1. Dua Garis Merah

280 36 6
                                    

“Ku mohon….”

“Ku mohon jangan.”

Ia memejamkan mata begitu erat sambil menunggu alat tes kehamilan itu memunculkan hasil. Sambil berharap cemas agar apa yang dicurigai tidak terjadi. Sebab Kisa tak ingin penghuni pertama rahimnya bukan benih dari orang terkasih.

Astaga! Kisa pun tak tahu harus mulai cerita dari mana sampai hal ini bisa terjadi. Kisa hanya ingat bagaimana ia diajak clubbing untuk pertama kali. Itu pun bersama teman-teman kantor, bukan laki-laki.

Namanya Dara, teman kantor sesama admin yang sebentar lagi akan melepas masa lajang. Waktu itu Dara mengajak Kisa untuk Girls Party sebelum terikat oleh lelaki. Sebagai rekan kerja, Kisa tak enak hati menolak.  Kisa pikir, Dara hanya akan mengajaknya ke café atau staycation di hotel. Siapa yang menyangka Dara mengajak Kisa ke Club?

“Harusnya aku berani menolak. Aku tidak akan berakhir seperti ini!” Ia masih menunggu. Demi Tuhan sedetik saja terasa sebulan.

Karena rasa tidak enak, Kisa tetap masuk ke club dengan prinsip tidak memesan apapun atau mengonsumsi apapun. Kisa hanya akan meminum air putih saja.

Nyatanya?

Tonggak pertahanan dirinya pecah saat mereka membujuk Kisa yang saat itu hanya tersisa dirinya yang tidak meminum whiski. Mereka janji akan memulangkan Kisa dengan selamat dan menjaganya.

Rasa rendah diri membuat Kisa menenggak minuman beralkohol itu. Suara musik semakin menggelegar. Ramai orang bersorak riang. Dan ada Kisa yang telah dilumpuhkan oleh efek minuman.

Panas seluruh badan. Kisa bahkan melepas rompi levis-nya sehingga memperlihatkan tanktop saja. Kisa tersiksa sekali waktu itu. Teman-temannya hanya terlihat seperti objek buram. Berulangkali Kisa meminta untuk pulang. Namun, mereka justru asik sendiri. Berlenggak-lenggok dengan pria yang entah sejak kapan datangnya.

Itu adalah ingatan terakhir sebelum Kisa terbangun di suatu kamar tanpa sehelai benang. Selimut tebal menutupi tubuh polosnya. Kecamuk pikiran menggerayang. Ditambah sosok lelaki yang tengkurap di balik selimut yang sama.

Astaga, Kisa sudah melakukan kesalahan! Itu adalah ingatan yang ingin dihapus selamanya namun tidak bisa! Karena mau dicoba bagaimana pun, Kisa tetap terbayang. Perih bagian bawah menandakan bahwa Kisa baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sebagai wanita, Kisa sudah tidak sempurna.

Kembali ke kesadaran. Perlahan terlihat garis samar. Di sini, jantung Kisa terasa berhenti untuk kesekian detik. Ia ambil test pack itu. Diangkatnya ke tempat di mana ia bisa melihat jelas.

Dan ternyata….

“P-positif?”

Hening. Dunianya terasa runtuh detik itu juga. Detak jam bahkan tak terdengar lagi. Dari sini, apa yang harus Kisa lakukan? Bagaimana Kisa menjelaskan pada keluarga dan.... Handika?

“B-bagaimana ini? A-apa yang harus aku lakukan?” Panik, Kisa hanya bisa mondar-mandir di kosan dengan kamar mandi dalam itu.

Satu pikiran terlintas. Kisa mungkin bisa menggugurkannya. Janin ini hadir di waktu kurang tepat. Kisa tidak menginginkannya. Terlebih siapa ayah kandungnya? Mungkin dia hanya laki-laki nakal yang waktu itu tidak sengaja bertemu di Club.

Diraihnya handphone. Saat layar menyala, ada wallpaper Kisa dan Handika yang tengah tersenyum bahagia. Ya Tuhan, Kisa baru sadar telah mengkhianati kekasihnya. Handika yang begitu peduli. Yang saat ini tengah berjuang habis-habisan mencari uang untuk menyiapkan mahar. Kisa dan Handika sudah merencanakan pernikahan.

“Ya Tuhan…” Tak kuat, Kisa luruh ke lantai bersama air mata menggenang. “Kenapa jadi seperti ini?” Isaknya semakin kencang saat tahu di luar sana ada seseorang yang tengah berusaha menghalalkannya.

“Maaf Handika. Maaf… Aku tidak bisa menjaga harga diri ku. Aku kehilangannya. Handika… aku harus bagaimana? Apa aku harus membohongi mu dan bersikap baik-baik saja?”

