Bab 1 pernikahan sang mama

100 6 0
                                    

16 tahun telah berlalu sejak kejadian itu sebuah perceraian yang membawa kehidupan keluarga ke titik yang tak terbayangkan. Mama, yang dulu begitu setia kepada Papa, kini berubah. Setelah menggugat cerai dan menyewa pengacara terkenal untuk menyelesaikan kasus perceraian dengan cepat, ia bertekad untuk memulai hidup baru dengan kekasih gelapnya, seorang pria yang sudah beristri.

Dalam waktu seminggu, mama menikah lagi. Pernikahan itu dilangsungkan secara besar-besaran, meskipun tanpa seizin istri pertama sang kekasih, yang terpaksa menerima kenyataan pahit itu. Namun, bagi mama, cinta barunya lebih kuat daripada rasa bersalah atau keadilan.

Di depan altar yang megah, Clouwi, sang kekasih, memandang mama dengan penuh rasa cinta dan kebanggaan.

"Akhirnya kita menikah juga, sayang," bisiknya lembut di telinga mama.

"Iya, sayang. Aku senang banget bisa menikah dan membina rumah tangga sama kamu," jawab Catherine, mama, dengan senyum yang menyiratkan kemenangan dan kebahagiaan yang lama ia cari.

Pernikahan itu diselimuti gemerlap dan kemewahan, tetapi di balik senyum dan tawa para tamu, tersimpan bisikan-bisikan yang membicarakan keabsahan hubungan mereka. Beberapa orang yang hadir masih bertanya-tanya, apakah kebahagiaan yang diidam-idamkan Catherine akan bertahan, atau apakah itu hanya ilusi yang dibangun di atas kehancuran rumah tangga orang lain?

Di sudut ruangan, Katty, adik Catherine, mulai merasa jengah.

"Aku ingin pulang. Malas aku di acara ini lama-lama, bisa ketularan gatal nanti," ucap Katty dengan kesal.

"Iya, aku juga. Malas lihat dua setan itu," balas Dewi, temannya.

Akhirnya, Dewi dan Katty pergi meninggalkan gedung tanpa berpamitan pada pengantin.

Sementara itu, di sisi lain ruangan, Hierra, anak pertama Anna, merencanakan sesuatu. Dengan senyum licik, dia menuangkan sesuatu ke dalam gelas minuman yang akan ia berikan kepada Catherine.

"Ini hadiah buat lo, karena sudah bikin Mama gue nangis," batin Hierra penuh dendam.

Dia bergegas menuju altar, membawa minuman itu dengan ekspresi tenang.

"Halo tante, ini aku bawakan minum buat tante. Pasti tante haus, kan?" ucap Hierra dengan nada manis.

"Makasih ya, Hierra, sudah bawakan tante minum," jawab Catherine sambil tersenyum, tak menyadari apa yang akan terjadi.

"Sama-sama, Tante," balas Hierra singkat sebelum berbalik dan meninggalkan altar dengan cepat.

Tanpa curiga, Catherine langsung meminum minuman yang diberikan oleh Hierra. Tak lama setelah itu, dia mulai merasakan pusing di kepalanya.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Clouwi, khawatir melihat wajah Catherine yang tiba-tiba pucat.

"Nggak tahu, Mas. Tiba-tiba kepala ku pusing," jawab Catherine, memegangi kepalanya.

"Ya sudah, kamu duduk dulu, biar pusingnya hilang," kata Clouwi dengan cemas.

"Iya, Mas," ucap Catherine lemah, lalu duduk sambil menahan rasa sakit di kepalanya.

Sementara itu, di sudut ruangan, Hierra tersenyum puas, menyadari bahwa rencananya telah berjalan sesuai harapan.

"Ini baru awal, Nyonya Catherine. Kita lihat saja hari-hari berikutnya bagaimana," gumam Hierra pelan sambil menatap lurus ke arah Catherine.

Acara pun berakhir pada jam sembilan malam, meninggalkan tanda tanya besar di antara para tamu.

~stepbrother~

Jangan lupa like sama komennya
Sayang 💕

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang