Bab 12 kinan confess

22 3 0
                                    

Hari ini, Kinan sudah memutuskan untuk langsung mengutarakan perasaannya kepada Aron.

"Lu pasti bisa, Nan," ucapnya pada dirinya sendiri, menguatkan hati.

Tanpa berpikir panjang lagi, Kinan langsung menelpon Aron.
"Halo, Ron. Temuin gue di dekat gudang sekolah sekarang," kata Kinan cepat, suaranya sedikit bergetar.

"Oke, gue ke sana," jawab Aron dengan nada penasaran.

Kinan menunggu selama lima belas menit, jantungnya berdebar-debar. Hingga akhirnya, Aron muncul di depan matanya.

"Ada apa, Nan?" tanya Aron dengan wajah heran, menatap Kinan yang tampak gelisah.

Kinan menelan ludah, berusaha meredakan rasa gugup yang menguasainya. "Ada yang pengen gue omongin sama lu, Ron," ucapnya, suaranya lebih pelan dari biasanya.

Aron mengangkat alis, menunggu. "Apa?"

Setelah menghela napas dalam, Kinan akhirnya bicara, suaranya sedikit gemetar, "Gue... gue dari dulu suka sama lu, Ron."

Sejenak keheningan menyelimuti mereka. Aron memandang Kinan dengan raut wajah terkejut. "Yang bener lu, Nan? Kita berdua ini cowok," jawabnya, bingung dan tak percaya.

"Gue tahu ini mungkin salah, tapi yang namanya perasaan kan nggak bisa diatur," ucap Kinan dengan suara pelan, menatap Aron yang masih terlihat bingung.

Aron mengernyit, seolah mencoba memahami apa yang baru saja dia dengar. "Nan... gue nggak tahu harus ngomong apa," jawab Aron, sedikit ragu, merasa canggung dengan situasi yang tiba-tiba berubah.

Kinan menghela napas dalam-dalam, mencoba tetap tenang meskipun hatinya terasa berat. "Gue nggak minta apa-apa, Ron. Gue cuma pengen lu tahu aja. Biar nggak ada yang gue sembunyiin lagi."

"Ahh... Tapi jangan sampai Angkasa tahu soal ini, soal lu yang suka sama gue," ucap Aron, suaranya lebih tegas, tapi ada sedikit nada cemas di dalamnya.

Kinan mengangguk pelan, mencoba memahami kekhawatiran Aron. "Gue ngerti, Ron. Gue nggak akan bilang ke siapa pun. Ini cuma antara kita," jawab Kinan, suaranya lebih tenang, meski hatinya masih berat.

Aron menarik napas dalam, masih tampak ragu. "Gue nggak mau hubungan gue sama Angkasa jadi rusak gara-gara ini, Nan."

"Gue janji, Ron. Ini nggak akan berubahin apa-apa," ucap Kinan, berusaha meyakinkan Aron meski perasaannya sendiri masih kacau.

"Ahh... Tapi jangan sampai Angkasa tahu soal ini, soal lu yang suka sama gue," ucap Aron, suaranya lebih tegas, tapi ada sedikit nada cemas di dalamnya.

Kinan mengangguk pelan, mencoba memahami kekhawatiran Aron. "Gue ngerti, Ron. Gue nggak akan bilang ke siapa pun. Ini cuma antara kita," jawab Kinan, suaranya lebih tenang, meski hatinya masih berat.

Aron menarik napas dalam, masih tampak ragu. "Gue nggak mau hubungan gue sama Angkasa jadi rusak gara-gara ini, Nan."

"Gue janji, Ron. Ini nggak akan berubahin apa-apa," ucap Kinan, berusaha meyakinkan Aron meski perasaannya sendiri masih kacau.

Sementara itu, Aron menatap Kinan dengan alis sedikit terangkat, merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Tatapan Kinan yang menghindar membuatnya semakin curiga.

"Lu bener nggak nyembunyiin apa-apa, Nan?" tanya Aron dengan nada sedikit ragu, meneliti ekspresi Kinan yang tampak canggung.

Kinan tersentak, tapi mencoba tetap tenang. "Gue udah bilang semua yang perlu lu tahu, Ron," jawabnya, meski hatinya berdebar lebih kencang. Aron tidak perlu tahu tentang Angkasa… setidaknya, belum saatnya.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang