PT. 9

4 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Kenapa tidak ada perawat atau murid yang bertugas disini?"

Sesampainya Danielle, Vanessa, Evan Terry dan Steve di UKS yang ternyata tidak ada seorangpun disana. Itulah mengapa Danielle terlihat sangat kesal saat melihatnya.

Terry dan Evan langsung membawa Steve ke brankar dan menyuruh Steve untuk tidur disana.

"Jadi bagimana ini?" Tanya Vanessa.

"Sepertinya kita harus bagi tugas. Harus ada 1 orang yang melapor jika ada Steve yang sedang sakit di UKS, agar jika perawat atau murid yang bertugas tidak ada setidaknya para guru harus tau jika ada murid yang sedang sakit, 1 orangnya lagi harus ada yang membelikan Steve makanan di kantin, dan sisanya harus berdiam disini menemani dan mengobati apa yang bisa diobati." Penjelasan panjang dari Danielle membuat semuanya mengangguk setuju.

"Biar aku saja yang membelikan Steve makanan, sekalian untuk kita semua." Vanessa memilih opsi kedua,

"Karna aku tidak tau cara untuk menangani orang sakit, jadi aku memilih opsi pertama." Itu Terry yang memutuskan untuk melapor ke ruang guru.

"Baiklah. Berarti aku dan Evan akan menjaga Steve disini."

Dan setelahnya mereka langsung bergerak menjalani tugas mereka masing-masing.

Vanessa yang ke kantin, Terry yang ke ruang guru, dan sisanya tetap berada di UKS untuk menjaga Steve.

"A-apa yang harus kita lakukan?" Tanya Evan yang kebingungan.

"Tolong bantu aku mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memijat kepala."

Danielle dan Evan mulai berpencar untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memijat kepala.

"Aku hanya mendapat aromatherapy roll on. Apa ini bisa?" Evan mendapatkan sesuatu dan menyodorkannya pada Danielle.

"Kerja yang bagus." Danielle menerimanya dan langsung duduk di samping kepala Steve mencoba untuk memijat kepalanya, bertujuan agar nyeri di kepala Steve berkurang.

Danielle memijat kepala Steve dengan perlahan yang sebelumnya dia sudah mengoleskan aromatherapy di kepala Steve.

Evan hanya bisa duduk di brankar yang kosong di samping Steve dan memperhatikan bagaimana lihainya Danielle yang memijat kepala Steve dengan lembut.

Steve yang diperlakukan seperti itu oleh Danielle hanya bisa memejamkan mata dan mencoba untuk menikmatinya, meski terkadang itu menyakitkan.

"Aku punya remaja jompo di rumah, maksudku kakakku. Dia sering kali merasa pusing dengan pekerjaannya. Dan sebagai adik yang baik, aku sering melakukan ini pada kakakku. Jadi aku sudah terbiasa seperti ini." Seakan mengerti dengan tatapan dari Evan, Danielle menjelaskannya tanpa diminta.

"Ngomong-ngomong aku... Bukan hanya aku, tapi kita semua baru tau kalau kau jago bermain basket." Danielle yang mencoba memecah keheningan disini. Karna jujur saja dia tidak suka dalam suasana yang hening ini.

"Emm... Sebenarnya aku sering bermain basket di rumah. Dan Steve pernah berkunjung ke rumahku, dia melihat di rumahku ada halaman yang tidak terlalu besar dengan ring basket disana. Steve pernah menantangku bermain basket. Aku menerima tantangannya, meski aku kalah." Penjelasan dari Evan membuat Danielle mengangguk paham.

"Jadi itu mengapa Steve mengajakmu bermain tadi." Hanya sebuah anggukan dan senyuman tipis dari Evan sebagai jawaban dari perkataan Danielle.

Keheningan muncul sementara diantara mereka, tapi tangan Danielle tidak berhenti dari kegiatan memijat kepala Steve.

Tiba-tiba terlintas pertanyaan yang konyol dari kepala Danielle. Dia jadi penasaran apa jawaban dari pertanyaannya itu.

"Aku jadi penasaran... Apa kau sekarang sedang menyukai seseorang?" Pertanyaan dari Danielle yang sedari tadi dia tahan langsung membuat Evan membulatkan kedua matanya dengan sempurna juga badannya yang langsung tegap.

"Dilihat dari reaksimu itu menandakan jika benar ada seseorang yang kau sukai." Danielle menggoda Evan dengan menaiki turunkan alisnya.

"Tidak perlu menyembunyikannya dari aku. Aku janji tidak akan memberitahu orang dan akan tetap merahasiakannya." Ekspresi dari Evan membuat Danielle semakin penasaran siapa yang Evan suka?

"Aku menyukai teman sebangkumu."

"Apa?!"

"Ada orang sakit disini. Jadi jangan terlalu ribut."

Pernyataan dari Evan dengan kepala tertunduk karna rasa malu benar-benar membuat Danielle sangat terkejut dan langsung mendapat peringatan dari Steve.

"Maaf... Aku benar-be..."

"Aku sudah membelikan makanan dan juga minuman untuk kalian." Ucapan Danielle terpotong karna kedatangan Vanessa dengan Terry secara bersamaan.

Hal itu membuat Evan panik setengah mati. Danielle yang mengetahui jika Evan takut tentang hal tadi akan terbongkar hanya mengedipkan sebelah matanya dan mengangkat satu tangannya memberi jari jempolnya sebagai tanda semuanya akan baik-baik saja.

Vanessa dan Terry langsung mendekat ke arah mereka dan duduk di brankar yang sama dengan Evan.

"Ambil ini." Vanessa memberikan sekantong plastik yang dipenuhi dengan makanan yang baru saja dia beli.

"Aku sudah melaporkannya pada guru yang ada disana. Dan guru disana bilang jika perawat sedang mengambil cuti dan murid yang bertugas menjaga UKS sedang disibukkan dengan kegiatan sekolah yang akan berlangsung."

Helaan nafas keluar dari Danielle setelah mendengar penjelasan dari Terry.

"Kita tunggu saja sampai bel jam pelajaran berbunyi. Jika tidak ada guru satupun, salah satu dari kita akan absen di pelajaran terakhir hari ini." Sekali lagi mereka setuju dengan perkataan Danielle.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝑀𝓎 𝒜𝓃𝑔𝑒𝓁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang