bab 9 flashback aron

20 5 0
                                    

Aron kecil berdiri di depan pintu, menunggu dengan penuh harap. Matanya tak lepas dari jalanan, berharap segera melihat mobil papanya pulang dari pekerjaannya. Setiap kali bunyi mesin terdengar dari kejauhan, jantungnya berdegup kencang, berharap itu papanya.

"Papa!" teriak Aron dengan penuh kegembiraan saat melihat mobil yang ditunggu-tunggu akhirnya memasuki pekarangan rumah.

Tanpa berpikir panjang, Aron langsung berlari menuruni tangga. Senyum lebar menghiasi wajahnya, tak sabar untuk menyambut sang papa.

"Aron, jangan lari-lari, Nak," ucap mama dari belakang, suaranya lembut namun penuh perhatian. Namun, Aron tidak mendengarkan. Dia sudah terlalu bersemangat, tak peduli pada apapun selain pelukan hangat yang akan dia dapatkan dari papanya.

Saat pintu mobil terbuka, papanya keluar dengan senyum lebar, menyambut Aron yang berlari menghampirinya. Aron langsung melompat ke dalam pelukan papanya, merasakan kehangatan dan perlindungan yang selalu dia rindukan setiap hari.

"Bagaimana harimu, Nak?" tanya papanya sambil mengusap kepala Aron dengan lembut.

"Seru, Pa! Aku belajar banyak hal baru di sekolah. Tapi, aku cuma ingin cepat pulang biar bisa cerita semuanya ke Papa," jawab Aron penuh antusias.

Papa tertawa kecil, senang mendengar semangat anaknya. "Papa juga rindu dengar cerita-cerita Aron. Ayo masuk, kita cerita sambil makan malam."

Momen sederhana itu selalu tertanam dalam ingatan Aron. Sebuah kenangan manis yang selalu dia ingat, bahkan di saat-saat terberat dalam hidupnya.

"Hari ini Mama masak makanan favoritnya Aron sama Papa, ada udang goreng crispy sama sayur," ucap Mama dengan senyum, sambil menata meja makan.

Aron yang masih berada di pelukan Papanya langsung meringis kecil. "Tapi, Mama, Aron nggak suka sayur," protes Aron polos, mengerutkan keningnya saat melihat semangkuk sayuran hijau di meja.

Papanya tertawa pelan, mengangkat Aron dan mendudukkannya di kursi makan. "Nah, Aron, makan sayur itu bagus, lho. Supaya Aron bisa tumbuh kuat dan sehat seperti Papa."

Aron memandang sayur itu dengan tatapan ragu, masih tidak terlalu tertarik meskipun Papanya membujuk. "Tapi, Aron cuma suka udangnya aja, Pa."

Mama tersenyum sabar sambil duduk di sampingnya. "Kalau Aron makan sayurnya, nanti boleh tambah udangnya lagi. Deal?"

Aron memandang kedua orang tuanya, lalu menunduk ke arah piringnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk perlahan. "Oke deh, Aron makan sayurnya... tapi tambah udangnya dua ya, Ma!"

Tawa memenuhi ruang makan itu. Momen-momen kecil seperti ini selalu meninggalkan kenangan indah di hati Aron. Sebuah kebersamaan sederhana yang kini begitu ia rindukan.

"Mama, kapan kita akan bertemu dengan Kakak?" tanya Aron kecil dengan polos, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Mama yang sedang sibuk merapikan meja makan menoleh, tersenyum lembut ke arah Aron. "Nanti ya, Sayang, kita tunggu Papa pulang dulu. Baru nanti kita ketemu Kakak di rumah sakit," ucap Mama dengan penuh kehangatan, suaranya lembut namun sedikit lelah.

Aron mengangguk pelan, meskipun tak sepenuhnya mengerti mengapa mereka harus menunggu begitu lama. "Kakak kenapa, Ma? Kok di rumah sakit?"

Mama duduk di samping Aron dan membelai kepalanya dengan lembut. "Kakak sedang sakit, Nak. Tapi, nanti kalau kita ke sana, Aron bisa lihat Kakak dan kasih semangat, ya? Biar Kakak cepat sembuh."

Aron menatap Mama dengan serius, lalu mengangguk semangat. "Aron janji, Ma. Aron akan kasih semangat banyak-banyak buat Kakak."

Di saat itu, Aron mungkin belum benar-benar paham apa yang terjadi, tapi momen menunggu kakaknya itu meninggalkan kesan mendalam dalam ingatannya. Setiap detik, setiap harapan untuk bertemu dengan Kakak, menjadi bagian dari masa kecilnya yang penuh rasa penasaran dan harapan.

"Yeay, akhirnya Kakak sembuh!" seru Aron kecil dengan penuh kegembiraan saat mereka tiba di rumah sakit. Matanya bersinar-sinar ketika melihat Kakaknya yang duduk di ranjang rumah sakit, tersenyum tipis namun penuh kebahagiaan.

Kakaknya masih tampak lemah, tapi senyum itu menunjukkan bahwa dia sudah jauh lebih baik. Aron berlari kecil menuju Kakak, tak sabar untuk mendekat. "Kakak, Aron rindu! Kakak kapan pulang ke rumah?" tanyanya sambil memegang tangan Kakaknya.

Kakaknya tertawa pelan, suaranya masih sedikit serak. "Sebentar lagi, Aron. Kakak masih harus istirahat sedikit lagi di sini."

Mama dan Papa berdiri di dekat mereka, tersenyum lega melihat kedua anaknya akhirnya bisa bersama lagi. Aron yang selalu penuh semangat, dan Kakaknya yang selalu menjadi sosok penyemangat bagi keluarga.

"Nah, sekarang Aron bisa cerita sama Kakak apa saja yang sudah Aron lakukan selama Kakak sakit," kata Papa, mengusap kepala Aron lembut.

Tanpa ragu, Aron mulai bercerita tentang kesehariannya, sementara Kakaknya mendengarkan dengan sabar, tersenyum hangat. Suasana itu terasa penuh kebahagiaan dan kelegaan, setelah melewati masa-masa sulit, akhirnya mereka bisa merasakan kebersamaan kembali.






























Jangan lupa votenya sayangku 💕

~Stepbrother~

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang