11

558 47 2
                                    

🐣

TYPO TANDAI

Saat ini Ziel berada di pangkuan daddynya yang sedang fokus menyetir.

Mobil yang ditumpangi pasangan ayah anak itu besar, memiliki space yang cukup, dan juga karena badan Ziel yang hanya se dada daddynya membuatnya pas.

Ziel asik memainkan kancing sang daddy, diantara perut Ziel dan sang daddy terdapat kompresan air hangat.

Perutnya masih terasa melilit, seperti diaduk aduk.

"Dad"

"Hm? "

"Gak kasian gitu sama Ziel" Ucapnya menyandarkan kepalanya didada bidang sang daddy.

"Kenapa harus kasian"

"Ck, anak lo sakit" Ucap Ziel dengan mengganti kata daddy menjadi 'lo' karena kesal terhadap orang yang ada didepannya.

Aldrick yang mendengar lontaran kata yaang menurut nya kurang sopan keluar dari bibir sang anak tidak marah, ia memang tidak memperbolehkan anaknya tidak sopan dengan yang lebih tua, tapi untuk merubah itu harus perlahan dan penuh kesabaran, kalau dibentak dikit nanti balik bentak banyak. Maklum anak labil harus diberikan pengertian. Jangan dimarahin tapi dikasih contoh yang baik tentunya.

"Salah siapa" Ziel mendengar Jawaban dari daddynya itu cemberut.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, waktunya makan malam di mansion Aldrick.

Sedari tadi habis pulang dari markas ziel terus terusan merengek karena sakit perutnya yang tak sembuh sembuh.

Ia berguling ke kanan kekiri mencari posisi ternyaman di king bed kamar daddy nya.

Aldrick sudah menyiapkan kamar untuk anak nakalnya, tapi ia milih tidur bersama daddynya saja.

Padahal kamar Ziel tepat di samping kanan Aldrick dan terdapat pintu penghubung antara kamar Aldrick dan Ziel.

Ziel sebenarnya berani tidur sendiri di kamar yang tak kalah mewah dari daddynya itu, tapi ia hanya waspada dengan penunggu penunggu disini. Ziel nggak takut kok, cuman ya gitu.

Aldrick yang sedari tadi duduk bersandar di headboard kasur dengan ipad di tangannya berdiri lalu membawa anaknya ke gendongan ala koala.

Menuruni tangga menuju ke ruang makan. Aldrick duduk di kursi dengan Ziel di pangkuannya.

"Mau makan apa" Ucap aldrick.

"Nggak mau makan" Jawab Ziel malas.

"Kenapa" Salah satu alisnya terangkat

"Perutnya penuh" Ucap Ziel menyandarkan kepala di dada Aldrick dan memejamkan matanya.

"Tapikan belum makan" Ujar Aldrick.

"Emmhh" Hanya erangan yang didengar Aldrick.

Aldrick memilih makan terlebih dahulu, nanti baru anaknya, disela sela itu terdengar bunyi gemuruh kecil dan pekikan.

Grrroowlllr

"Akh emmmhh" Ziel mencengkram perutnya.

Brooottt

"Dad sakit" Rintih Ziel.

Aldrick hanya menatap anaknya santai seraya memasukkan suapan kemulutnya. Pikirnya paling anaknya mencret.

Biarlah anaknya ber mencret mencret ria dahulu.

Brrrooowwwttt

"Aduh d-daadd ada yang keluar.. " Ziel ingin beranjak dari duduknya. Tapi kakinya lemas. Menahan rasa sakit di perutnya, peluh keringat membasahi dahinya.

ZIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang