Suara riuh rendah ribuan suporter dari kedua kubu klub sepakbola yang akan bertanding, bergema memenuhi stadion.
Di barisan suporter Garuda Muda FC, seorang anak kecil tidak terpengaruh sedikit pun dengan euforia yang sedang terjadi, padahal sudah mengenakan jersey klub yang didukungnya. Mimpi untuk menjadi player escort mendampingi sang papa, pupus sudah, karena sosok jagoannya hanya dijadikan pemain cadangan."Den Axel jangan sedih, atuh. Yang semangat. Mang Ajat yakin, Den Jeno bakalan dimainkan," hibur Ajat, pada majikan kecilnya yang tampak murung.
Dengan tatapan redup tak ada semangat Axel bertanya, "Kata siapa, Mang?"
"Ya, kata Mang Ajat. Kan, Den Jeno mainnya bagus, masa gak diturunkan. Rugi, atuh."
"Papa kamu pasti main. Liat, udah pake Jersey gini masa gak semangat," timpal Karina, mengelus puncak kepala bocah itu.
Jersey Garuda Muda FC yang dipakai Axel sudah dipersiapkan Jeno sejak lama, dicetak dengan nama 'Axel' di bagian belakang, berikut nomor punggung 11 sebagai angka favoritnya.
"Kalau boleh tau, kenapa nomor punggung kamu angka 11?" tanya Karina, memancing bocah yang sedang lesu itu untuk bicara lebih banyak.
"Karena Axel lahir tanggal 11 bulan 11."
Karina tertegun, seperti terpikir sesuatu. Lamunannya kembali buyar ketika layar ponsel di tangannya menyala, ada pesan masuk.
Jeno: Karina, tolong bilang sama Mang Ajat, bawa Axel ke ruang ganti pemain sekarang juga. Dia udah tau kok tempatnya.
****
Tiga puluh menit sebelumnya.
Ruang ganti Garuda Muda FC memanas. Terjadi perdebatan sengit antara Coach Satrio dan para pemain.
"Ga bisa gitu, dong, Coach. Peraturan tetap peraturan, ga boleh diubah-ubah seenaknya," tentang Samuel, ngotot.
"Musibah ga ada yang tahu. Yudha kakinya patah karena kecelakaan semalam. Kita ga ada striker lagi selain Jeno."
"Saya bukan nyalahin Yudha, Coach, tapi keputusan Coach. Bukannya si Jeno itu sedang dihukum?"
Jeno semakin geram dengan Samuel, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, hanya memendam kesal, dengan mengepalkan tangan.
Haikal yang tidak tahan dengan kelakuan Samuel akhirnya angkat bicara. "Eh, Sam, sebenarnya Lo yang egois. Gue gak heran kalo si Jeno duluan mukul lo kemarin."
Samuel berbalik, mendorong bahu Haikal. "Maksud Lo apa? Nantangin gue?"
Haikal sepertinya mulai terpancing dengan arogansi Samuel. Untung saja Mark segera menengahi.
"Ini babak final, Sam, penentuan nasib tim kita. Lo jangan egois! Lo harus terima, cuma Jeno yang bisa ngisi posisi Yudha. Pemain lain yang tersisa cuma bek sama gelandang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Beside Me
FanfictionJeno Albert Simamora seorang pesepakbola muda berbakat, terpaksa menikahi Jessica, sepupu jauhnya yang usianya jauh lebih tua karena dijodohkan orangtua mereka. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, pernikahannya dengan Jessica tidak berjalan bahagia. S...