16.Titik Terlemah

161 24 2
                                    

"Bukannya itu koper Karina?" tunjuk Jeno pada benda di samping Wati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukannya itu koper Karina?" tunjuk Jeno pada benda di samping Wati.

Jessica menoleh sekilas pada benda untuk mengemas pakaian tersebut. Sepertinya, sengaja ia taruh benda itu di sana untuk memancing emosi Jeno.

"Kalau iya, kenapa?" Dagu Jessica sedikit terangkat, mempertegas kesombongannya.

"Jangan bilang, kamu ingin mengusirnya?"

"Ah, iya, ide bagus. Kenapa gak sekalian diusir saja. Padahal, tadinya cuma mau mindahin kamarnya," ujarnya santai.

Rupanya Jeno salah sangka tentang keberadaan koper Karina. Ternyata Jessica hanya ingin memindahkan kamarnya saja. Atau memang itu skenario Jessica untuk membuat Jeno malu?

"Apanya yang salah dengan kamar Karina sekarang, hingga kamu ingin memindahkannya?" Jeno menuntut penjelasan karena tak terima kamar Karina dipindahkan.

Jessica berdecak malas, sambil merotasi bola matanya. "Masih tanya. Kamar itu terlalu bagus buat ditempatin BABU. Bukannya di dekat dapur ada kamar khusus pembantu?"

Kepala Jeno mendadak panas, dadanya sesak menahan amarah. Pertandingan tadi sore dan latihan intens seminggu terakhir, sudah membuat tubuhnya lelah. Rencana untuk istirahat dengan kepala dingin sepertinya tidak akan terwujud, karena kedatangan Jessica yang hobi menyulut emosinya. Semakin Jeno terpancing, semakin Jessica menyukainya.

"Jaga mulut kamu! Karina hanya pengasuh Axel. Jangan pernah mengatakan hal-hal yang tidak pantas tentang dia. Karena Karina jauh bisa diandalkan, tidak seperti kamu, ngurus anak saja tidak becus!"

"Terus saja kamu sanjung-sanjung si Karina, tanpa sadar kamu sudah mengakui, kalau dia memang selingkuhan berkedok pengasuh," tuduhnya tanpa segan.

Tenaga Jeno sudah terkuras habis setelah pertandingan, sudah tidak ada lagi energi yang tersisa untuk berdebat. Jeno mengambil langkah di samping Jessica. "Terserah kamu mau ngomong apa. Aku tegaskan sekali lagi, jangan pernah kamu mengusik Karina, apalagi mengusirnya."

Jeno mengambil koper Karina, pergi ke lantai atas untuk mengembalikan koper itu ke tempatnya semula.

Bibir Jessica tersungging. - Apakah kamu sekarang sudah merasa lebih hebat dariku? Kamu belum tahu siapa Jessica Wihardja. Permainan baru saja dimulai, Sayang. Kamu akan membayar mahal, untuk keputusanmu memilih wanita jalang itu.

****

Kulit mulus yang berlumuran sabun tersapu guyuran air dari shower yang memancar dari atas. Tubuh atletisnya semakin mempesona saat dibasahi air. Mandi air hangat sebelum tidur, membuat otot-otot yang tegang terasa lebih rileks, dan pikiran yang sedang kalut pun sedikit lebih tenang.

Jeno mengambil handuk yang tergantung, dibelitkan di pinggangnya.

Saat sedang memilih pakaian di lemari, sepasang tangan melingkari pinggangnya dari belakang. Dari cat kuku merah di jarinya, Jeno tahu siapa pemilik tangan itu. Ketika berbalik, didapati Jessica yang telah memakai kimono tidurnya yang minim.

Angel Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang