Bab 12: Strategi

654 82 6
                                    

Kehidupan baru Seno dan Retna terus berlanjut. Retna yang masih terus membiasakan diri dengan absurditas suaminya dan Seno yang berusaha melakukan physical touch kapanpun dan di manapun kepada Retna. Tentu saja dengan catatan kondisinya memungkinkan. Belum lagi gombalan Seno yang sering datang dengan tiba-tiba.

"Makan malam nanti mau makan apa?" Tanya Retna saat mereka baru masuk ke dalam mobil. Tidak terasa hari ini sudah hari Rabu, artinya sudah empat hari Retna tinggal serumah dengan Seno dan melihat semua tingkah laku suaminya.

"Mau makan kamu aja boleh, gak?" Tanya Seno. Tanpa aba-aba, Seno mengeluarkan lagi jurus flirting yang mungkin terdengar seksi jika diucapkan dalam Bahasa Inggris, tetapi malah bisa membuat dahi mengernyit ketika diucapkan dalam Bahasa Indonesia

"Mas Seno, aku nanyanya serius!" Keluh Retna.

"Aku juga serius," Jawab Seno, "Ayang biasanya tamu bulanannya berapa hari?"

Retna hanya bisa menarik nafas panjang. Kelakuan Seno ini, menurut Retna, hampir berada di borderline mesum.

"Lima hari?" Tanya Seno lagi, "Seminggu?" Wajahnya terlihat penuh dengan harapan

"Antara lima hari sampai seminggu." Jawab Retna.

"Berarti, paling cepet, malam pertama kita besok, ya?" Tanya Seno dengan wajah polos.

"Mas Seno! Jangan kelewat mesum, ih!" Kesabaran Retna mulai habis.

"Kan aku cuma mencoba menghitung secara sistematis kapan tamu bulanan kamu pergi." Seperti biasa, Seno mengeluarkan senyum 1000 watt-nya. Senyum yang sepertinya sekarang bisa membuat Retna luluh juga.

"Ngitungnya bisa dalam hati, kan?" Protes Retna. "Aku ngerasa salah tingkah kalau kamu bahas ginian."

"Tapi kita bakal sering bahas ini dan hal-hal lain terkait hubungan suami istri, loh." Balas Seno, "Bahasan kayak gini justru jadi hal yang sangat penting. Kita harus ngeeksplor satu sama lain. Mana yang bikin nyaman, mana yang enggak. Mana yang bikin enak, mana yang enggak."

"Bahasnya bisa gak sefrontal ini dan gak pas lagi dalam mobil, kan?" Retna masih protes.

"Terus mau bahasnya di mana?" Tanya Seno, "Di kantin pas makan siang? Di ruang rapat sambil buka power point dengan strategi detail, diagram SWOT analysis dan siklus PDCA yang jadi bahan pertimbangan? Atau di ranjang? Kayaknya kalau di ranjang mending langsung praktek."

Mendengar ocehan Seno, Retna hanya bisa membuka mulutnya dengan lebar. Dia masih tidak percaya suaminya membahas semua ini dengan begitu santai tanpa merasa risih atau salah tingkah. Apakah selain menikahi bocah yang terjebak dalam tubuh dewasa, dia juga menikahi pria mesum? Pikiran imaginatif Retna mulai membayangkan mereka berdua membicarakan masalah ini di ruang rapat, lengkap dengan slide dan proposal, Retna bisa merasakan wajahnya berubah menjadi merah ketika membayangkan hal itu.

Lalu, Retna sudah mengenal dengan baik sifat Seno yang kalau dibantah dia akan mengeluarkan argumen baru sampai tujuannya tercapai, Retna memilih untuk menggunakan jalur pintas yang sudah dia asumsikan sejak lama, tetapi teorinya baru terbukti dalam kurun waktu selama dua bulan terakhir. Teorinya adalah: Kalau Seno bersikap keterlaluan, coba tantang balik! Hipotesisnya dari teori itu adalah setidaknya Seno akan diam untuk beberapa waktu, sebelum menjawab tantangan itu.

Hipotesis ini setidaknya sudah dua kali terbukti benar, pertama saat Retna menyuruh Seno untuk melamar dirinya, hidup Retna terbukti aman dari gangguan Seno sampai akhirnya dia malah benar-benar datang melamarnya. Kedua saat Seno mengusulkan menggunakan "Random city generator " untuk memilih tempat bulan madu mereka, Retna menantang Seno untuk memastikan lokasi tempat yang dipilih generator aman dikunjungi. Sekali lagi Retna mendapatkan ketenangan karena sepertinya Seno tidak bisa memastikan lokasi yang terpilih aman atau tidak.

Cinta itu kubikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang