──────⊹⊱✫⊰⊹──────
Langit yang masih mendung menyelimuti perjalanan mereka. Meskipun hujan sudah mereda, sisa-sisa air yang tertinggal di jalan setapak memantulkan cahaya samar dari langit abu-abu.Remiel dan Marigold berjalan dengan langkah mantap, membawa kotak cookies yang tersusun rapi di tangan mereka, menuju Sanctuary of the Arcane. Rumah sakit penyihir yang megah itu tampak berdiri kokoh di ujung jalan.
“Semoga Percival sudah membaik,” gumam Remiel pelan, memikirkan sahabatnya yang sudah beberapa hari menjalani perawatan di sana.
Begitu mereka tiba di depan pintu masuk rumah sakit, udara segar bercampur aroma ramuan herbal menyambut mereka. Para penyihir dan Althéa tampak sibuk berlalu-lalang, dan suara langkah kaki serta obrolan rendah mengisi suasana di dalam bangunan megah itu.
“Remiel!” Suara yang familiar membuatnya menoleh.
Di ujung koridor, berdiri Percival Malachai, dengan satu tongkat di tangan untuk menopang kakinya yang masih dalam proses pemulihan. Wajahnya tampak cerah, jauh lebih baik daripada terakhir kali Remiel melihatnya. “Lihat siapa yang datang!” Percival tersenyum lebar, melambai ke arah Remiel.
“Percival!” Remiel segera menghampiri, senang melihat sahabatnya yang sudah hampir sembuh. “Kau sudah bisa berdiri? Hebat! Kukira kau akan lebih lama di sini.”
Percival tertawa kecil, “Oh, cedera kaki ini memang membuatku sedikit cemas, tapi para Althéa di sini benar-benar hebat. Aku sudah hampir siap pulang, mungkin hari ini juga.”
Marigold yang berdiri di belakang Remiel tersenyum, “Syukurlah, kau sudah lebih baik. Kami bawa cookies ini, mungkin bisa kau nikmati sebelum pulang.”
Percival menyipitkan mata, mencoba mencium aroma dari kotak yang dibawa Remiel, “Cookies buatanmu lagi? Kau benar-benar tahu cara menggoda perut seseorang. Aku tak sabar mencobanya.”
Mereka bertiga tertawa bersama, sementara di belakang mereka, para Althéa terus menjalankan tugas mereka. Hawa tenang dan nyaman menyelimuti koridor itu, membawa rasa damai meski di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.
“Bagaimana dengan permainan terakhirmu? Sudah lama kita tidak bicara sejak kau cedera,” tanya Remiel dengan nada penasaran.
Percival menghela napas, “Ah, permainan sihir bola itu... aku kira bisa menang, tapi takdir berkata lain. Sihir yang kugunakan untuk menghindari bola malah jadi bumerang buatku. Cedera kaki ini akibatnya.”
Remiel menepuk bahu Percival, “Yang penting kau baik-baik saja sekarang. Setelah sembuh total, mungkin kau bisa bertanding ulang. Kau pasti akan menang kali ini.”
Percival tersenyum penuh keyakinan. “Tentu saja, dan aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama.”
| — SWEET SORCERY — |
Setelah Remiel dan Marigold menghilang dari pandangan, langkah-langkah ringan mereka masih bergema di lorong rumah sakit yang sepi. Percival tetap berdiri di sana, sendirian dengan pikiran yang mulai bermain-main di kepalanya. Ia menatap kosong ke depan, tapi pikirannya terfokus pada sesuatu yang jauh lebih penting.
Remiel, sahabatnya, memang selalu ceria, mandiri, dan baik hati. Tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang masih belum lengkap dalam hidupnya—setidaknya, menurut Percival. Pikirannya langsung melayang ke sosok lain.
Evan. Nama itu terngiang di benaknya.
Keluarga Evan selalu menginginkan pasangan dari keluarga Althéa untuknya. Mereka percaya pada tradisi dan ikatan darah yang kuat. Dan Evan? Meskipun tampak begitu tenang dan dingin dari luar, Percival tahu bahwa dia membutuhkan seseorang yang bisa menyeimbangkannya—seseorang seperti Remiel.
Percival menghela napas panjang. "Mereka sudah pernah bertemu jika aku tak salah ingat," pikirnya, matanya melirik ke arah jalan yang barusan dilalui Remiel. "Tapi... kenapa tidak? Remiel punya segalanya yang bisa membuatnya menjadi pasangan yang sempurna untuk Evan. Dan keluarga mereka pasti akan setuju."
Ia menyunggingkan senyum kecil, seolah sudah merancang sesuatu dalam benaknya. "Mungkin ini saatnya aku membantu sedikit. Mereka butuh dorongan. Evan mungkin takkan bergerak sendiri, dan Remiel... ah, dia bahkan tak menyadari bahwa dirinya cocok sekali untuk peran itu."
Percival berbalik dan berjalan perlahan menuju pintu keluar. Meski langkahnya masih tertatih akibat cedera, pikiran dan rencananya melangkah jauh lebih cepat. Ia akan mencari cara untuk mempertemukan mereka—tanpa terlalu kentara, tentu saja. Sedikit bantuan dari seorang teman tak pernah menyakitkan, bukan?
Dan siapa tahu, mungkin ini akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar.
•••
TBC.
Say hello to Percival Malachai.
(n.) Beneran cabang halo dek versi penyihir...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sorcery.
FanfictionDi dunia sihir yang penuh keajaiban, Remiel adalah seorang Althéa yang sedang menempuh pendidikan. Saat takdir mempertemukannya dengan Evander, pegawai Departemen Sihir yang terkenal, hatinya mulai bergetar, seakan merasakan cahaya baru. Dari momen...