9.Terlalu Tergesa-Gesa

288 32 3
                                    

Mengumpulkan segenap keberanian mengambil celah dari samping, namun Jeno menjegal langkahnya, menarik lengan Karina sehingga kembali ke tempat semula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengumpulkan segenap keberanian mengambil celah dari samping, namun Jeno menjegal langkahnya, menarik lengan Karina sehingga kembali ke tempat semula.

Karina menatap Jeno sebagai ungkapan ketidaknyamanannya. Dengan ekspresi dingin ia berkata, "Axel sudah tidur, pekerjaanku sudah selesai."

Tatapan tajam mengintimidasi, seperti serigala lapar, tidak akan melepas mangsanya yang sudah terpojok. "Aku ingin kamu tahu, sesuatu yang saat ini kurasakan."

Memalingkan wajah dari lawan bicaranya. Sepertinya Karina sudah memiliki firasat tentang apa yang akan diungkapkan Jeno.

"Aku tidak suka diabaikan." Bibir Jeno yang berbisik menyentuh tepian teling Karina. Hembusan napas dari batang hidungnya yang mancung, hangat menyentuh pipi mulusnya.

Tangan Jeno menggapai saklar yang berada tepat di samping kiri dinding di mana Karina bersandar. Begitu saklar ditekan, lampu pun padam.

Gelapnya suasana, menambah keresahan. Karina merasakan tubuh lelaki itu semakin mendesaknya. Tiba-tiba Karina merasakan sesuatu yang lembut menabrak bibirnya. Detak jantungnya berhenti sesaat. Karina tidak menyangka Jeno akan bertindak sejauh ini. Hanya beberapa detik, Jeno kembali melepas ciumannya. Jarak mereka masih sangat dekat, sehingga helaan dan hembusan napas lelaki itu bisa Karina rasakan.

"Aku cinta kamu, Karina...."

Belum reda keterkejutannya setelah ciuman barusan, Karina kembali dibuat kaget dengan pengakuan Jeno. Meskipun sudah punya firasat, namun ketika kata-kata itu terucap, tubuhnya seolah tenggelam ke dalam pusaran, pusaran masalah yang akan menambah keruh jalan hidupnya.

"Kumohon jangan seperti ini. Dari awal kamu memintaku datang ke sini untuk jadi pengasuh Axel. Jangan membuatku merasa tidak nyaman dengan sikapmu."

Sebagai seseorang yang pernah mengalami trauma---terhadap laki-laki---di masa lalu, tentu tindakan Jeno barusan membuat Karina merasa terancam.

"Apa salahnya aku mencintaimu? Axel juga sayang padamu...."

Pertanyaan itu membuat miris. "Aku merasa tidak perlu menjawabnya."

"Kenapa? Apa karena aku pria yang sudah menikah?" Jeno tak henti mencecarnya dengan pertanyaan karena merasa tidak puas dengan jawaban Karina.

"Bagus kalau paham."

"Selama kamu di sini, apa kamu melihat keberadaan istriku? Dia sama sekali sudah tidak peduli. Apa kamu tidak kasihan sama Axel?"

"Jangan jadikan Axel sebagai alasan. Aku bersedia menjadi pengasuhnya, memberikan kasih sayang dan perhatian, itu sudah cukup. Sedangkan, urusan rumah tanggamu dengan istrimu sama sekali bukan urusanku. Dan jangan pernah libatkan aku dengan alasan apa pun. Paham?"

Bertahun-tahun hidup dengan seorang narsistik seperti Jessica, sedikit banyak Jeno terpengaruh. Dalam hal ini memaksakan kehendaknya, tidak mau ada penolakan, tanpa memikirkan perasaan Karina. Andai ia tahu, Karina pun menyimpan rahasia pelik yang mempengaruhi kejiwaannya di masa lalu, dan traumanya tidak akan pernah bisa hilang sampai kapan pun, apakah Jeno akan tetap tega memaksanya.

Angel Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang