Bab 19: Ovum

511 72 8
                                    

"Baik, hasil cek lab bapak dan ibu sudah saya pegang." Seno dan Retna sedang melakukan konsultasi yang kedua dengan dokter ahli kandungan. Dokter yang dipilih bernama Anna, awalnya Retna ingin kembali ke dokter kandungan yang menanganinya di pernikahannya yang pertama. Namun, Seno menginginkan ada pendapat kedua tentang kondisi PCOS Retna dari dokter lain. Seno dan Retna akhirnya memilih Anna sebagai dokter yang akan mendampingi proses program kehamilan mereka setelah mendapat rekomendasi dari dokter yang menangani mereka saat Retna keguguran, saran dari beberapa teman, dan tentunya setelah mengecek review di dunia maya.

"Jadi gimana hasilnya, dok?" Tanya Seno sambil memperhatikan Dokter Anna dengan serius. Dokter yang menjadi pilihan mereka berdua adalah seorang perempuan berusia awal 50 tahunan. Perawakannya kecil, wajahnya terlihat ramah karena sering tersenyum. Retna dan Seno langsung cocok dengan dokter ini saat pertama mereka melakukan konsultasi karena dokter Anna sangat ramah dan mau menjawab semua pertanyaan mereka.

Satu bulan yang lalu, mereka melakukan konsultasi pertama dengan dokter kandungan. Saat itu, Dokter Anna langsung menyarankan uji viabilitas sperma untuk Seno. Sementara untuk Retna, dokter menyarankan untuk test hormon dan USG transvaginal untuk melihat ukuran sel telur dalam rahim Retna. 

Namun, karena kondisi Retna baru mengalami keguguran, USG transvaginal untuk melihat ukuran sel telur dianggap kurang efektif karena kondisi rahim masih sedang masa pemulihan. Dokter Anna menyarankan USG dilakukan setelah Retna selesai masa menstruasinya. 

Dokter Anna juga mengingatkan kalau jadwal menstruasi kemungkinan besar akan berubah banyak karena Retna baru keguguran, tetapi jadwal menstruasi Retna masih sesuai jadwal, minggu lalu dia baru selesai haid. Sehingga USG intravaginal bisa segera dilaksanakan. Selain itu, dokter juga merujuk untuk pengujian kadar hormon dan juga TORCH untuk memastikan keguguran yang dialami Retna bukan disebabkan oleh gangguan infeksi.

"Untuk Bapak Seno, kondisi spermanya baik, Pak." Jawab dokter Anna. "Jumlahnya di angka normal, pergerakannya juga lincah, dan hampir tidak ditemukan sperma dengan bentuk dan ukuran abnormal."

Retna melirik ke arah Seno dan suaminya terlihat melemparkan tatapan bangga ke arahnya. Seno sepertinya bangga karena berhasil membuktikan kalau kualitas sperma-nya lebih baik dari almarhum suaminya Retna yang jumlahnya di bawah rata-rata. Dalam pikiran Seno, kejadian keguguran kemarin jelas bukan hanya keberuntungan belaka. Retna hanya memutar bola matanya melihat tingkah laku suaminya.

"Tapi," dokter Anna ternyata belum selesai membacakan hasil lab Seno, "Karena kemarin bapak sempat cerita punya riwayat kolesterol tinggi, dan kandungan gula dan tekanan darah yang hampir melewati batas normal. Saran saya bapak harus mulai mengatur pola makan dan lebih rajin berolahraga, jadi kualitas sperma anda tetap terjaga."

Seno mengangguk dengan keras. Otaknya sudah mulai menyusun beberapa rencana untuk membuatnya lebih sering berolahraga, termasuk latihan boxing intensif dengan Pak Wartono dan mulai rutin berolahraga di sasana olahraga milik beliau. 

"Kemudian untuk ibu," Dokter Anna mengalihkan pandangannya ke arah Retna. Sebetulnya sudah dari tadi dia merasa tegang menunggu hasil diagnosis dokter, tetapi dia berusaha tetap terlihat tenang. Walaupun berusaha menutupinya, suaminya sepertinya bisa melihat situasi hati Retna karena sekarang tangan kanannya mengenggam tangan Retna dengan kuat. "Kondisi telur ibu diameternya kecil, dan belum cukup layak untuk dibuahi."

Retna menghembuskan nafas panjang, diagnosa ini sudah pernah dia dengar sebelumnya saat dia divonis menderita PCOS. Walaupun bukan hal baru, sebetulnya dia sangat berharap kalau PCOSnya tiba-tiba dinyatakan sembuh.

"Tapi, kabar baiknya tidak ditemukan adanya kista dan kadar hormon di tubuh ibu ternyata cukup seimbang." Dokter Anna melanjutkan diagnosanya. "Sebelumnya, ibu pernah menjelaskan kalau selain sel telur yang kecil, ibu juga sempat didiagnosis mengalami ketidakseimbangan hormon. Pola makan dan hidup sehat yang ibu terapkan sudah sangat membantu menyeimbangkan kondisi tubuh ibu."

Cinta itu kubikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang