Bayang-Bayang di Balik Kegelapan

5 3 0
                                    

Setelah momen kelegaan saat Dinar mulai sadar dari pengaruh gelap yang mengikatnya, Devin dan Memey menyadari bahwa pertarungan mereka belum berakhir. Kekuatan yang pernah dipanggil oleh Dinar tidak hanya lenyap begitu saja, mereka bisa merasakan bahwa kegelapan itu masih mengintai di sekitar mereka, menunggu saat yang tepat untuk kembali.

Dinar, yang kini tampak lemah dan ketakutan, duduk di tanah, menatap ke kosong. "gue gak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka gak akan ngebiarin ini gitu aja," katanya dengan suara bergetar.

"Siapa yang tidak akan membiarkan ini?" tanya Devin, berusaha memahami lebih dalam tentang ancaman yang mereka hadapi.

"Kelompok itu... Mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. gue telah membocorkan rahasia mereka. Mereka akan mengincar kita," Dinar menjawab, wajahnya semakin pucat.

Memey menatap Dinar dengan cemas. "Apa yang lo maksud dengan rahasia? Apa yang mereka cari?"

Dinar menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Mereka ingin mendapatkan kembali kekuatan yang hilang dan mengendalikan lebih banyak orang. Mereka percaya bahwa mereka bisa memanggil kekuatan dari dunia lain, dan aku adalah jembatannya."

"Jembatan? Bagaimana mungkin?" Devin bertanya, mencoba menggali lebih dalam.

"gue gak tahu pasti. Mereka melakukan ritual yang sangat rumit dan memanggil entitas dari dimensi lain. gue hanya terjebak dalam permainan mereka," Dinar menjelaskan, air matanya mengalir.

"Kalau begitu, kita harus mencari cara untuk menghentikan mereka sebelum mereka melakukan ritual itu lagi," kata Memey, penuh tekad.

"Mereka biasanya berkumpul di tempat rahasia di hutan. Kita harus pergi ke sana sebelum mereka memulai lagi," Dinar memberi tahu.

Mereka bertiga segera bergerak menuju lokasi yang disebutkan Dinar. Dalam perjalanan, suasana semakin mencekam, dan suara alam yang biasanya menenangkan seolah lenyap. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di malam yang kelam itu.

Saat mereka mendekati clearing di mana Dinar pernah melakukan ritual, Devin merasakan ada sesuatu yang tidak beres. "Ada sesuatu di sini," katanya, menajamkan indra. "Rasanya... seperti ada yang mengawasi kita."

"Jangan lengah. Kita harus tetap waspada," Memey membalas, berusaha menenangkan.

Ketika mereka tiba di clearing, suasana semakin mencekam. Lingkaran batu yang sebelumnya tampak biasa kini terlihat lebih menakutkan, seolah-olah dipenuhi oleh energi gelap. Dinar terhenti, wajahnya menunjukkan ketakutan yang mendalam.

"Mereka sudah memulai. Kita harus masuk dan menghentikan mereka," Dinar berbisik.

Memey dan Devin saling bertukar pandang, menyadari bahwa mereka sedang menghadapi sesuatu yang lebih besar dari sekadar kekuatan Dinar. Dengan hati-hati, mereka mendekati lingkaran batu itu.

Tiba-tiba, suara aneh mulai terdengar dari dalam lingkaran, seperti bisikan yang tak bisa dipahami. "Kekuasaan, kekuasaan, kembalikan kekuasaan..." suara itu bergetar di udara, membuat kulit mereka merinding.

"Ini tidak bagus. Kita harus segera pergi!" seru Devin, tetapi saat dia berbalik, mereka melihat bayangan bergerak cepat di antara pepohonan.

"Jangan berpisah!" teriak Memey.

Mereka berusaha berlari, tetapi bayangan itu tampak lebih cepat. Dinar, yang semula bertekad, tiba-tiba terjatuh, terperosok ke dalam ketakutan yang mendalam. "Mereka ada di sini! Kita tidak akan bisa keluar!"

Memey dan Devin berusaha membangkitkan semangat Dinar. "Dinar, kami di sini bersamamu! Ingat, kamu tidak sendirian!" Devin berteriak.

Saat mereka berusaha membantu Dinar berdiri, bayangan itu mendekat dan muncul menjadi sosok humanoid yang menyeramkan. Wajahnya gelap, hanya sepasang mata yang bersinar merah menyala. "Kau telah melanggar perjanjian, Dinar. Kau akan membayar untuk ini," suara itu menggelegar, membuat udara terasa berat.

"Kami tidak akan membiarkanmu mengambilnya!" Memey berseru, melangkah maju dengan berani.

"Bodoh! Kalian tidak mengerti kekuatan yang kalian hadapi," sosok itu tertawa, suaranya bergetar dalam kegelapan.

Dinar menatap sosok itu dengan ketakutan yang dalam. "Aku tidak ingin lagi terlibat dalam permainan ini!" teriaknya, berusaha berdiri dengan tegar.

Sosok itu melangkah maju, seolah-olah siap menyerang. Dalam sekejap, Devin dan Memey bersatu, mencoba melindungi Dinar. Mereka merasakan energi gelap mengelilingi mereka, tetapi Devin tidak menyerah.

"Memey, kita harus menemukan cara untuk mengusirnya! Cobalah mengingat mantra yang dipelajari dari Pak Darwin!" Devin berusaha mengingat pelajaran yang mereka terima sebelumnya.

Memey mengangguk, menutup matanya, dan mulai mengucapkan mantra yang dia ingat. Suara bisikan mulai menyatu dengan kata-kata Memey, membentuk gelombang energi yang melawan kegelapan di hadapan mereka.

"Saat cahaya datang, kegelapan akan sirna!" Memey berseru, dan cahaya mulai memancar dari tangannya.

Sosok itu berteriak kesakitan, tetapi bayangan di sekelilingnya semakin mengeras. "Kalian tidak bisa menghentikan kegelapan yang telah ada sejak lama!" sosok itu berteriak, berusaha melawan cahaya yang muncul.

Namun, cahaya itu semakin kuat, mengusir bayangan dan membakar keputusasaan. "Jangan berhenti, Memey! Teruskan!" Devin berteriak, menyemangati.

Saat cahaya semakin membesar, sosok itu terdesak mundur, tetapi tiba-tiba, bayangan lain muncul dari kegelapan, mengelilingi mereka. "Kalian tidak akan bisa melawanku. Kekuatan ini milikku!"

Memey merasakan ketegangan dalam dirinya. Dia tahu bahwa jika mereka tidak berhati-hati, mereka akan terjebak dalam kegelapan selamanya. "Dinar, bantu kami! Kau harus percaya pada dirimu sendiri!"

Dinar yang semula ragu mulai merasa kekuatan dalam dirinya. "Aku tidak akan membiarkanmu mengambil kendali lagi!" teriaknya, bergabung dengan Devin dan Memey.

Dengan satu gerakan, mereka bersatu, dan cahaya yang menyala menyatu dalam kekuatan mereka. "Kegelapan, aku menantangmu!" Dinar berteriak.

Bersama-sama, mereka menciptakan gelombang cahaya yang menerangi seluruh clearing. Sosok gelap itu berteriak dan terdesak, seolah-olah cahaya itu mulai mengikisnya.

Tetapi saat itu, kegelapan mulai menggulung kembali, menarik kekuatan dari bayangan lain yang muncul. "Kau tidak dapat melawanku, Dinar. Aku akan selalu kembali," suara itu menggema, sebelum sosok itu menghilang dalam gelombang kegelapan.

Saat suasana kembali tenang, Dinar jatuh kembali ke tanah, tampak lelah dan ketakutan. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanyanya.

Devin dan Memey membantu Dinar berdiri. "Kita tidak bisa berhenti di sini. Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang mereka dan apa yang sebenarnya mereka inginkan," kata Devin.

"Mungkin kita bisa menemukan catatan atau informasi lain tentang kelompok itu," saran Memey, berusaha tetap optimis.

"Jangan lupakan Sari! Dia mungkin masih dalam bahaya!" Dinar menambahkan, sorot matanya penuh kesedihan.

Dengan semangat baru, ketiganya meninggalkan clearing, menyadari bahwa perjalanan mereka menuju kebenaran baru saja dimulai. Kegelapan mungkin telah diusir untuk sementara, tetapi mereka tahu bahwa ancaman itu masih ada, dan mereka harus bersiap menghadapi apa pun yang akan datang.













Dengan niat hati yang sedikit ini Author kasihh cerita nya sedikit lebih panjangg .. karna kalian kan suka yang panjang panjang...

In The Grip Of Darkness ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang