𝐈𝐕 : Pertemuan Kedua di Kios Ashenvale.

37 11 0
                                    

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────⊹⊱✫⊰⊹──────


Mentari bersinar lembut, menembus tirai awan dan melukis warna baru di kios Ashenvale—tempat yang terkenal dengan ramuan serta obat-obatan ajaib.

Remiel berdiri di balik meja kayu, tangannya sibuk merapikan ramuan yang baru saja selesai disiapkan. Senyum hangat tak pernah surut dari wajahnya saat ia mengamati para pelanggan yang berlalu-lalang, berharap salah satu di antara mereka akan menjadi pengunjung setia kios keluarganya.

Tiba-tiba, pintu kios berderit terbuka, dan seorang pemuda dengan rambut hitam legam memasuki ruangan. Remiel merasakan detak jantungnya semakin cepat, seolah ada sesuatu yang tak biasa dari sosok yang kedua kali berdiri di hadapannya. Dengan segera, ia menyusun senyum terbaiknya, menyambut pemuda itu dengan penuh hormat.

“Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu hari ini?” sapanya lembut.

“Selamat pagi,” balas pemuda itu dengan senyum yang tak kalah hangat. “Aku ingin membeli dua botol ramuan.”

Remiel sedikit terkejut, tapi tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. “Oh, tentu saja. Apa yang kau butuhkan, Tuan Evander?”

Evan tersentak kecil, matanya melebar. “Kau tahu namaku?”

Remiel terkekeh pelan. “Siapa yang tak mengenal penyihir hebat seperti Anda, Tuan? Seluruh penjuru kota pastinya mengenal nama besar Anda.”

Tawa kecil pun mengisi ruangan, keduanya terjebak dalam percakapan hangat. Namun, keakraban itu terhenti ketika bunyi lonceng dari pintu kios kembali terdengar, mengingatkan Remiel akan tugasnya.

“Apa Tuan ingin membeli ramuan daya tahan tubuh dengan ekstrak Bunga Elderberry?” tanya Remiel, kembali ke profesionalismenya.

“Bukan untukku, ini untuk sepupuku,” Evan menjelaskan, masih dengan senyuman lembut. “Dia baru keluar dari rumah sakit dan butuh ramuan untuk mempercepat pemulihan.”

Remiel mengangguk mengerti. “Ada beberapa ramuan yang mungkin cocok. Apakah dia menyebutkan ramuan tertentu yang dibutuhkannya?”

“Saya tidak begitu yakin,” jawab Evan, alisnya sedikit berkerut. “Dia hanya bilang butuh sesuatu yang bisa mempercepat penyembuhan.”

Remiel mengeluarkan beberapa botol ramuan. “Ini ramuan untuk meningkatkan energi, dan ini untuk mempercepat proses penyembuhan. Mungkin ini bisa membantu.”

Evan memandang botol-botol di hadapannya dengan teliti. “Bagus. Aku ambil keduanya,” katanya akhirnya.

Botol di tangannya berisi Ekstrak Akar Ginseng Moonroot untuk ramuan peningkat energi dan Ekstrak Air Mata Phoenix untuk mempercepat penyembuhan. Transaksi pun selesai, namun Evan tak langsung pergi. Ia mengulurkan tangan, menyiratkan sesuatu yang lebih.

“Siapa namamu?” tanyanya tiba-tiba.

Remiel sedikit terkejut, namun segera menjawab, “Saya Remiel, Tuan.”

Ketika tangan mereka bertaut, ada getaran halus yang tak kasat mata, seolah dunia sekitar mereka terhenti sejenak. Di dadanya, Remiel merasakan keanehan yang manis—apakah ini hanya kebetulan ataukah takdir yang bermain?

Evan terpaku sejenak pada wajah Remiel, sebelum berkata, “Senang mengenalmu, Remiel.”

“Senang berkenalan juga, Tuan Evander,” balas Remiel, senyum tipis masih menghiasi bibirnya.

Evan tersenyum kecil, lalu bertanya, “Kau selalu bekerja di sini?”

“Setiap hari,” jawab Remiel. “Ini usaha keluarga. Kami menyediakan berbagai ramuan dan obat-obatan bagi penyihir.”

“Menarik. Pekerjaan yang tampaknya menyenangkan,” ujar Evan, matanya berkelana mengamati kios dengan rasa penasaran.

“Begitulah,” jawab Remiel sambil tersenyum. “Jika Tuan butuh bantuan lain, jangan ragu untuk memberi tahu.”

Setelah beberapa percakapan ringan, tiba-tiba Evan berkata, “Bagaimana jika lain kali kita minum teh bersama? Sepertinya ada banyak hal yang bisa kita bicarakan.”

“Dengan senang hati!” jawab Remiel, hatinya berdegup kencang, menyimpan momen ini dalam benaknya. “Kapan saja Anda mau.”

Mereka berdua tersenyum, dan dalam hati Remiel tahu, pertemuan ini adalah awal dari sesuatu yang tak terduga, mungkin bahkan sebuah keajaiban.

| — SWEET SORCERY — |


Beberapa hari yang lalu, Percival Malachai, yang baru saja pulang dari rumah sakit, duduk termenung di bangkunya. Tatapannya terpaku pada Evan, yang baru saja menyelesaikan biaya perawatannya. Dengan setelan jas hitam dan jubah yang tersampir di lengannya, pesona Evan semakin terpancar.

“Evan, kau harus kembali ke kios Ashenvale,” bujuk Percival, wajahnya penuh harapan.

“Apa yang membuatku harus kembali?” tanya Evan, sedikit bingung.

“Untuk membeli obat tambahan,” jawab Percival dengan nada bersahabat. “Dan... ada Althéa yang sangat menarik di sana. Dia sepertinya cocok untukmu.”

“Cocok? Maksudmu bagaimana?” Evan mengerutkan kening, penasaran.

“Dia punya bakat luar biasa. Siapa tahu, mungkin kau bisa menemukan ketertarikan di antara kalian,” ujar Percival, mencoba memancing rasa penasaran Evan lebih dalam.

Evan berpikir sejenak, rasa ingin tahunya mulai tumbuh. “Baiklah, aku akan kembali.”

Percival tersenyum puas, merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk mempertemukan keduanya.

•••


TBC.

(n.)
        1. Bunga Elderberry. Ekstrak dari bunga yang dikenal     
             mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan
             melindungi dari penyakit, sering digunakan dalam
             ramuan penyembuhan sihir.
        2. Akar Ginseng Moonroot. Di dunia sihir, akar ini dikenal
            bisa memberikan dorongan energi secara instan,
            meningkatkan stamina, dan menghilangkan rasa lelah.
        3. Air Mata Phoenix. Ini adalah bahan yang langka
            dan kuat, dikenal karena kemampuan luar biasanya
            dalam meregenerasi sel dan mempercepat pemulihan
            dari luka atau penyakit.

Sweet Sorcery. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang