𝐗𝐈𝐕 : Perlombaan Dimulai (2).

16 4 0
                                    

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Sesampainya di sisi Soren, Remiel dengan cepat mengeluarkan mantra penyembuh dari telapak tangannya. Cahaya hijau samar mulai menyelimuti lengan Soren yang terluka. "Tunggu sebentar," bisik Remiel, masih terdengar panik. Meskipun mantra penyembuhnya mulai bekerja.

Sambil melakukan penyembuhan, Remiel dan Soren bersembunyi di balik kubah pelindung yang dibuat Remiel. Mereka harus segera menyusun strategi untuk melawan monster itu, sebelum kekuatan mereka terkuras habis.

Remiel terus menyalurkan energi penyembuhannya ke lengan Soren, meskipun keringat dingin mulai mengalir di dahinya. Di luar kubah pelindung itu, serangan monster semakin beringas, menghantam perlindungan sihir mereka dengan kekuatan yang kian mengancam.

“Soren, bagaimana?” Remiel bertanya dengan suara serak.

Soren mengangguk singkat, matanya tetap tertuju pada monster di hadapan mereka. “Sudah lebih baik, terimakasih. Ayo mulai menyerang kembali, kelemahannya ada pada mata."

Remiel menghembuskan napas dalam, memperhatikan arah kelemahan yang ditunjuk oleh Soren. Remiel bergerak cepat dalam sekali pengelihatan, berada di samping monster bayangan itu, dia membaya tubuhnya untuk terbang sedikit lebih jauh sembari menunggu aba-aba dari Soren.

“Bersiaplah,” gumam Soren sambil merapalkan mantra baru. Di tangannya, ranting-ranting kayu dan akar-akar dari pohon sekitar mulai bergerak, menyatu membentuk sebuah jebakan alami yang tertanam di tanah. "Kita buat dia lengah."

Monster itu melompat, melayangkan cakar besar ke arah mereka. Soren, dengan gerakan cepat, mengarahkan jebakan akar ke kaki monster itu, menahan gerakannya sejenak.

“Sekarang, Remiel!” teriak Soren.

Dengan segenap tenaga yang tersisa, Remiel meluncurkan mantra serangan—serangkaian duri beracun yang langsung menghantam tubuh dan mata dari monster didepan Soren. Bayangan yang besar itu menjerit, suaranya menggema di seluruh hutan, saat tubuhnya mulai memudar.

Monster itu menghilang dalam sekejap, berubah menjadi asap pekat yang menghilang bersama hembusan angin.

Remiel sedikit terengah dan kembali menuju Soren, menatap kosong ke arah tempat monster itu sebelumnya berdiri. Soren masih dengan lengan bajunya yang di penuhi darah, menghilangkan mantra perisai dari tangannya.

“Kita berhasil,” ucap Remiel.

Soren mengangguk, lalu menepuk bahu Remiel perlahan. “Kerja bagus."
ㅤㅤ

| — SWEET SORCERY — |

ㅤㅤ
Evan tengah duduk di kantornya, menyelesaikan beberapa dokumen ketika sebuah panggilan darurat dari Departemen Sihir masuk. Nada suara di seberang terdengar mendesak, membuat firasatnya seketika berubah buruk.

"Ada energi negatif di satu ajang perlombaan, cepatlah kemari," kata si pemanggil.

Tanpa berpikir panjang, Evan menutup panggilan dan segera merapalkan mantra teleportasinya. Dalam sekejap, ia muncul di lokasi perlombaan, tepat di luar hutan tempat kompetisi berlangsung. Begitu tiba, udara di sekelilingnya terasa sedikit tak biasa. Beberapa penyihir dari Departemen Sihir tampak bergegas, dan wajah mereka menunjukkan kepanikan. Tanpa membuang waktu, Evan langsung menghampiri salah satu rekannya di sana, seorang penyihir senior bernama Alyssa.

“Apa yang terjadi?” tanya Evan dengan nada tegas, matanya mencari tanda-tanda yang bisa memberi jawaban.

Alyssa menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. “Kami mendeteksi adanya sihir gelap di sekitar hutan. Beberapa murid mungkin dalam bahaya, termasuk peserta lomba. Pengamanan sudah diperketat, tapi situasinya masih belum jelas,” ujarnya, suaranya rendah dan berat.

“Apa ada informasi tentang siapa yang terlibat?” Evan bertanya kembali, disekelilingnya suasana semakin gaduh saat ada beberapa anggota Departemen Sihir lainnya berkumpul.

“Aku belum bisa memastikan, tapi ada laporan tentang terror yang mereka alami dari salah seorang penyihir. Ini mirip dengan insiden sebelumnya yang kita hadapi,” jawab Alyssa, matanya berkilau dengan kekhawatiran.

Evan mengangguk, "Perlombaan dalam hal apa yang mereka adakan sekarang?"

Alyssa membuka selembar kertas dari sakunya, memberikan pada Evan, sedetik kemudian matanya sontak membulat kaget saat mengetahui ajang perlombaan kali ini melibatkan murid Pendidikan Althéa. "Tidak... Remiel pasti disana." pikirnya.

Evan melangkah masuk ke dalam area tempat para penyelenggara inti dari lomba berkumpul. Dengan ekspresi marah yang tak bisa ia sembunyikan, ia langsung menghampiri ketua panitia perlombaan yang tengah berdiskusi dengan beberapa anggota.

Pemuda dengan rambut bewarna merah tampak marah, Sirius Noctis. Anak baru di Departemen Sihir tapi kemampuannya lebih bagus dibandingkan anggota senior lainnya, “Bagaimana kalian bisa melanjutkan perlombaan ini dengan semua risiko yang ada? Bahkan disaat terror terjadi tidak ada satupun yang berpikir untuk menutup perlombaan tahun ini?"

"Dan parahnya tidak ada laporan mengenai persetujuan diadakannya sebuah lomba.” sambung salah satu dari rekan teamnya, membuat amarah Evan semakin memuncak.

Ketua penyelengara di bidang tanaman, bernama Seraphine, menatap para anggota Departemen Sihir. “Kami telah mempertimbangkan semua faktor, Tuan. Perlombaan ini adalah kesempatan berharga bagi para murid untuk menunjukkan kemampuan mereka,” jawabnya defensif. “Kami tidak bisa membatalkan acara hanya karena satu laporan.”

"Kesempatan?” Evan hampir berteriak. “Kalian lebih memikirkan reputasi lomba ini daripada keselamatan mereka! Jika ada yang terluka atau bahkan lebih buruk lagi, apa kalian akan bertanggung jawab?”

•••

TBC.

Hidden power, Sirius Noctis (Imagine his hair is red).

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Sorcery. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang