5.Bujukan Setan

215 29 1
                                    

Berulang kali bocah lelaki berusia delapan tahun itu menghela napas dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berulang kali bocah lelaki berusia delapan tahun itu menghela napas dalam. Bayangan penganiayaan yang baru terjadi, meninggalkan sesak di dada. Pikiran Axel tak pernah lepas dari Karina. Meskipun bocah itu tampak duduk tenang di samping sang ayah yang sedang mengemudi, jiwanya masih tertinggal di tempat Karina.

"Axel, kalau nanti Oma sama Opa tanya kamu habis dari mana, kamu bilang abis nginep di rumah Om Mark, ya."

Axel tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke depan.

"Axel, kamu denger Papa ngomong, kan?"

Untuk yang kedua kali, Axel menyahut, "Kenapa, Pa?" Sepertinya ia tidak menyimak apa yang barusan Jeno bilang.

"Barusan Papa bilang, kalau Oma sama Opa tanya, kamu habis pulang dari mana, kamu jawab abis nginep di rumah Om Mark."

Axel hanya mengangguk. Beberapa menit kemudian Axel kembali bersuara dengan nada lirih, "Pa."

"Hm."

"Kasian ya Kak Karina. Sepertinya, dia udah gak punya orangtua."

"Sepertinya begitu."

"Bagaimana kalau orang jahat itu datang lagi, terus mukulin Kak Karina, kan kasian, Pa." Mata anak itu dengan cepat terisi genangan, tumpah berderai membasahi pipi mungilnya. Axel memiliki hati yang lembut dan empati yang tinggi, tidak mungkin kalau itu turun dari sifat Jessica.

Ternyata yang dipikirkan Axel pun yang sedang dipikirkan Jeno. Khawatir Johnny kembali menyakiti Karina. "Kita doakan saja semoga tidak terjadi apa-apa sama Kak Karina." Jeno mengusap rambut anaknya.

"Tadi aku denger, Kak Karina gak punya pekerjaan. Gimana kalau Kak Karina jadi pengasuh Axel aja gantiin Bi Surti?"

Jeno terdiam, meskipun sangat ingin itu terjadi, namun ada beberapa pertimbangan di benaknya. "Kak Karina masih muda, cantik, mungkin dia tidak akan merasa cocok dengan pekerjaan seperti ini."

"Tapi, kan, Kak Karina orangnya baik, Pa. Dia sayang sama Axel. Pasti dia mau, kok. Ya, Pa, yah," rengek Axel mengguncang bahu Jeno.

"Kalau ada waktu, nanti Papa bicarakan sama Kak Karina."

"Jangan lama-lama ya, Pa."

"Iya."

"Janji, lho, Pa." Axel menyodorkan jari kelingkingnya pada Jeno, sebagai tanda  kesepakatan yang harus dilakukan.

Jeno mengaitkan kelingkingnya ke Kelingking mungil sang anak. Barulah setelah itu Axel kembali ceria.

****

Rudy dan Maria sudah menunggu di taman belakang. Tempat ternyaman saat kumpul keluarga yang rutin mereka lakukan di setiap akhir pekan. Di sana ada Jessica yang sedang berbincang santai dengan mertuanya itu.

"Aku udah masak masakan spesial untuk Papi sama Mami. Semalam, pulang dari perusahaan aku belanja banyak bahan masakan. Aku masak sampai jam 11 malam, karena gak ada yang bantuin. Papi sama Mami tau sendiri kan, Jeno bisanya cuma makan."

Angel Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang