bawah."
"Kalau ga ada apa-apa lagi, saya permisi," pamit pelayan wanita yang mengantar Karina
"Terima kasih udah dianterin."
"Sama-sama, Mbak. Permisi."
Setelah pelayanan pergi, hanya ada Karina dan Samuel di tempat itu. Samuel menggenggam pundak Karina, menggiringnya ke pojok ruangan. Di sana ada sofa single dan sebuah meja. Ada beberapa botol minuman beralkohol beserta gelasnya. Juga bekas puntung rokok tisu bekas pakai di asbak. Dan yang paling mencuri perhatian ada sebuah lipstik di antara bungkus rokok. Karina tidak terlalu memedulikan, lebih fokus pada kepentingannya.
"Sopirnya suruh pulang saja, Rin, nanti pulangnya aku anterin."
"Jeno bisa marah kalau aku pulang larut. Lagi pula, aku ke sini gak minta izin."
Garis senyum Samuel seketika turun, saat Karina menyebut nama Jeno. "Lebih baik kamu berhenti saja dari pekerjaan itu, gak cocok. Kamu bisa dapet kerjaan yang lebih baik, model misalnya. Kakakku seorang desainer, aku bisa kenalin kamu sama dia. Dijamin keterima...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Beside Me
FanficJeno Albert Simamora seorang pesepakbola muda berbakat, terpaksa menikahi Jessica, sepupu jauhnya yang usianya jauh lebih tua karena dijodohkan orangtua mereka. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, pernikahannya dengan Jessica tidak berjalan bahagia. S...