Menggeleng kuat. Kisa tidak bisa. Kisa tidak mau membuat Handika kecewa nantinya. Tapi…jika harus putus, Kisa tidak bisa! Kisa menyayanginya.

Menyesal sudah pasti. Waktu pun tidak bisa diputar. Kisa hanya bisa merenungi kebodohannya yang tidak mawas diri terhadap sekitar.

Tunggu!

Ini bukan salah Kisa! Ini salah mereka yang mengingkari janji! Mereka tidak menjaga Kisa! Mereka mebiarkan Kisa dibawa lelaki asing!

Diambilnya lagi handphone yang sejak tadi hanya melihat air mata Tuannya. Kali ini lebih kasar. Kisa geram dengan teman-temannya. Kisa harus…

Harus apa? Protes atas kelalaian mereka menjaga Kisa? Kalau begitu, mereka akan tahu kenyataan bahwa Kisa sudah tidur dengan lelaki tak dikenal.

“Ya Tuhan. Aku harus bagaimanaa?!”

***

Hari minggu dihabiskan dengan air mata tak ada hentinya. Seperti biasa, Kisa menyambut hari senin dengan rasa kantuk luar biasa. Begadang semalam sambil menyesali perbuatan rupanya berhasil membuat wajah sembab dan kantung mata panda.

Di kosan ini ada enam kamar. Lantai atas dan bawah. Kamar Kisa ada di lantai atas. Sengaja agar bisa memandangi panorama malam memukau. Bisa dibilang Kisa ini penghuni lama sebab sudah dua tahun lalu—ketika Kisa diterima di kantor JH Group sebagai admin. Kisa senang tinggal di sini karena orang-orangnya individualis. Mereka tak akan ikut campur dengan apapun kehidupan Kisa. Dengan begitu Kisa tak perlu khawatir ada cibiran datang dari mulut mereka.

Oh tentu saja setiap lingkungan punya karakternya masing-masing. Di kosan mungkin Kisa bisa bersikap tenang tanpa menghiraukan perkataan seseorang. Berbeda lagi dengan lingkungan pekerjaan. Sebisa mungkin Kisa harus memakai topeng setebal-tebalnya dan memasang senyum selebar-lebarnya.

Bagaimana ya bilangnya. Di JH Group urusan senggol menyenggol sudah jadi makanan sehari-hari. Beruntung Kisa dibekali mental yang kuat sehingga dua tahun sudah terlewati tanpa peduli omongan orang.

Untuk berangkat ke kantor Kisa harus menaiki sepeda motor kurang lebih sepuluh menit dengan keadaan jalan raya normal. Kalau sudah macet, mungkin bisa setengah jam baru sampai.

Hari ini syukurlah kendaraan tak begitu ramai sehingga Kisa bisa melaju cepat. Sumpah! Kisa punya dedline yang harus dikerjakan. Walau saat ini moodnya sedang remuk berantakan. Kisa harus menjadi orang yang professional. Urusan pribadi dan pekerjaan tidak boleh disatukan. Terlebih, mereka tidak boleh tahu rahasia yang Kisa sembunyikan.

Tentang kehamilan. Kisa hanya bisa berharap dirinya kuat menjalani hari-hari mual yang sering dialami Ibu hamil tri semester awal.

Semalam Kisa tidak bisa menemukan jalan keluar. Ia sudah biasa dibantu Handika sehingga masalah ini tak tahu harus cerita ke siapa. Untuk sementara, Kisa akan menyembunyikannya. Sampai hatinya siap memikirkan jalan keluar terbaik.

Setelah memparkirkan motor, Kisa melewati lobi depan dengan interior memukau. Dua tahun bekerja di sini tak pernah membuat Kisa gagal fokus dengan gaya modern lobi selamat datang.

Meja resepsionis yang terbuat dari marmer dengan corak memukau. Candeliar mewah bernuansa klasik. Set sofa berwarna dark grey membuatnya menyatu dengan dinding yang terbuat dari marmer berwarna gelap. Secara garis besar, lobi ini didominasi warna gelap, namun bukannya terlihat suram justru semua desain ini semakin menambah kesan elegan. Pas sekali dengan citra keturunan Hartama.

Ya, selama kurang lebih dua tahun bekerja, Kisa tahu siapa-siapa saja yang menduduki kursi eksekutif perusahaan. Ada beberapa pemegang saham. Mereka bersama menjalankan perusahaan dengan ambisi di luar nalar. Namun yang paling mengerikan adalah Adipati Ginan Hartama. Dia berada di puncak. Pemegang saham terbesar sekaligus CEO JH Group.



Hallo guys. Kita ketemu lagi di karya ke 7 akuu. Kali ini ngangkat tema rumtang lagi. Jangan lupa tinggalin jejak yaaa

Hidden Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang