Bab 8 kinan

50 6 0
                                        

Flashback

Di ruang kelas yang sepi saat istirahat, Kinan mendekati Antares dengan raut wajah yang serius. Mata Kinan tampak ragu, namun ia sudah memutuskan untuk bercerita.

"Res, gue mau cerita sama lu," ucap Kinan, suaranya nyaris berbisik.

Antares yang sedang sibuk dengan bukunya menatap Kinan heran. "Lu mau cerita apa, Nan?"

Kinan menarik napas dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya. "Gini, Res... gue mau jujur sama lu, tapi janji jangan kasih tahu siapa pun, ya."

Antares mengangguk, penasaran.

Kinan menunduk sejenak sebelum akhirnya berkata, "Gue suka sama Aron."

Antares membeku sejenak. Matanya melebar, menatap Kinan dengan bingung. "Yang bener aja, Nan... Lu sama Aron kan satu gender," ucapnya, masih terkejut.

Kinan tersenyum tipis, penuh kesedihan. "Iya, gue tau. Tapi perasaan ini nyata, Res. Gue nggak bisa milih buat nggak ngerasain ini. Dari kecil kita bertiga selalu bareng, dan tanpa gue sadari... perasaan itu tumbuh."

Antares terdiam. Ia tak pernah berpikir Kinan menyimpan perasaan sebesar ini pada Aron. Namun, sebagai sahabat, ia mencoba memahami.

"Tapi lu tau kan, Nan... ini nggak bakal gampang," kata Antares pelan.

Kinan mengangguk. "Iya, makanya gue gak berani cerita sama Aron atau Angkasa. Gue cuma perlu tempat buat ngomongin ini... dan gue harap lu bisa ngerti."

Kinan dan Antares saling berpandangan dalam kebingungan, ketika tiba-tiba suara tegas memecah keheningan.

"Lu suka sama Aron?" tanya Angkasa dengan nada dingin, membuat keduanya tersentak kaget.

Kinan membeku. Wajahnya memucat saat ia menatap Angkasa yang kini berdiri di ambang pintu kelas, ekspresi marah terpancar jelas di wajahnya.

"E-e-enggak," jawab Kinan gugup, mencoba menutupi kebenaran meski suaranya gemetar.

Angkasa mendekat dengan tatapan tajam. "Gausah bohong, Nan. Gue udah denger semuanya," ucapnya dengan kemarahan yang tak lagi bisa ditahan.

Kinan hanya bisa diam, jantungnya berdebar kencang. Ia tidak pernah menyangka rahasianya akan terbongkar seperti ini—terutama di depan Angkasa.

"Sa..." Kinan berusaha berkata, tapi tak ada kata yang keluar. Matanya memohon pengertian, tapi yang ia dapatkan hanyalah sorot mata kecewa dari sahabatnya.

"Nan, lu tau kan gue sama Aron nggak suka sama hubungan sesama jenis?" ucap Angkasa, suaranya mulai meninggi, memotong apapun yang Kinan coba katakan. "Gue kira kita bertiga bisa jujur satu sama lain, tapi ternyata lu... lu nyembunyiin ini dari kita!"

Antares yang sedari tadi diam, mencoba meredakan suasana. "Sa, tunggu dulu—ini nggak semudah itu. Kinan cuma butuh tempat buat cerita, bukan berarti dia—"

"Lu jangan ikut campur, Res!" potong Angkasa tajam. "Ini urusan gue sama Kinan!"

Kinan terdiam, merasa terpojok. Ia tahu ini akan menjadi sulit, tapi melihat reaksi Angkasa yang marah dan kecewa seperti ini jauh lebih menyakitkan dari yang ia bayangkan.

"Saya nggak bisa ngubah apa yang gue rasa, Sa..." kata Kinan pelan, hampir berbisik.

Angkasa menatap Kinan dengan penuh kemarahan dan kekecewaan. "Tapi perasaan lu itu salah, Nan."

Kata-kata Angkasa menggantung di udara, membuat Kinan merasa seperti seluruh dunia runtuh di hadapannya. Dia ingin menjelaskan, ingin membuat Angkasa mengerti, tapi semua kata-kata yang ingin ia sampaikan seolah menghilang.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang