Seno penasaran, dia sudah tidak sabar menunggu keputusan Retna untuk menerimanya sebagai calon suami atau tidak. Jadi, seperti layaknya pria dewasa yang seharusnya penuh dengan kesabaran dan logika, Seno mencoba untuk tidak mengganggu Retna dengan tidak menghubunginya. Walaupun begitu, dia sebetulnya sangat penasaran dan tidak sabar ingin menghubungi Retna.
Minggu pagi, untuk kesekian kalinya Seno menahan keinginan untuk menelepon Retna, dia tidak mau dicap sebagai cowok tidak sabaran. Retna harus bisa melihatnya sebagai lelaki penyabar.
Sekitar pukul 9 pagi, Seno sudah tidak tahan. Dia butuh pengalihan issue, akhirnya dia memutuskan untuk menelepon Arial. Berharap, Arial sedang menganggur dan bisa membuat perhatiannya teralih di akhir pekan ini. Sayangnya, telepon dia tidak diangkat. Seno langsung mencoba untuk menelepon Arial lagi, kali ini teleponnya diangkat setelah nada dering yang kelima.
"Bro?" Sapa Seno
"Ya?" Jawab Arial.
"Boxing, kuy?" Tawar Seno, "Gabut, gak?"
"Jam?" Tanya Arial
"Jam 10an aja." Jawab Seno, "Di Sasana biasa aja, yak. Mudah-mudahan Pak Warto lagi latian juga di sono. Jadi bisa minta dicoaching sekalian. Gue lagi pengen gebugin Lu."
"Ok." Jawab Arial singkat.
"Full Power, yak?" Tantang Seno
"Ok."
Seno langsung memutus sambungan telepon setelah Arial setuju untuk sparring dengannya. Hari ini, dia berharap menang banyak dari Arial, sehingga dia bisa mengalihkan pikirannya dari Retna. Seno buru-buru mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sasana tinju yang dimiliki Pak Warto.
Pak Warto atau Pak Wartono adalah owner dari security agency yang kebetulan bertugas untuk mengamankan kantor mereka. Usianya baru menginjak 38 tahun, tapi beliau sudah punya sertifikasi dan lisensi bodyguard yang diakui internasional. Walaupun owner, hobi Pak Warto adalah ikut patroli atau turun ke lapangan di klien-klien yang beliau tangani. Karena beberapa kali bertemu di wilayah kantor, Pak Warto akrab dengan para pegawai. Beliau sering mengajak pegawai untuk bermain ke tempat sasana bela diri yang dia miliki. Seno dan Arial sudah beberapa kali berkunjung ke sana dan berlatih dibawah bimbingan Pak Warto.
Walaupun tidak rutin berlatih, Seno merasa kemampuan boxing dia jauh lebih baik dari Arial. Mungkin karena postur tubuh Arial yang cukup tinggi, sehingga menyulitkan pergerakan dia. Seno, yang badannya lebih pendek dari Arial, cenderung lebih leluasa untuk bergerak dan gesit dalam menghindar. Arial punya jangkauan pukulan yang lebih panjang, tetapi kontrol tubuh dia tidak sebagus Seno.
Hari ini, dia berharap bisa mengalihkan kegalauannya dengan sparring tinju. Lebih bagus lagi kalau dia bisa menghajar Arial, harapannya perasaan galaunya akan hilang karena terganti euforia juara.
Pukul 10 tepat di sampai di sasana dan kebetulan saja, Pak Warto ternyata sedang stand by di sana.
"Tumben sepi, Pak." Tanya Seno
"Anak-anak lagi pada minta latian sore." Jawab Pak Warto. "Pada mau jalan-jalan dulu kayaknya. Hari ini rencananya mau ngapain, Mas?
Setelah kemarin dipanggi Mas oleh Retna, rasanya menjadi aneh dipanggil Mas oleh Pak Warto. Walaupun beda usia mereka hanya 6 tahun, karena suasana pekerjaan, Seno dan Arial sudah terlanjur terbiasa memanggil Pak Warto dengan sebutan bapak, sementara Pak Warto pun sudah terbiasa memanggil Seno dan Arial dengan panggilan Mas atau Bapak.
"Pengen sparring boxing, Pak." Jawab Seno, "Sama Arial, bocahnya belum nongol ya kayaknya?" Seno celingukan mencari Arial.
"Mas Ari belum dateng." Jawab Pak Warto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta itu kubikal
RomantizmAdiseno Sadputranto, atau biasa dipanggil Seno, adalah deskripsi nyata dari sebutan cowok cantik. Kulit wajah putih bersih, dengan rongga pori-pori kecil dan sepasang mata lebar yang dibingkai bulu mata yang relatif lebat. Belum lagi hidungnya yang...