Celah cahaya kali ini berhasil menembus pelupuk mata Mio, ia terbangun dari tidurnya. Hari ini dirinya sudah diizinkan untuk kembali ke sekolah kesayangannya. Mio benar benar senang, ia bisa bernafas dengan bebas tanpa harus dibantu cannula sialan itu. Dirinya sudah menjalani bedrest selama 4 hari, tidak cukup membosankan karena Mas Jet selalu menyempatkan diri untuk menemaninya, Mio bersyukur sedikit ditengah cobaan yang dihadapinya ia bisa menghabiskan waktunya lebih banyak bersama Mas Jetnya itu.
"waduh udah sehat nih lagaknya" titah Mas Jes pada Mio yang tengah turun dari tangga dengan tas hitam yang siap ia gendong di pundaknya.
"iya dong"
"inget jangan minum soda dulu, makan pun pilih2 ya ioo.. beli yang ada sayurnya, jangan yang banyak MSG nya, obatnya jangan lupa dibawa ioo.." omel Bible.
"iya iya.." yang penting ia sudah mengiyakan Masnya itu, gak tau nanti waktu di sekolah.
.
"Mas Jes, aku sakit apa sih?" didalam mobil Mio masih mencoba menanyakan hal kemarin yang belum sempat terjawab oleh Jes.
"ioo, kamu kalau Mas kasih tau nanti kepikiran, mending fokus aja buat sehat" Jes mencoba mengalihkan pembicaraannya.
"gimana mau sehat Mas kalau aku sendiri ga tau penyakitku" jawab dengus Mio pada Masnya itu.
"iya wes tak kasih tau, kamu ada ganguan di jantung sama paru-parumu, jadi Mas minta tolong sama kamu sekarang buat pilih-pilih makanan, terus kamu kurangi kegiatan-kegiatan yang dirasa berat, ini bukan soal Mas gak mau kamu repotin kalau semisal sakit, cuma Mas gamau ngelihat kamu ngerasaain sakitnya lagi.."
Mio membeku, kenapa cobaanya benar-benar luar biasa, apa dia melakukan dosa yang besar dikehidupan sebelumnya. Mio takut, sangat takut. Memang benar, seharusnya ia tak mengetahui apa yang tak perlu diketahui, tapi ini dirinya, ini tubuhnya.
"Mioo.. kok diem, ih ya kan pasti kamu kepikiran, udah jangan dipikirin, sekarang pikirin gimana sehat, dan sehat, okey?" Mio tersenyum dan membalas high five yang diberikan Jes padanya, meski begitu dirinya pasti tetap kepikiran.
.
Kelasnya masih sama, sama sama rusuh. Apa yang diharapkan dengan 4 harinya tanpa di sekolah, mana mungkin berubah sekejap.
"MIOOO" teriak Fuaiz memeluknya.
"udah mendingan?" tanyanya tetapi tangannya masih mengalung di perut Mio."udahhh, jangan bilang temen-temen ya Aiz, aku malu"
"iya io, kamu bisa percaya aku, oh iya aku bakal jagain kamu io, kemarin aku udah janji sama Pak Jes, hehe...jadi kalau ngerasa gimana-gimana kamu bilang yaa, jangan sungkan, kita ini sahabat Mio..." kalimat yang dilontarkan Fuaiz membuat Mio merasa bahwa ia sangat beruntung di dunia ini, meski ia tak punya orang tua tapi mereka cukup untuk Mio pulang jika dunia sedang menghakiminya.
"Mio" panggil seseorang dadi belakang.
"eh taa, iya kenapa?"
"kamu dah sehat?" tanya Nakunta.
"udah kok ta, oh iya aku lupa, pamerannya masih lama kan buat tanggal submitnya, aku masih belum sempet buat bikin sketsanya" rengek Mio pada Nakunta karena Mio ingin sekali ikut menjadi salah satu seniman yang mengisi acara pameran tersebut. Pameran ini di gelar oleh pemerintah di kota mereka, tidak terlalu besar tapi cukuplah untuk Mio menyalurkan idenya itu.
"belum io, masih 3 minggu lagi aman sih, oh iya hari ini ada mini artnya lo io, kamu ga pengen lihat?" ajak Nakunta.
"oh iya? pengen banget..." saat jawaban itu dilontarkan, Fuaiz tengah mengamati Nakunta, ada maksud lain batin Fuaiz.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI | Jetmio
FanfictionMakasi ya mas, udah ada di sisa hidupku, makasi udah jadi warna yang menorehkan keindahan pada kanvas putih kosong ini, semoga di semesta selanjutnya aku masih menjadi kanvas putih yang siap kau beri warna kembali ~ Mio Athen