<12> "Mencapai batas awal"

155 24 3
                                    

Lagi-lagi aku harus manggung di saat kondisi tidak fit karena kemarin malam Fariz benar-benar memukuli ku tanpa ampun. Meninggalkan beberapa lebam di badan yang tertinggal, untung wajahku berhasil di selamatkan.

Bang Rudy tidak pernah menyadarinya, aku ceritakan bagaimana kelakuan Fariz saja dia tidak akan menghiraukan. Seakan abai dengan sikap buruk adiknya sendiri dan terus merugikan artis naungannya ini.

Namun aku bisa apa lagi, hidupku masih menumpang padanya. Dan aku tidak mempunyai cukup uang untuk tinggal berpisah dengan Fariz. Sebab gajiku tidak di berikan full oleh bang Rudy. Itu saja Fariz masih memalak uangku hingga yang kudapat hanya pas-pasan agar cukup menyambung hidup sampai gajian berikutnya.

Badanku rasanya sakit di beberapa bagian, namun bang Rudy tetap menyuruhku untuk tampil apik di atas panggung. Melewatkan sarapan lagi, aku naik ke atas panggung dengan perut kosong yang kembali bergejolak.

Sudah setengah lirik ku nyanyikan, namun tiba-tiba pandangan memburam seketika. Hingga hanya gelap yang dapat kurasa setelahnya. Sayup-sayup terdengar bunyi bising dari arah penonton yang sepertinya terkejut, karena aku pingsan kali ini.

Karena tidak tau ada hal apa yang terlewat, aku sudah terbangun di dalam mobil milik bang Rudy. Kepalaku masih berputar hingga membuat mual. Hal itu disadari bang Rudy sepertinya, karena dia langsung melemparkan air minum dan sebungkus roti padaku dari balik kemudi.

"Nyusahin Lo! Pake acara pingsan segala? Rugi kita jadinya bodoh!"

Aku menatap tak percaya pada bang Rudy yang tampaknya kesal padaku. Apa dia tidak berpikir bahwa artisnya kini tumbang dan sedang dalam kondisi yang tidak fit. Kenapa bang Rudy menyalahkan ku yang seakan membuat kerugian besar.

"Bang, kan udah aku bilang. Badan ku lagi ngga fit, tolong reschedule dulu semua acara yang kita punya sampai aku bener-bener sehat."

"Lo pikir uang-uang itu bakal nunggu Lo sampai menjemput mereka? CK, Lo bahkan belum seterkenal itu Raja! Ngaca! Harusnya Lo yang jemput uang bukan malah sebaliknya!"

"Tapi dengan kondisi badan—

"Itu masalah yang Lo punya! Kenapa tidak bisa menjaga badan dengan baik? Merugikan orang saja!"

Aku bungkam setelahnya, bang Rudy bahkan tidak tau siapa penyebab terbesar rasa sakit dan bekas lebam di tubuhku saat ini. Ulah adiknya lah yang membuatku tidak bisa bergerak bebas.

Maka tanpa banyak menanggapi ucapannya, aku memilih diam dan menikmati sebungkus roti untuk mengganjal perut ini agar tidak kambuh kembali. Menatap keluar kaca mobil yang menampilkan lalu-lalang kendaraan melintas.

Kami sampai di tempat photoshoot dimana kali ini aku akan mengambil gambar yang akan di gunakan untuk iklan. Ada beberapa brand yang ingin menjadikan aku modelnya. Tidak banyak yang kutahu, semua sudah di atur bang Rudy seorang.

Bahkan tanpa memberitahu ku di awal-awal kerja sama. Tau-tau bang Rudy sudah memberikan jadwal kemana saja yang harus di isi. Termasuk pengambilan gambar untuk sebuah brand makanan.

Memasuki sebuah gedung bertingkat, dan di hadapkan oleh beberapa orang yang bekerja di sana, membuat ku sedikit gugup. Pertama kali mengambil job untuk menjadi model, menjadikan ku sadar bahwa kehidupan artis memang penuh dengan orang-orang di belakangnya.

Bang Rudy tampak berbincang dengan seseorang yang sepertinya fotographer. Aku di minta untuk di rias terlebih dahulu oleh penata rias yang sudah di sediakan. Ada beberapa orang yang mengelilingi ku saat tengah dilakukan fiting baju. Mereka menjelaskan padaku tentang bagaimana cara berpose di depan kamera nanti.

Selesai melakukan persiapan, tiba giliran untuk pemotretan. Beberapa kali berpose, sang fotografer tampak tidak terkesan dengan gaya yang ku lakukan. Ini memang pengalaman pertama, dan aku canggung untuk bergaya di depan kamera di hadapan beberapa orang.

Jangan Ajari Aku SabarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang