──────⊹⊱✫⊰⊹──────
Remiel terbangun dengan rasa gelisah. Angin berhembus kencang di luar, dan suara gemuruh dari kejauhan mengganggu ketenangan pagi ini. Soren, sahabatnya, membangunkannya dengan wajah yang tampak serius.
“Remiel, bangun! Cepat bersiap untuk latihan,” kata Soren dengan nada tegas.
“Ya, aku bangun sekarang,” jawab Remiel setengah mengantuk. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sejenak
Sementara itu, Soren terus menatap ke luar jendela, mengamati kondisi pagi yang terasa menyebalkan. Angin yang terlalu kencang membuatnya merasa tidak nyaman, tetapi pelatih tampak tak peduli dan tetap melanjutkan rencana pelatihan di hari pertama.
Remiel menyelesaikan kegiatan nya secepat mungkin. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi mencoba untuk tidak memperdulikan hal tersebut. Sebelum keluar dari kamar mandi, Remiel mendapat satu Sentia yang berasal dari Evan, senyuman di wajahnya dapat terlihat.
"Terimakasih sudah mengirim pesan padaku, Evan. Aku akan baik baik saja disini."
Remiel kembali ke kamar dan mulai mengenakan jubah yang sudah disediakan khusus untuk latihan; jubah dengan warna keemasan.
“Mengapa kau terlihat seolah sedang menghadapi monster?” tanya Remiel, berusaha mencairkan suasana di antara mereka.
“Aku hanya tidak suka angin kencang ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengintai kita,” jawab Soren, matanya masih terpaku ke luar jendela.
“Tenang saja. Kita hanya berlatih, bukan untuk berperang,” ujar Remiel, meski hatinya sendiri dipenuhi sedikit keraguan. Ia tahu betul bahwa mereka tidak bisa mengabaikan potensi ancaman yang mungkin ada di luar sana, terlebih tentang hal semalam.
Setelah semuanya selesai dipersiapkan, mereka berdua bergegas menuju lapangan latihan. Begitu mereka tiba, suasana di tempat itu terasa berbeda. Anggota tim lainnya sudah berkumpul, tetapi tidak ada satu pun yang tampak ceria. Semua wajah terlihat tegang, dan banyak yang berbisik tentang berita terbaru yang menyebar di kalangan mereka.
Pelatih sudah menunggu di tengah lapangan, wajahnya tampak serius. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Prof. Guang. “Kalian semua sudah tahu tentang ancaman yang mungkin kita hadapi,” katanya, suaranya tegas dan jelas. “Hari ini kita akan melakukan latihan untuk pertahanan diri. Situasi di luar tidak bisa dianggap sepele. Kalian harus siap untuk menghadapi segala kemungkinan.”
“Tiga pelaku penyerangan di departemen sihir masih belum tertangkap. Tidak menutup kemungkinan mereka akan membuat onar di masa mendatang. Jadi, perhatikan baik-baik semua yang akan kita pelajari hari ini. Mengerti?” lanjutnya.
Seluruh murid menganggukkan kepala, menyadari betapa seriusnya situasi ini. Tidak ada ruang untuk candaan atau tawa, semua tampak fokus saat merapalkan mantra dan menciptakan perlindungan menggunakan kemampuan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sorcery.
FanfictionDi dunia sihir yang penuh keajaiban, Remiel adalah seorang Althéa yang sedang menempuh pendidikan. Saat takdir mempertemukannya dengan Evander, pegawai Departemen Sihir yang terkenal, hatinya mulai bergetar, seakan merasakan cahaya baru. Dari momen...