𝐗𝐕 : Kekhawatiran Dan Rintangan berikutnya.

37 7 6
                                    

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

"Kesempatan?" Evan hampir berteriak, suaranya penuh emosi. "Kalian lebih peduli pada reputasi perlombaan ini daripada keselamatan mereka! Jika ada yang terluka-atau lebih buruk-apa kalian akan bertanggung jawab?"

Seraphine tampak tegang mendengar kritik itu, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Kami telah menempatkan pengamanan yang cukup, dan kami yakin tidak ada yang akan terjadi. Kami akan segera meningkatkan perlindungan di sekitar area hutan," ujarnya, mencoba meredakan ketegangan.

"Sudah terlambat!" seru Sirius.

"Kami akan menyelidiki situasi ini lebih jauh, dan jika perlu, kami akan menghentikan lomba secara paksa. Kalian harus menyadari konsekuensi dari apa yang terjadi," lanjut Sirius tegas.

Seraphine hanya bisa mengangguk, menyadari mereka tak punya pilihan lain. "Baiklah, kami akan segera meninjau ulang situasi ini. Namun, kalian perlu memberi kami waktu untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya."

Evan menatapnya dengan tatapan tajam, penuh ketidaksabaran. "Tidak ada waktu lagi. Nyawa mereka yang dipertaruhkan."

Tanpa menunggu lebih lama, Evan, Sirius, dan beberapa anggota Departemen Sihir segera masuk ke dalam hutan. Pandangan mereka sangatlah berbeda jauh dari penyelenggara perlombaan yang tampak tenang. Bagi Evan dan yang lainnya, hutan itu terlihat kacau dan penuh dengan energi negatif.

Tanaman yang katanya hidup dan rimbun kini layu, banyak yang mati. Atmosfernya terasa gelap dan menakutkan, seperti ada sesuatu yang jahat merasuki tempat itu.

"Sihir ilusi," celetuk Evan. "Semua orang di asrama sudah terkena mantra. Mereka tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi."

Sirius mengangguk, wajahnya serius. "Kita harus bergerak cepat."

Tanpa ragu, mereka melangkah masuk lebih dalam ke hutan, sadar bahwa bahaya yang di hadapi para peserta jauh lebih besar dari yang dibayangkan.
ㅤㅤ

| - SWEET SORCERY - |

ㅤㅤ
Setelah menyelesaikan tantangan pertama, Remiel dan Soren berdiri di tengah hutan yang rimbun, siap untuk tantangan kedua. Mereka sudah mengetahui bahwa salah satu bahan utama yang ditetapkan pada tantangan kedua ini adalah Hellebore.

Jadi, Remiel dan Soren memutuskan untuk membuat Elixir of Astral Sight. Selain Hellebore, mereka perlu mencari debu bintang dan darah burung langka, yang merupakan bagian krusial dari ramuan tersebut.

"Hmm... kita harus menemukan Hellebore terlebih dahulu," kata Remiel, mengamati peta ramuan yang terbuat dari daun besar. "Setelah itu, kita bisa melanjutkan pencarian debu bintang dan darah burung langka."

Soren mengangguk, matanya melirik sekeliling. "Hati-hati, kita tidak sendirian di sini."

Dengan penuh kewaspadaan, mereka melangkah lebih dalam ke hutan. Udara segar menyelimuti mereka, namun ada nuansa lainnya di sekeliling. Ketika mereka berjalan, Soren merasakan getaran dari tanah. "Ada sesuatu di dekat sini," bisiknya, matanya tajam mengamati lingkungan sekitar.

Sweet Sorcery. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang