──────⊹⊱✫⊰⊹──────
Sebulan lamanya mereka berlatih, suasana di asrama semakin menegangkan. Remiel dan Soren, bersama teman-teman seangkatan, telah berjuang keras mempersiapkan diri untuk perlombaan yang ditunggu-tunggu. Setiap hari diisi dengan latihan fisik dan mental, memperdalam pengetahuan tentang ramuan dan mantra.
Siang itu, aula asrama dipenuhi hiruk-pikuk persiapan untuk lomba yang sebentar lagi dimulai. Kabar gembiranya, lima peserta dengan nilai tertinggi akan mendapatkan sertifikat khusus yang memungkinkan mereka melewati dua semester sekaligus. Bagi murid yang hampir memasuki semester akhir ini adalah bonus untuk langsung berada di semester terakhir pendidikan mereka tanpa perlu ujian terlebih dahulu.
Namun, berbeda untuk Remiel dan Soren. Mereka tampak ragu untuk melanjutkan perlombaan, terlebih tepat pada dini hari, seluruh asrama digegerkan oleh terror aneh didepan gerbang. Sebuah ancaman dengan menggunakan darah.
Remiel menatap sekeliling, memastikan situasi aman sebelum mendekat sedikit ke Soren, lalu berkata dengan nada rendah, "Mereka terlihat aneh, Soren. Satupun tak ada raut kekhawatiran yang terlihat."
Soren mengangguk, matanya memandang lurus ke depan. "Ya, memang sejak awal mereka terlihat aneh. Tapi entahlah... aku tidak bisa membaca apapun dari mereka."
Remiel melanjutkan, suaranya pelan, "Dan kita sekarang harus masuk ke hutan dengan ancaman yang belum terungkap itu? Aku tak yakin ini keputusan yang aman."
Soren menghela napas perlahan, lalu bergumam, "Tak ada pilihan lain. Kita sudah sejauh ini,"
Remiel menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Benar. Gunakan seluruh kemampuan yang telah kita pelajari selama satu bulan ini."
Tak lama kemudian, bunyi pukulan dari benda yang ditabuh terdengar nyaring, mengambil atensi semua orang yang berada di aula saat ini.
Mr. Fenn berdiri di depan sana dengan senyuman yang terlihat jelas di wajahnya. "Selamat datang, peserta yang terhormat! Hari ini adalah hari yang telah kita nantikan bersama, di mana semua usaha dan kerja keras selama sebulan ini akan diuji. Kami bangga melihat semangat dan dedikasi kalian."
Dia melanjutkan, "Para juri akan menilai berdasarkan keahlian kalian dalam menerapkan mantra, kreativitas dalam menggunakan ramuan, dan kemampuan kalian bekerja sama. Kalian juga diperbolehkan meracik ramuan diluar pelatihan yang telah diajarkan, dan kami harap sebelum matahari terbenam, seluruh peserta telah kembali menyelesaikan perlombaan. Tidak masalah jika kalian belum sepenuhnya menyelesaikan tantangan."
Sedikit gambaran mengenai sistem perlombaan. Para peserta diberikan waktu selama 24 jam untuk menyelesaikan serangkaian tantangan yang sudah diberikan, menggunakan secarik kertas yang dimasukkan kedalam mantra khusus. Setiap tantangan awal sama untuk semua peserta, namun pada tahap akhir, mereka diharuskan membuat ramuan langka yang berbeda. Untuk itu, mereka harus mencari tanaman-tanaman tertentu di hutan.
Selama pencarian, peserta tidak diperbolehkan berpisah dari kelompok. Hutan ini juga menyediakan buah-buahan yang bisa dimakan, sehingga para peserta hanya membawa sedikit camilan di dalam kantong kecil yang tergantung di pinggang mereka.
Pakaian yang dikenakan selama lomba pun didesain simpel agar tidak mengganggu selama perlombaan berlangsung. Atasan berpotongan pas badan berwarna putih, dengan lengan panjang yang bisa digulung jika diperlukan. Celananya ringan dan cukup fleksibel, memungkinkan mereka bergerak bebas selama di hutan. Sepatu bot setinggi mata kaki melengkapi tampilan mereka, memberikan perlindungan maksimal tanpa mengurangi kelincahan.
ㅤㅤ| - SWEET SORCERY - |
ㅤㅤ
Begitu peluit perlombaan terdengar, Remiel dan Soren langsung berlari menuju hutan. Deru angin dan gemerisik dedaunan mengiringi langkah mereka. Di dalam hutan, sejumlah tim pengamanan sihir sudah ditempatkan untuk memastikan keamanan.Mereka berdua bergerak cepat, menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang dan asri. Suasana hutan begitu indah, seperti sebuah taman yang terawat dengan baik. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama ketika tantangan pertama muncul di depan mata mereka.
"Mantra perlindungan... seperti kemarin," bisik Remiel, mempersiapkan diri.
Soren mengangguk singkat. Sebuah bayangan besar muncul dari balik pepohonan. Sebuah monster raksasa yang terbentuk dari kegelapan, tubuhnya besar dan bergerak cepat. Monster bayangan itu mengeluarkan raungan mengerikan, membuat tanah di sekitarnya bergetar.
Tanpa membuang waktu, mereka berdua langsung bersiap untuk bertarung. Remiel merapalkan mantra perlindungan, membentuk kubah yang cukup besar untuk menghalau gerakan monster didepan. Sementara Soren mengeluarkan sihirnya, membentuk perisai dari pohon yang kokoh di sekeliling mereka.
Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini-kekuatan monster itu terasa ganjil. Serangannya penuh dengan kebencian dan dendam yang memuncak, seperti ada niat jahat yang lebih dalam.
Remiel mulai merasakan kegelisahan yang tak biasa. "Ini tidak seperti tantangan biasa... Rasanya seperti monster ini ingin membunuh kita," ucapnya, napasnya memburu.
Soren hanya mengerutkan alis, tetap fokus menghadapi ancaman di depan mereka. "Tetap fokus," jawabnya singkat, sambil menghindari serangan besar dari cakar monster tersebut.
Pertarungan berlangsung sengit, dengan sihir mereka berdua bekerja sama untuk menahan serangan monster yang terus menerus. Tapi perasaan aneh itu tidak hilang dari benak Remiel-bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekedar serangan buatan biasa.
Pertarungan semakin tak terkendali ketika monster bayangan itu menyerang dengan gerakan yang lebih cepat dan agresif. Soren, yang tetap tenang sejak awal, mencoba menghalau cakar raksasa monster itu dengan mantra perisainya. Namun, satu serangan luput dari penghalauannya.
Craak!
Cakaran monster itu berhasil mengenai lengan Soren, mengoyak kulitnya. Darah segar mulai mengalir dari lukanya. Soren meringis tanpa mengeluarkan suara.
"Soren!" Remiel berseru panik. Seketika, perhatiannya teralihkan pada sahabatnya, dan dalam sekejap monster itu memanfaatkan celah tersebut. Sebuah dorongan kuat dari bayangannya menghantam Remiel, membuat tubuhnya terhempas ke arah pohon.
Bruk!
Remiel terjatuh dengan keras, rasa sakit menjalar di punggungnya. Tapi tanpa berpikir panjang, ia langsung bangkit kembali. "Soren!" teriaknya, berlari ke arah Soren yang masih memegangi lukanya dengan satu tangan, sementara satu tangannya lagi tetap memegang perisai sihir untuk melindungi mereka berdua.
Sesampainya di sisi Soren, Remiel dengan cepat mengeluarkan mantra penyembuh dari telapak tangannya. Cahaya hijau samar mulai menyelimuti lengan Soren yang terluka. "Tunggu sebentar," bisik Remiel, masih terdengar panik. Meskipun mantra penyembuhnya mulai bekerja.
•••
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sorcery.
FanfictionDi dunia sihir yang penuh keajaiban, Remiel adalah seorang Althéa yang sedang menempuh pendidikan. Saat takdir mempertemukannya dengan Evander, pegawai Departemen Sihir yang terkenal, hatinya mulai bergetar, seakan merasakan cahaya baru. Dari momen...