Clara dan Layla yang masih tak sadarkan diri berada di satu ruangan yang sama sedangkan Razel duduk di luar akademi seorang diri. ia merasakan rasa sakit yang amat sangat diluar dan didalam dirinya namun ia tidak menunjukkan dan berusaha menahannya dengan mencoba untuk tetap tenang.
Razel melihat dan membolak-balikan telapak tangannya yang terlihat semakin memucat dari sebelumnya. sementara guru-guru juga ada beberapa yang tak terselamatkan, ada yang masih terluka parah, ada yang masih pemulihan dan beberapa yang sudah bisa beraktivitas lagi seperti Mr. Gustave, Mr. Milton dan Madam kiara.
Setelah beberapa menit berlalu Razel masuk ke dalam akademi dan menuju ruangan tempat Clara berada, ia melewati ruangan Leon dan Lily yang disana masih ada Luna, Chloe dan beberapa teman mereka. setelah sampai diruangan Clara, Razel mendekat dan menatap Clara dengan sayu. awalnya Razel ragu-ragu tapi akhirnya ia memberanikan diri dan mengelus pelan kepala Clara sambil tersenyum tipis.
~•~
Sementara itu clara yang sebelumnya bertanya kepada Olivia tentang halaman 10
"Kenapa halaman 10?" tanya Clara dengan bingung. Olivia yang melihat ekspresi Clara hanya tersenyum, lalu berkata,
"Buka saja halaman 10, Clara."
Clara mengangguk dan dengan cepat membuka halaman tersebut. Saat matanya tertuju pada halaman itu, ia nampak terkejut. Halaman itu sama persis seperti halaman sebelumnya—tidak ada perubahan apa pun, hanya selembar kertas kosong, sama seperti salinannya.
Clara pun bertanya kepada Olivia,
"Kenapa halaman ini kosong?"
Olivia tersenyum dan balik bertanya,
"Apa kamu tahu kenapa halaman itu kosong?"
Clara menggeleng, tidak tahu jawabannya.Olivia tersenyum lagi, lalu melanjutkan,
"Itu karena setelah mencapai halaman 9, aku tak pernah bermimpi lagi. Seolah-olah mimpiku berhenti begitu saja. Seperti mimpi itu menghilang setelah aku bermimpi tentang halaman 9."Clara nampak terkejut, lalu bertanya,
"Apa maksudnya, Olivia?"Olivia menghela nafas pelan, masih dengan senyuman di wajahnya.
"Bayangkan seperti sebuah buku yang tiba-tiba kehabisan halaman. Aku selalu bermimpi tentang setiap halaman, satu demi satu, sampai pada halaman 9. Tapi setelah itu, tak ada lagi yang muncul. Tidak ada cerita selanjutnya, tidak ada gambar, tidak ada petunjuk. Hanya kekosongan... seperti mimpi itu berakhir di sana, tanpa ada yang bisa kulihat lebih jauh."Olivia melanjutkan penjelasannya,
"Seperti buku yang sedang kau baca sekarang, Clara. Setiap halaman punya cerita, sampai akhirnya kita sampai di halaman 9. Namun, setelah itu, halaman 10 hanyalah kosong. Sama seperti mimpiku, ceritanya berhenti begitu saja, tak ada kelanjutan yang bisa kulihat."Clara mulai mengangguk pelan, matanya menunjukkan bahwa ia mulai memahami maksud Olivia.
"Jadi... seperti buku ini, mimpimu pun terhenti di sana, tanpa ada petunjuk apa yang akan terjadi selanjutnya," gumamnya.
Olivia tersenyum,
"Tepat sekali. Itulah sebabnya halaman itu kosong. Aku tidak bisa melihat apa pun setelahnya."Clara mengangguk pelan, lalu bertanya kepada Olivia,
"Tapi kenapa mimpimu berhenti begitu saja dan membiarkan halaman 10 kosong? Kenapa tidak membuat tulisan 'tamat' atau semacamnya?"Olivia tersenyum lembut, lalu menjawab dengan lebih rinci,
"Itu karena ceritanya masih berlanjut, Clara. akan tetapi aku tidak lagi memiliki kendali atas ceritanya. Aku hanya pemimpi, dan juga penulis yang menggambarkan perjalanan ini hingga halaman 9. Setelah itu, cerita tidak lagi datang dari mimpiku. Halaman 10 kosong karena orang yang akan menuliskan kelanjutannya bukanlah aku, tetapi mereka yang terlibat di dalam cerita ini—mereka yang telah kuceritakan sejauh ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC HOUR:The mystery of lost history
FantasíaMenceritakan tentang tiga orang sahabat yang menjadi murid di salah satu sekolah sihir bernama akademi farency yang dimana sekolah itu menyimpan penuh misteri serta teka-teki sejak awal berdirinya sekolah tersebut. mampukah ketiga murid tersebut men...