egois?

853 96 35
                                    

Sepulang dari Pandora kemaren, Dyrenn mengadu kedinginan pada Sutsujin. Awalnya Sutsujin mengira mungkin karena suhu ac yang tinggi, namun ternyata setelah diturunkan pemuda asal medan itu tetap kedinginan.

Dan pagi ini Sutsujin terbangun dan melihat Dyrenn yang membungkus tubuhnya dengan selimut, hanya menampakkan bagian kepalanya.

Sutsujin membalikkan badannya kearah nakas disebelah kasurnya untuk mengambil termometer yang ia simpan untuk jaga-jaga, ia curiga jika lelaki itu sedang demam.

Sutsujin melangkah mendekati kasur Dyrenn dan duduk di tepi kasur tersebut. Ia letakkan punggung tangannya pada dahi Dyrenn. Panas, itu yang bisa Sutsujin rasakan.

Dan setelah diukur, bisa dipastikan bahwa lelaki itu demam, panas badannya menyentuh angka 39. Sutsujin bingung, rasanya Dyrenn selama ini menjaga kesehatan nya dengan baik. Tapi kenapa lelaki ini bisa demam?

"Ren, jujur deh kenapa bisa pusing kemaren? kamu sampai demam gini"

Dyrenn menggeleng, ia juga tidak tahu alasannya. Yang jelas badannya terasa lelah,

Clekk,,,

Skylar yang baru masuk dikejutkan dengan pemandangan Dyrenn yang terlihat sedikit menggigil di sebelah Sutsujin.

"Lah, napa si duren thur? Demam?"
Sutsujin mengangguk. Skylar pun sama bingungnya dengan sang jungler. "Kok bisa demam kau lek?" Pertanyaan yang sama dengan apa yang Sutsujin tanyakan tadi.

"Gatau dia ler, tadi udah gue tanya." Kening Skylar mengkerut, "Yaudah, gue kasih tau ke bang Xo yak" ia menutup pintu kamar sebelum meninggalkan pasangan itu.

Dyrenn sedikit mendongak kearah Sutsujin, matanya mereka bertemu. Tidak ada pembicaraan, keduanya hanya saling memandang satu sama lain, sampai akhirnya Dyrenn menggeser tubuhnya mendekat pada Sutsujin.

"Maaf..." lirih pemuda itu.

"Untuk apa?" tangan Dyrenn bergerak menggenggam tangan Sutsujin. Dapat Sutsujin rasakan kehangatan pada tangan kekasihnya itu.

"Maaf karena ninggalin kamu, aku udah ga sanggup lagi thur. Kayaknya waktu aku tinggal sebentar...."

Sutsujin yang awalnya sudah khawatir langsung berdecih kesal. Apa-apaan ucapan Dyrenn ini,

"Apaan sih ren, gajelas banget. Kirain kenapa tadi" Dyrenn makin cemberut mendengar ucapan Sutsujin.

"Aku serius thurr, kamu ga percaya sama aku?" Sutsujin memijit kepalanya, lama-lama dia juga ikutan pusing melihat tingkah Dyrenn.

"Kamu cuman demam, bukan sekarat" tapi Dyrenn tidak setuju. Ini bukan hanya sekedar demam, ini adalah pengorbanan nyawa karena ia merasa sedang sakit parah.

"Udah, Tidur aja sana. Istirahat yang banyak" Sutsujin mengukir senyum manis sebelum mengelus surai hitam lembut milik Dyrenn. Tapi bukan Dyrenn namanya kalau tidak banyak gaya bukan?

Dyrenn menarik pinggang Sutsujin yang membuat sangat empu langsung tersungkur di kasur miliknya. "Rendy! Minimal pake aba-aba dulu lah"

Dyrenn terkekeh gemas melihat ekspresi kesal Sutsujin, "iya maaf ya sayangkuuu" Aduh, gawat, Sutsujin merasa pipinya memanas, apa dia sudah tertular demamnya Dyrenn?

Sialnya Sutsujin jadi tidak bisa marah kalau digoda seperti itu. Dyrenn tahu saja kelemahan dirinya.

Sutsujin berusaha melepaskan tangan Dyrenn dari pinggangnya, namun tidak ada gunanya karena tenaga Dyrenn lebih besar dibandingkan dirinya yang mungil.

Dyrenn sembunyikan kepalanya pada leher sang empu sambil berdusel-dusel pelan. Sutsujin akhirnya pasrah, ia tidak tahu kalau Dyrenn bisa semanja ini kalau sedang sakit.

can i? (RxS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang