"Pa, kapan kita berangkat?" tanya Angel dengan nada penuh semangat sambil terus mematut diri di depan cermin. Ia sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan Hierra, sosok yang sering diceritakan oleh Papa tapi belum pernah ia temui secara langsung.
Clouwi, sang Papa, hanya tersenyum tipis melihat antusiasme putrinya. "Nanti, tunggu dulu mamamu selesai berdandan," ucapnya dengan nada tenang sambil melirik ke arah kamar, di mana istrinya masih sibuk menata rambutnya.
"Kenapa Mama selalu lama, ya? Aku sudah siap dari tadi," gumam Angel sambil beralih duduk di sofa, memainkan ujung roknya. Ia tahu ini akan menjadi hari yang istimewa, tapi menunggu bukanlah hal yang ia sukai.
"Kesabaran itu kunci, Angel. Lagi pula, bertemu dengan seseorang seperti Hierra harus dilakukan dengan persiapan matang," kata Clouwi, mencoba menenangkan putrinya yang sudah mulai gelisah.
Kini mereka bertiga sudah tiba di kafe tempat mereka janjian untuk bertemu dengan Hierra. Kafe itu tenang, dengan aroma kopi yang menyebar di udara, sementara sinar matahari sore menyinari meja tempat mereka duduk.
"Halo, Nak," sapa Clouwi sambil melambaikan tangan ke arah seorang perempuan yang duduk di pojok.
"Halo, Pa," balas Hierra dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Dalam hatinya, Hierra bergumam, "Cih, sebenarnya malas banget ketemu mereka, tapi apa boleh buat. Gue penasaran juga sama anak mereka."
Setelah mereka semua duduk, Catherine, ibu Angel, memperkenalkan dengan lembut. "Angel, kenalin ini kakakmu, namanya Hierra."
"Halo, Kak Hierra. Aku Angel," ucap Angel dengan senyum ceria, meski rasa gugup sedikit tersirat di wajahnya.
"Halo," balas Hierra singkat. Tatapan matanya sejenak tertuju pada Angel, namun segera kembali fokus ke gelas kopi di depannya. Jelas terlihat, ia tak terlalu tertarik untuk membangun percakapan.
Mencoba mencairkan suasana, Angel bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, "Kak Hierra sekarang lagi kerja apa?"
Dengan nada datar, Hierra menjawab, "Kakak seorang dokter di Rumah Sakit Cahaya Permata."
"Oh, kakak dokter," ucap Angel kagum, matanya berbinar. Ada rasa hormat yang perlahan tumbuh dalam dirinya, meskipun percakapan terasa canggung.
Sementara itu, dalam hatinya Angel berpikir, "Oke, sekarang gue sudah tahu sedikit tentang dia. Tinggal 2 orang lagi." Angel melirik ke arah ayah dan ibunya.
Malam hari setelah pulang dari kafe, Hierra langsung meraih ponselnya. Baru sekarang ia teringat bahwa Aron pernah memberikan nomor handphone-nya. Tanpa ragu, ia mengetik nomor tersebut dan menelponnya.
"Halo," ucap Hierra saat Aron mengangkat telepon.
"Maaf, ini siapa ya?" Aron terdengar bingung di ujung sana.
"Ini Kak Hierra, Ron," jawab Hierra dengan nada santai.
"Oh, Kak Hierra. Ada apa, Kak?" tanya Aron, sedikit heran mendengar telepon dari kakak angkatnya.
"Tadi kakak ketemuan sama Angel di kafe," Hierra mulai membuka pembicaraan, suaranya terdengar serius.
"Terus?" Aron merespons dengan datar, belum menangkap arah percakapan.
"Kakak curiga sama dia," ucap Hierra, nadanya menajam. Aron terdiam sesaat di seberang sana, tak menduga akan mendengar hal itu. "Ada sesuatu yang aneh tentang dia, dan kakak belum bisa meyakinkan diri kalau dia benar-benar jujur."
Aron mendengarkan, tak segera menjawab, penasaran apa yang sebenarnya terjadi saat pertemuan itu.
Setelah selesai menelpon Aron, ponsel Hierra kembali bergetar. Kali ini, notifikasi dari grup keluarga muncul di layar. Dengan sedikit malas, ia membukanya dan membaca pesan terbaru yang dikirim oleh ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
حركة (أكشن)menceritakan tentang kehidupan Aaron Smith Orlando sebagai adek tiri Ainsley Hierra Clouwi dan sebagai kakak tiri dari Jenni Anavella Roan clouwi