𝐈𝐈 : Aroma Hangat di Tengah Hujan.

42 11 0
                                    

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Hujan mengguyur lembut di pagi itu. Remiel, yang telah siap dengan keranjang untuk menampung botol-botol ramuan, terpaksa menunda niatnya. Ah, betapa menyusahkan—gerutunya, diiringi decakan kesal di dalam hati.

Menjadi Althéa sebetulnya adalah kebahagiaan, meski banyak rintangan yang harus dihadapi. Setiap hari, hidupnya dipenuhi dengan wacana baru, seperti saat ini. Rencana untuk mengumpulkan stok botol ramuan kini terhenti oleh hujan yang tak kunjung reda.

Di tengah keheningan, saat menatap butiran air yang jatuh, suara lembut dari Marigold Ashenvale, sang ibu, memecah kesunyian. "Remiel, kemarilah dan bantu Mama di dapur."

"Baik Mama." jawab Remiel diiringi senyuman manis.

Kawasan tempat tinggal mereka terletak di daerah khusus bagi keluarga Althéa, dekat dengan rumah sakit penyihir, Sanctuary of the Arcane. Tak heran, setiap hari tempat itu ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang menuju rumah sakit, menciptakan hiruk-pikuk kota.

Rumah yang mereka tinggali mirip rumah pohon, dengan tanaman langka dan herbal tumbuh subur di sekelilingnya. Di sinilah mereka melakukan eksperimen ramuan baru, menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga Ashenvale.

"Bagaimana dengan sekolahmu, Remiel? Ada hal menarik?" tanya Marigold, baru teringat setelah sekian lama. Remiel baru saja pulang dari pendidikan Althéa, dan kesibukan pesanan pelanggan membuatnya tak sempat bertanya.

"Baik sekali, Mama. Aku senang berada di sana. Jika tidak, mungkin aku tak akan mencapai tahap kelima tahun ini."

"Ah... kamu benar. Dalam pikiranku, Mama hanya memiliki anak berusia sepuluh tahun," jawab Marigold dengan senyum lembut.

Remiel tertawa, tangannya dengan telaten menghias cookies di atas nampan. Memang, keluarganya selalu menganggapnya sebagai anak kecil berusia sepuluh tahun. Sangat lucu rasanya bagi pemuda berusia dua puluh tahun ini.

“Sayang, tolong bantu Mama memotong wortel dan brokoli itu,” kata Marigold sambil menyiapkan bahan-bahan untuk makan siang. Aroma segar dari sayuran yang sudah dipotong oleh Marigold memenuhi dapur, menciptakan suasana hangat di tengah hujan di luar.

Remiel mengangguk, mengambil pisau dan mulai memotong wortel dan brokoli dengan hati-hati. Momen seperti ini selalu menyenangkan baginya, beraktivitas bersama Mama di dapur sambil bercerita banyak hal.

“Makanan yang kita buat hari ini sederhana saja, ya?” Marigold menoleh pada Remiel kemudian melihat senyuman anaknya yang tak pernah luntur setiap berbicara dengannya.

“Iya, Mama. Apapun itu asal di buat oleh Mama pasti menjadi makanan nomor satu yang aku suka,” Remiel menjawab sambil memperhatikan uap yang mengepul dari panci.

Marigold tersenyum hangat, memang Remiel selalu bisa membuat dirinya bahagia.

Setelah beberapa saat, sup yang mereka masak mulai mendidih, dan aroma harum mulai menyebar ke seluruh dapur. Marigold mengangkat penutup panci, mencicipi sup, lalu menambahkan sedikit garam. “Perfect! Rasanya pas!” Remiel bersemangat setelah mencicipi.

Dengan cepat, mereka menyusun meja dengan hidangan yang menggugah selera—sup sayur segar dan nasi pulen. “Kita sudah siap untuk makan siang,” kata Marigold sambil tersenyum.

Mereka duduk di meja makan, berbagi cerita tentang hari-hari mereka. Makan siang ini terasa sangat berharga, penuh tawa dan kehangatan.

"Sayangnya Papa belum pulang, padahal ini enak sekali." Remiel sedikit murung.

"Remiel sayang, tak apa. Kita makan malam bersama saja, ya? Ada banyak waktu untuk kedepannya."

Air wajah yang tadinya murung pun berubah menjadi berbinar dalam sekejap, "Mama serius??" tanyanya memastikan.

Marigold mengangguk dan langsung mengisyaratkan Remiel untuk segera makan siang, diikuti dirinya yang menikmati masakan mereka siang ini.

Setelah selesai makan, Remiel bertanya sembari membantu membersihkan meja. “Mama, setelah ini kita harus mengantarkan cookies ke tetangga, ya?” tanyanya, mengingat rencana mereka.

“Betul! Cookies yang kita buat pasti akan membuat mereka senang,” balas Marigold, matanya bersinar.

“Mari kita pergi ke Sanctuary of the Arcane juga!! Aku yakin orang-orang di sana akan senang menerima ini,” kata Remiel, semangat menggebu.

Mereka mulai melangkah keluar rumah setelahnya semuanya siap, merasakan udara segar setelah hujan reda. Dengan beberapa kotak cookies di tangan, mereka melanjutkan perjalanan, siap membagikan kebahagiaan dan kasih sayang yang mereka ciptakan di dapur. Melupakan agenda Remiel sebelumnya.

•••

TBC.

Sweet Sorcery. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang