Bab 6 ulang tahun tante

18 3 0
                                    

Keesokan paginya, suasana rumah terasa tenang dan nyaman, hanya terdengar suara pelan dari peralatan dapur. Hierra sudah bangun sejak pukul 05.00 pagi, bersiap membantu mamanya membuat kue ulang tahun untuk tantenya yang akan berkunjung ke rumah nanti. Wangi mentega dan cokelat memenuhi udara, menambah hangatnya suasana pagi itu.

Hierra dengan teliti meratakan adonan kue di loyang, memastikan setiap sudutnya tertutup sempurna. "Ma, ini adonannya sudah pas belum?" tanya Hierra, sembari memandangi hasil kerjanya.

Mama yang sedang mempersiapkan bahan lain, menoleh sejenak dan tersenyum lembut. "Sudah, sayang. Kamu memang selalu rapi kalau bikin kue."

Hierra tersenyum puas, melepaskan celemek dari pinggangnya. "Yasudah, kalau gitu Hierra mau siap-siap berangkat ke rumah sakit dulu ya, Ma," katanya sambil menaruh loyang di atas meja.

Mama mengangguk, meski tampak sedikit sedih. "Iya, hati-hati ya di jalan, Nak. Semoga harimu menyenangkan di sana."

"Sip, Ma," balas Hierra, sebelum melangkah cepat ke kamarnya untuk bersiap-siap. Walau hari ini ia harus bekerja, ada perasaan bahagia bisa membantu mamanya di pagi hari, apalagi saat ada momen spesial seperti ini

Sesampainya di rumah sakit, udara pagi masih terasa segar. Hierra melangkah cepat melewati lorong-lorong yang mulai dipenuhi oleh staf dan pasien yang baru tiba.

"Selamat pagi, Dokter Hierra," sapa salah satu perawat yang sedang berjaga di meja resepsionis.

"Pagi," jawab Hierra singkat, namun dengan senyum ramah, sembari terus melangkah.

Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba seorang perawat lain menghampirinya dengan wajah serius. "Dokter!" panggilnya, napasnya sedikit tersengal.

Hierra langsung berhenti, berbalik dengan ekspresi waspada. "Ada apa?" tanyanya tegas.

"Pasien di ruangan VVIP 2 tiba-tiba mengalami kejang," ucap sang perawat dengan nada cemas.

Tanpa berpikir panjang, Hierra segera bergegas menuju ruang VVIP 2, sepatu dokternya berbunyi cepat di lantai rumah sakit. Dalam pikirannya, hanya ada satu fokus: menyelamatkan pasien. Setiap detik sangat berharga.

Sesampainya di depan ruangan, Hierra mendorong pintu dengan cepat dan segera melihat pasien yang terbaring dengan tubuh gemetar hebat. Tim medis sudah bersiap, namun mereka menunggu instruksi lebih lanjut darinya. Dengan cepat, Hierra mengambil alih situasi, profesionalisme dan ketenangannya langsung terlihat saat ia mulai menangani kondisi darurat tersebut.

Sementara itu, di rumah yang lain, suasana terasa hangat dan penuh kegembiraan. Tiara, dengan senyum lebar di wajahnya, segera berlari kecil menghampiri Anna, kakaknya yang sudah lama tidak ia temui. Begitu melihat sang kakak, Tiara langsung memeluknya erat, seolah ingin melepas kerinduan yang telah menumpuk selama bertahun-tahun.

"Halo, Kak. Sudah lama banget kita nggak ketemu," ucap Tiara dengan nada penuh emosi, pelukannya semakin erat.

Anna membalas pelukan itu dengan lembut, air mata haru membasahi sudut matanya. "Iya, sudah 10 tahun kita nggak ketemu. Kamu gimana kabarnya? Sehat?"

Tiara melepaskan pelukan dan tersenyum hangat. "Aku sehat, Kak. Senang bisa ketemu lagi. Oh iya, kenalin, ini anak-anak aku," katanya sambil menoleh ke arah dua anak nya yang berdiri di sampingnya. "Yang ini Mahen, dan yang perempuan ini Shakira."

Mahen, yang tampak sedikit malu-malu, melangkah maju dan mengulurkan tangan . "Halo, Tante. Saya Mahen. Senang bisa ketemu Tante."

Anna tersenyum, "Halo, Mahen. Tante juga senang sekali bisa bertemu kamu."

Shakira, yang lebih ceria dan berani, maju ke depan dengan senyum lebar. "Shakira juga senang bisa bertemu dengan Tante. Ternyata Tante cantik," ucapnya polos sambil tersenyum malu.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang