Jangan lupa
VOTE&
KOMEN
JANGAN JADI SILENT READER PLEASE:)
<<<HAPPY READING>>>
Sebelumnya tidak pernah terbayangkan jika menjadi seseorang yang terkenal akan melelahkan seperti ini. Di gempur jadwal padat selama satu bulan penuh, membuat tubuhku remuk rasanya. Bang Rudy tidak memberi jeda sedikit pun pada jadwal yang harus ku jalankan.
Satu bulan setelah terjun dari panggung ke panggung aku tidak menemukan jam istirahat. Namun, ketika mendengar para pecinta musik yang mulai menyukaiku, hati ini kembali berdebar dan terasa melegakan. Setidaknya ada satu hal yang kurasa jika tidak buruk juga menjadi seorang penyanyi yang padat jadwal.
Untung saja aku pintar mencuri waktu luang untuk menghadiri kelas paruh waktu yang kumiliki. Mendapatkan pekerjaan yang baik serta tambahan pendapatan yang kudapat. Kupikir hidup ini memang perlu kerja keras untuk memiliki segala hal yang ingin di punya.
"Eh, kok cepet banget?"
Saat ini aku berada di sebuah cafe setelah menyelesaikan kelas yang ku ampu. Bertemu kembali dengan bang Sultan dan kak Khair untuk memberikan tugas yang sudah ku kerjakan. Menjadi joki untuk tugas dari bang Sultan tidaklah sesusah itu. Aku cukup yakin dengan apa yang ku kerjakan.
"Biasalah Bang. Gue kan otaknya lumayan pinter," balasku sedikit bercanda. Kulihat raut bang Sultan yang sedikit tersenyum padaku. Sebuah pendekatan yang baik antara aku dan bang Sultan bukan?
"Oke, deh. Ngeliat tugas yang Lo kerjain kemarin oke lah. Gacor juga otak Lo?"
Aku tersenyum lebar mendengar bang Sultan memuji kepintaran ku. Tanpa sadar, ku pukul ringan lengannya. Itu adalah tindakan reflek sebab aku bahagia. Dan bang Sultan tampak tidak mempermasalahkan itu. Tidak disangka beberapa waktu yang kita habiskan cukup membuat ku nyaman dengan sikap terbuka bang Sultan.
Berbeda dengan bang Kaisar yang pertama ku temui, seperti sudah memberikan garis pemisah agar aku tidak melewati jarak untuk mendekati. Aku bersyukur, bang Sultan adalah tipe yang mudah di dekati. Tidak dengan teman yang di bawanya.
Kak Khair memang awalnya terasa menyambut ku baik. Namun, semenjak kedekatanku dan bang Sultan lebih jauh, Kak Khair tampak menunjukkan ketidak sukaan. Apa itu hanya penglihatan ku saja ya? Tetapi, sikap Kak Khair yang seakan menghindar dan menjawab ketus sudah menjawab pertanyaanku.
"Bang, Kak Khair tuh ngga suka sama Gue ya?" tanyaku pada bang Sultan dengan nada rendah. Karena penasaran, aku rasa bertanya pada bang Sultan tidak masalah.
"Nggak lah, biasa aja." jawaban dari bang Sultan membuatku mengangguk. Mungkin memang hanya pikiran ku saja.
"Bang, kuliah Lo oke kan? Enak ngga kuliah?" tanyaku basa-basi seperti biasanya.
Bang Sultan memandang ku sekilas, namun detik setelah itu tindakan yang di lakukannya membuat jantungku tiba-tiba berdebar. Bang Sultan merangkulku akrab, dengan tersenyum hangat menatap ku.
Beginilah rasanya di perhatikan kakak sendiri?
"Ada enaknya ada ngga nya sebenarnya Ja! Sini gue kasih tau kiat-kiat biar Lo ngga jadi mahasiswa cupu di kampus!"
"Tapi Bang, gue ngga kuliah. Hehehe,"
"Kok ngga kuliah sih? Masih kecil udah cari kerja."
Aku tersenyum sebelum menjawab. "Pengin aja sih Bang. Ngejar impian sebagai penyanyi udah jadi cita-cita dari kecil. Kalo ada kesempatan Gue pasti kuliah deh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ajari Aku Sabar
ФанфикSeperti apa rasanya hidup saat tidak di anggap keluarga mu sendiri? Raja Nusantara merasakannya. Dia yang tidak di perhatikan keluarganya. Di buang dan di abaikan bagai tidak pernah terlahir. Tangisnya tidak terdengar, sakitnya tidak terlihat. Semua...