Dengan terburu-buru hoodie hitamnya dilepaskan, berikut singlet putih yang masih tersisa. Tubuh kekar dengan lekuk otot yang indah terpampang nyata. Wanita mana yang akan menolak pesona dan paras tampan pria ini?
Karina menahan dada bidang yang semakin mendesaknya dengan telapak tangan. "Jangan lakukan ini."
Dengan kesabaran yang masih tersisa, Jeno berusaha membujuk, "Apakah ini yang pertama? Jangan khawatir, kamu tidak akan menyesal melakukannya. Malam ini, kita akan bahagia bersama."
Jeno lanjut mencumbunya. Bibirnya terasa hangat mengecupi pundak mulus Karina, hingga membuatnya terbius oleh cumbuan panas lelaki itu. Deru napasnya terdengar nyata, seperti singa lapar yang ingin melahapnya hidup-hidup.
Karina begitu indah, membuat Jeno semakin menginginkannya. Jeno merasa celana jeans-nya mendadak sesak hingga kancing teratasnya ia lepas. Entah kenapa, ritsletingnya pun terasa semakin terdesak dari dalam, padahal hanya memakan seporsi mie instan. Tapi ini bukan tentang mie instan.
Nafsu telah menyesatkannya. Yang ada di pikiran Jeno sekarang, ingin secepatnya mendapat pelampiasan, tak ingin melewatkan lagi kesempatan untuk memadu cinta dengan wanita cantik ini.
Kedua lengan kokoh berotot, mengungkung tubuh Karina. Dada bidang Jeno menindihnya. Ciumannya semakin menggila. Di saat ketidak berdayaan, ada sesuatu yang aneh dirasakan Karina. Terhirup aroma yang tak asing dari tubuh Jeno. Meski badannya agak berkeringat, tidak menghilangkan aroma familiar itu. Namun, yang membuat bingung, Karina tidak ingat persis di mana pernah menghirupnya.
Karina mendorong pundak Jeno lebih kuat, hingga ciumannya terlepas. Wanita bersurai panjang itu buru-buru bangun, sebelum Jeno kembali menerkamnya. Lekas ia menautkan lagi kencing-kancing pakaiannya yang terlepas. Sementara Jeno duduk di ujung sofa, meremas rambut depannya. Sekuat tenaga meredam kembali gairahnya yang sudah memuncak.
Setelah deru napasnya normal, Jeno kembali berbalik ke arah Karina. Beberapa saat menatap dalam hening, sementara yang ditatap hanya menundukkan pandangan dengan tubuh gemetar.
"Kenapa kamu menolakku?" tanya Jeno dengan nada kecewa yang tidak bisa disembunyikan. "Kamu tidak percaya padaku?"
Karina tampak masih enggan menatap Jeno. Memalingkan pandangannya ke arah lain, sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat cumbuan gila yang baru saja terjadi. "Aku belum siap."
Jeno menghela napas dalam, kemudian mengangguk meskipun berat. "Aku tidak akan memaksa kalau kamu belum siap."
__
Ketika dalam perjalanan pulang, Karina yang saat itu memangku Axel, masih diam seribu bahasa. Pikirannya melanglang buana. Wangi parfum yang menyeruak di tubuh Jeno masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Di mana dan saat apa ia mencium wangi itu, Karina berusaha keras mengingatnya.
-Wangi itu serasa tidak asing. Tapi, bukannya parfum adalah barang yang dijual bebas?
Mungkin hanya kebetulan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Beside Me
FanficJeno Albert Simamora seorang pesepakbola muda berbakat, terpaksa menikahi Jessica, sepupu jauhnya yang usianya jauh lebih tua karena dijodohkan orangtua mereka. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, pernikahannya dengan Jessica tidak berjalan bahagia. S...